Philia dibantu Visha mencoba menganti kain yang membalut bahunya. Itu sudahlah membaik dari hari ke hari. Perlahan mencoba menggerakan tanganya namun itu masih kaku dan belum sepenuhnya dapat digunakan dengan leluasa. Visha membalutnya kembali dengan kain yang baru, itu menutupi sebagian besar bahu Philia.
Merasa telah selesai dengan perawatanya mereka pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam. Mengambil potongan daging rusa yang telah mereka buru tadi pagi. Memasaknya dalam sebuah kuali dan menutupinya agar matang. Selagi menunggu Ferdinan pulang dari balai desa mereka membuat adonan roti dan memanggangnya. Membuat aromanya menyebar ke seluruh ruangan.
"Setelah ini apa rencanamu kedepanya ?" tanya Visha menatap ke arah Philia. Dia baru saja meniriskan beberapa roti yang telah matang
"aku akan kembali ke tempatku seharusnya" ucap Philia tanpa berbalik yang hanya fokus pada bara api yang memanaskan kuali dengan api kecil .
Visha tersenyum kecut
"Kau tau aku selalu menginginkan seorang anak perempuan, dan aku pikir telah menemukanya baru baru ini, tapi itu adalah keegoisanku kau mungkin memiliki rumah dan berniat pulang kesana" ucap Visha sambil memotong motong roti menjadi beberapa potong.
Philia tertegun dan melirik ke belakang melihat punggung visha dengan murung. Membalikan kembali wajahnya ke arah bara api yang memanaskan kuali.
"Tidak, aku tidak punya rumah, tidak pernah" ucap Philia sambil terus mengatur api yang perlahan mengecil. Memasukan lagi beberapa potongan kayu sambil terus memikirkan tentang kerinduanya akan sebuah rumah. Mempertanyakan kembali arti dari kata rumah dan apakah dia benar benar diperbolehkan memilikinya.
"maaf atas ketidaktahuanku" ucap Visha berbalik melihat ke arah Philia dengan ekspresi bersalah.
"tidak apa apa" ucap Philia membuka tutup kuali dan melihat kematanganya.
"ini sudah matang" ungkap Philia segera mematikan api
"baik sekarang semuanya sudah selesai" ucap Visha merasa lega dan hanya tinggal menunggu putranya pulang. Mereka berdua duduk di meja makan sambil mengelap peralatan makan yang akan digunakan.
"Mungkin suatu saat kau akan memilikinya, seseorang yang akan benar benar mencintaimu dan membuat sebuah rumah bersama sama" ucap visha menatap ramah ke arah gadis di depanya.
"ya, aku harap begitu" ucap Philia memasang senyumanya sembari memikirkan tentang kehidupanya. Apakah dia benar benar diperbolehkan untuk itu. Bahkan saat ini dia sedang terlibat dalam sebuah peperangan yang entah sampai kapan akan berhenti. Dan saat masa damai itu tiba apakah dirinya masih hidup. Mengingat entah berapa kali dia akan mati di peperangan.
"Ibu aku pulang" teriak seorang pria yang tidak asing dari luar. Membuat keduanya menatap ke arah pintu yang perlahan dibuka memperlihatkan Ferdinan yang baru saja pulang dari balai desa. Segera laki laki itu duduk di samping ibunya menatap sebuah hidangan yang sudah disiapkan. Matanya kini tertuju pada gadis di depanya yang duduk bersebrangan di meja makan yang sedang melamun. Menatap ke arah mata birunya yang seperti permata dan perlahan terpesona olehnya.
"Jadi apa yang mereka bicarakan sampai mengundang para pemuda kesana ?" ucap Visha menyadarkan Ferdinan. Pria itu terlihat murung seketika setelah ibunya bertanya seperti itu.
"ohh, itu mereka membuka relawan bagi siapa saja yang bersedia menjadi unit pendukung di ibu kota" ucap Ferdinan merasa bimbang akan hal itu. Itu mungkin akan menjadi sebuah loncatan baginya berkembang dan mendapatkan sebuah pengalaman dalam hidupnya. Di lain sisi dia harus benar benar melawan ketakutan dan kelemahanya. Ibu kota Grasia di posisi sekarang mungkin akan menjadi sasaran empuk bagi siapa saja yang hendak menyerang Kerajaan Grasia. Kemungkinan untuk terbunuh disana sangat tinggi mengingat wilayah itu entah kapan akan menjadi zona perang.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEMESIS Fire On The Western Front
AcciónVol 2 dari Series NEMESIS Kematian dari seorang God Knight yang menjadi benteng kokoh pertahanan kerajaan Grasia membawa perang semakin memanas. Federasi Libya dan beberapa negara sekutu dari benua Genoa yang selama ini senyap mulai memperlihatkan...