[1.6] The True Story

191 8 0
                                    

Mark tengah meliburkan diri pergi ke perpustakaan umum dekat area pelajar. Disana banyak sekali pengunjung yang datang sekedar melepas penat dan mencari tempat istirahat paling tenang selain warnet. Penjaga perpustakaan hafal ketika Mark datang membawakannya sekantung makanan serta 2 kaleng soda di genggamannya.

"kamu tumben baru datang lagi. kemana saja? apa sudah ketemu semua jawabanmu soal mimpi itu?", tanya si penjaga menerima minuman dari Mark.

Mark menggeleng. "belum. aku merasa jika semuanya tidak sejalan dengan apa yang aku rasakan kemarin".

Jieon bilang jika yang Mark alami hanyalah mimpi. Tapi kalau itu mimpi kenapa bisa apa yang dia lakukan sekarang dengan di mimpi sama persis. Dia menenggak habis minuman soda yang dibawanya kemudian terbatuk.

"pelan-pelan. ini bukan alkohol jadi jangan seperti itu", tepukan mendarat di punggung Mark yang masih terbatuk.

"Jay apa aku ini reinkarnasi dari jiwa terdahulu? aku merasa semua ini dejavu, tapi tidak dengan rentang waktunya".

Jay melipat kedua tangannya seolah berpikir. Reinkarnasi bisa saja terjadi bahkan sudah banyak buktinya jika orang tersebut pernah hidup sebelumnya namun dengan identitas yang berbeda. Mark bilang dia adalah pria bernama Maple yang mirip dalam buku yang Giselle garap tapi Jay merasa itu bukan dejavu tapi bisa jadi apa yang ada dalam cerita itu benar dari kejadian yang pernah terjadi.

Mark menatap Jay yang sedaritadi diam memikirkan sesuatu. Dia menggulung lengannya hingga ke siku, Mark memiliki bekas jahitan besar di tangan kanannya. Beberapa bulan yang lalu tepat nya saat musim salju turun, Mark mengalami kecelakaan mobil membuatnya harus segera di operasi dan menginap seminggu penuh hingga sembuh. Jieon bilang selama Mark pemulihan ternyata ada bekas hantaman keras di depan mobilnya bertepatan dengan hilangnya kendali mobil Mark.

Kaca samping kemudi pecah mengenai bagian lengan Mark dan menancap cukup dalam. Dari situlah luka jahitan itu muncul. Mengingat kejadian itu membuat Mark tidak tahu apa yang terjadi padahal dia tidak dalam keadaan mabuk.

"kamu disini ternyata", seorang pria menghampiri Mark dan Jay, lebih tepatnya berdiri di hadapan Mark.

"kenapa ada disini? aku tidak mau membuat keributan Jeno".

Jeno dengan setelan serba hitam berkacak pinggang di hadapan Mark. Dia lelah melihat sikap kakaknya itu, benar, Mark dan Jeno merupakan kakak adik namun hubungan mereka berdua tidak akur selayaknya saudara kandung saling memberi dukungan. Justru Mark dan Jeno perang dingin hanya karena ketidaksesuaian satu sama lain.

Jeno mengatakan akan menjadi aktor di saat ekonomi keluarga Lee tidak stabil dan ibu mereka tengah sakit. Ayah Lee bekerja serabutan dan sering sekali mabuk membuat Mark sebagai anak tertua datang ke Jieon untuk membantu bibinya itu sebagai bawahannya. Setiap harinya ada saja pertengkaran dari kedua kakak adik itu hingga akhirnya sang ibu meninggal pun tabiat sang ayah makin buruk.

"kakak tidak mengurus ayah dan pergi dari tanggung jawab sebagai anak tertua. pengecut yang ku kenal adalah kakakku sendiri, Mark Lee".

Mark marah, dia berdiri dan meraih kerah baju Jeno dimana adiknya itu malah memberi senyuman menambah emosi Mark. Jay melerai keduanya, takut jika kakak adik ini baku hantam di depan perpustakaan yang bisa mengganggu ketenangan.

Keduanya saling memberi tatapan amarah satu sama lain. "aku ingin mengatakan sesuatu penting tapi sepertinya pria Lee itu tidak mau mendengarkan", ujar Jeno membelakangi Mark dan Jay.

"apa yang perlu dibicarakan lagi? bukannya mimpimu sebagai aktor sudah tercapai, untuk apa lagi". Jay menenangkan Mark hingga pria itu merunduk meredam amarahnya.

(TO BE CONTINUED) AMARANTH | MARKSELLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang