PS. semua yang ada di cerita ini dari tokoh hingga alur hanya karangan author. maaf jika ada kalimat menyinggung suatu pihak.
Warn! mengandung kata atau scene vulgar. yang berusia di bawah 17 tahun harap dilarang membaca.
Hari pertama Giselle mengikuti kelas kursus. Mark sebagai mentor duduk di hadapan para muridnya berjumlah 7 orang memulai pelajaran awal tentang basic membuat pola pada kain. Mulai dari pola lingkar lengan, lingkar pinggang hingga basic lainnya. Giselle bingung semua orang sudah bisa melakukannya tanpa harus salah menggambar ataupun salah mengukur lingkar tubuh, Mark melihat Giselle tidak fokus menghampirinya.
"ada yang tidak kamu mengerti?", Mark duduk di samping Giselle membuat murid kursus yang kebanyakan wanita iri melihatnya.
Giselle salah tingkah. "ti-tidak. aku hanya ragu apa polanya sudah sesuai atau belum".
Mark mengamati pola Giselle memperbaiki sedikit letak salahnya. Meskipun hanya menggambar pola saja sudah membuat Giselle bingung bagaimana kursus selanjutnya yang berhubungan dengan jahit menjahit. Rasa ragu itu hilang ketika dirinya menatap wajah Mark di sampingnya, bayangan soal Maple kembali dia ungkit sebab Mark dan Maple memiliki banyak kesamaan.
Sama-sama menekuni bidang jahit membuat keduanya sama. Tangan Giselle terangkat menyentuh pucuk rambut Mark tentu saja pemilik rambut terkejut namun masih bisa mengendalikan reaksinya. "maaf Mark, apa kamu setiap harinya selalu tampan begini meskipun rambutmu berantakan?", ternyata Giselle merapihkan rambut Mark karena benang menempel disana.
"nona manis tolong belajar yang tekun, disini kami menyukai Mark sama sepertimu", ujar salah satu murid berusia lanjut.
Sontak saja Giselle dan Mark memalingkan wajah mereka karena malu. Dia (Mark) tidak mengira jika para muridnya menyukai dirinya yang hanya seorang guru jahit tanpa gelar dimana banyak sekali fashion designer memiliki gelar tinggi di luar sana. Mark kembali ke tempatnya duduk dan mulai melanjutkan sesi kursus hingga waktu menunjukan pukul 3 sore. Kelas dimulai dari jam 11 siang, semua orang keluar ruangan membawa alat praktiknya masing-masing.
"umm nona Giselle?", Mark memanggil Giselle yang hendak keluar dari ruangan.
Giselle berdiri di tempatnya menunggu Mark yang menghampiri dirinya. Dia memberi tangan untuk di jabat membuat Giselle bingung. "ma-maksudnya?".
Mark tertawa dalam posisi tangan yang masih sama. "selamat datang di tempat kursusku. aku senang kamu bisa belajar dengan teliti tadi, aku berkata seperti ini karena belum menyapamu secara baik tadi", Giselle memahami sekarang maksudnya dan menyambut tangan Mark.
Permukaan kulit itu memberi sensasi aneh pada Giselle. Dia kira Mark akan berkulit lembut sebab pekerjaan menjahit tidak memerlukan banyak tenaga, tapi dugaannya salah setelah melihat beberapa goresan seperti silet atau benda kecil tajam membentuk garis lintang pada permukaan telapaknya.
Melihat Giselle terdiam dan mengamati tangannya, Mark langsung menarik lembut tangannya. Dia mengepalkan bagian yang kasar menutupi semua luka garis di telapak. Giselle berpikir jika dia lancang terus mengamati luka tersebut sedangkan Mark merasa itu sangat sensitif.
"dimana rumahmu nona?", tanya Mark.
"panggil saja aku Giselle. aku lebih suka di panggil seperti itu dibanding menggunakan kata nona".

KAMU SEDANG MEMBACA
(TO BE CONTINUED) AMARANTH | MARKSELLE
أدب الهواةAeri Uchinaga seorang gadis Jepang yang manis menemukan sosok pengubah hidupnya dari kesialan yang terus terjadi dikehidupannya, Maple Rea Zoffany. Maple menaruh harapan dan janji pada Aeri untuk terus bersama sampai suatu kejadian mengubah alur cer...