Armada Libya dan sekutunya mulai menginfiltrasi perairan Grasia, mengerahkan armada perang mereka yang mencapai 5.000 kapal yang membawa lebih dari 200.000 personel yang telah dilatih untuk mendarat secara siap tempur.
Kapal induk mereka telah dipersiapkan untuk meluncurkan pesawat tempur dan unit-unit elit yang akan memimpin serangan awal, dengan tujuan membersihkan pertahanan musuh yang menjaga pelabuhan tersebut.
Seorang perwira tinggi Libya memberikan laporan terbaru kepada sang Jenderal, "Berita terbaru, Jenderal. Pihak Grasia telah menyerah dan secara resmi menyatakan bergabung dengan Kekaisaran."
Sang Jenderal menarik nafas dalam-dalam, "Jadi rencana awal kita telah gagal, namun, sungguh mengherankan bagaimana mereka dapat mengambil keputusan untuk bergabung dalam waktu sehari?"
Seorang perwira lainnya merasa khawatir, "Apakah kita sebaiknya mundur saja? Sepertinya akan sulit untuk melawan pasukan yang telah bersatu di bawah komando yang sama."
Sang Jenderal menatap ke horison, di mana armada perang Libya yang perkasa tersebar luas membawa Terror nyata bagi musuh musuhnya. "Bantuan akan tiba secara bertahap , dan saat ini kita memiliki kesempatan untuk menduduki wilayah itu dan mempertahankannya hingga bantuan datang, lagi pula di butuhkan maktu bagi Kekaisaran memusatkan kekuatan penuh mereka disana " ujarnya sambil menunjuk ke arah daratan yang terlihat dari cakrawala.
"apakah perlu kita membombardir wilayah itu terlebih dahulu untuk memudahkan pendaratan pasukan Infantry, namun hal ini akan melanggar prinsip-prinsip perang karena masih ada warga sipil di sana," kata seorang perwira, mengutarakan kekhawatiran etika perang.
Sang Jenderal tersenyum dengan nada meremehkan, "Melanggar?, apa kau paham dengan mengkhianati sekutu kita sendiri itu sudah melanggar aturan, kita sudah basah kuyup dengan penuh pelanggaran, Dewan pihak mana pun seharusnya menyadari bahwa dalam perang, seringkali tindakan melanggar etika perang terjadi. Tapi itu mudah dikendalikan melalui Informasi dan itu hanya dapat dilakukan oleh pemenang perang. Lepaskan semua kekuatan udara kita sekarang, bersihkan semua yang terlihat memiliki potensi melakukan serangan"
"Siap," jawab semua perwira itu dengan penuh tekad.
***
Konvoi pasukan gabungan Kekaisaran dan Grasia, terdiri dari barisan pasukan yang panjangnya seakan tak berujung, menemui hambatan besar yang tidak pernah mereka prediksi. Mereka terjebak dalam kemacetan panjang yang berpotensi menghambat misi mereka untuk mencapai pelabuhan yang tengah dalam situasi genting. Kondisi ini adalah keadaan yang memicu ketegangan tinggi di antara para petinggi militer dan kepala operasi, yang harus segera mencari solusi dalam menghadapi ancaman waktu yang semakin mengejar mereka.Kabar yang telah menyebar luas di seluruh pasukan adalah bahwa pasukan Grasia yang menjaga pelabuhan telah berhasil mendeteksi pergerakan armada perang Libya yang semakin mendekat dengan kepastian mengancam. Berbagai kapal perang Grasia telah mencoba dengan berani untuk menghadang pasukan Libya yang bergerak maju, namun upaya ini terbukti sia-sia karena jumlah pasukan Libya jauh mengungguli mereka, sehingga menghadapi pasukan tersebut hanyalah tindakan yang berisiko tanpa hasil yang memuaskan.
Dalam situasi yang semakin mendesak ini, pihak Kekaisaran terpaksa harus mengandalkan pasukan Penyihir mereka yang memiliki kemampuan bergerak lebih leluasa. Keputusan untuk mengirim pasukan Penyihir memiliki risiko yang signifikan, terutama mengingat perbandingan jumlah pasukan yang saat ini berada di posisi yang tidak menguntungkan. Namun, dengan pihak musuh yang semakin mendekat ke pantai, pilihan lain yang tersedia sangat terbatas. Kehadiran pasukan Libya yang mendarat di daratan akan mengakibatkan konsekuensi yang jauh lebih serius dan sulit dihadapi.
Melakukan serangan di laut merupakan opsi yang mungkin mengurangi kerugian yang ditimbulkan, terutama mengingat masih banyak warga sipil yang harus dievakuasi untuk menjaga keselamatan mereka. Keputusan ini, meskipun dihadapkan pada risiko, diambil dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang lebih besar, seperti menjaga keamanan penduduk sipil dan meminimalkan kerugian sebanyak mungkin. Itu adalah langkah yang sangat strategis dalam situasi darurat ini.
"Kita bergerak terlebih dahulu," ujar seorang Perwira Tinggi yang memimpin pasukan penyihir, memberikan perintah yang tegas kepada semua unit di bawah komandonya. Dalam sekejap, ratusan penyihir yang telah siap tempur meluncur ke udara dengan kecepatan yang mengagumkan, membentuk formasi yang mempesona saat mereka bergerak bersama-sama.
Mereka melaju dengan cepat ke arah barat, menjelang wilayah yang semakin mendekat melalui langit. Meskipun sebelumnya mereka sempat menikmati momen relaksasi, saat ini mereka kembali bersiap untuk menghadapi pertempuran yang penuh risiko dan keputusan sulit.
Wheish, salah satu penyihir yang sedang terbang menuju pelabuhan bersama dengan rekan-rekannya menatap Heiar yang kini berada dekat di sampingnya "Apakah komandan kita marah karena kehilangan winenya? Jika dia ada di sini, mungkin kita akan meraih kemenangan. Melihat ledakan dahsyat di Norway yang dia luncurkan, mungkin akan menghancurkan seluruh armada musuh dalam sekejap."
Heiar merenung sejenak, "Mungkin bukan itu. Mungkin ada hal yang lebih dalam yang memengaruhinya, terutama setelah Kaisar berbicara kepadanya dan memberikan hak khusus kepadanya." Dalam cahaya perang yang semakin mendekat, pertanyaan-pertanyaan ini menggantung di udara seperti pedang yang siap menebas semua yang menghalanginya.
"Dalam situasi seperti ini, Kurasa ini akan menjadi pertempuran tersulit yang akan kita hadapi, mengingat komandan kita tidak hadir di sini," ucap Wheish, ekspresi kekhawatiran mencuat di wajahnya.
Heiar tersenyum sambil menjawab, "Ya, semoga saja kamu tetap hidup."
Wheish tertawa ringan, "Apakah kamu meragukanku? Lihatlah, dari semua anggota Regu 3, hanya kita yang selamat. Tentu saja, aku akan selalu bertahan. Aku juga mendengar bahwa divisi kita akan menerima anggota baru, dan aku benar-benar menantikan untuk menjadi senior bagi mereka, aku harap ada seorang gadis di antara mereka."
Heiar memberikan komentarnya, "Kamu memang bebal, bukankah komandan kita adalah seorang wanita?"
Wheish menatap dengan tegas, "Tidak, dia adalah macan."dilanjut dengan tawanya yang lepas.
"yang ada kau yang di terkam" Heiar tertular membuat mereka berdua melepas tawanya di udara, menggunakan kesempatan ini untuk menertawakanya di saat orang yang dimaksud sedang tidak berada disana.
sebuah pukulan menghantam helm keduanya. "apa kalian bodoh, bercanda saat operasi berlangsung" teriak Luis membentak keduanya dan membuatnya segera terdiam.
Dalam hitungan beberapa jam, pasukan penyihir tersebut telah mencapai pelabuhan yang menjadi tujuan mereka, dan mereka mulai melakukan pendaratan dengan tegas dan teratur. Kedatangan mereka telah diantisipasi dan disambut oleh penanggung jawab pasukan Grasia yang bertugas di pelabuhan. Dalam cakrawala, mereka dapat melihat dengan mata telanjang barisan kapal perang yang mengisi lautan dengan kekuatan yang mengesankan.
Sebentar lagi, pasukan gabungan ini akan melancarkan serangan bersama ke arah Armada Libya yang kokoh tersebut, setelah melakukan persiapan dan merumuskan rencana taktis bersama pihak Grasia. Pelabuhan tersebut juga masih memiliki pesawat tempur yang siap untuk lepas landas, sehingga kolaborasi yang cermat antara dua pihak ini menjadi sangat penting untuk mencapai keberhasilan dalam pertempuran yang akan segera terjadi.
Walaupun itu tidak akan sepenuhnya menghancurkan semuanya namun mereka berharap itu cukup agar memberi waktu bagi pasukan utama tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEMESIS Fire On The Western Front
AcciónVol 2 dari Series NEMESIS Kematian dari seorang God Knight yang menjadi benteng kokoh pertahanan kerajaan Grasia membawa perang semakin memanas. Federasi Libya dan beberapa negara sekutu dari benua Genoa yang selama ini senyap mulai memperlihatkan...