5. Game
Semakin hari, kesakitan Gio perlahan memudar. Tulangnya tidak lagi sakit ketika dibuat duduk maupun berpindah posisi dan rasa kebas sekujur tubuh kian mereda. Ia bisa kembali mandi menggunakan comode chair, berjemur bersama ikan koi dan bermain game dengan Kama.
Namun ada satu efek yang tak dapat disembuhkan. Yaitu kelumpuhan di wajah dan kini menjalar ke lengan kiri. Pada penderita cedera tulang belakang mungkin tidak akan dapat merasakan sentuhan dan sakit dibagian yang lumpuh. Berbeda dengan kelumpuhan efek formula tempo hari, Gio masih sangat mampu merasakan sentuhan serta sakit disana tetapi ia tak dapat menggerakkan lengannya sama sekali. Malah sedikit kaku dan menekuk.
Kama baru tiba dari sekolah. Ia melihat Sang Kakak duduk di kursi roda sembari menonton televisi. Gio nampak serius hingga tak menyadari kedatangan adik bungsunya. Rumah sepi tanpa ada tanda keberadaan manusia selain lelaki pucat kurus yang berguman aneh. Entah kemana perginya orang-orang.
"Mas, Rani kemana?"Gio terkesiap, Ia mengingat sebentar, "pergi dengan ayah dan Erin"
Bibir Kama berdecak .Pasti mereka sedang menguji ramuan formula dari proyek baru Dokter Maikal. Teledor sekali meninggalkan Gio sendiri tanpa pengawasan. Padahal kalau terjadi sesuatu mereka juga yang kelimpungan.
"Aku bantu ganti popok, Mas. Sudah bau, penuh banget itu. Pasti Rani pergi sejak lama ya?", Gio mengangguk.
"Dari awal Spongebob main sampai TV Animal selesai"
Benar saja, berati hampir tiga jam Gio sendirian. Kama lantas mendorong kursi roda kakaknya menuju kamar. Dibukalah selimut yang membungkus bagian bawah, ada diaper penuh mengembang kekuningan hingga bocor merembes ke perban di paha. Kama memindahkan tubuh ringkih itu ke atas ranjang, melucuti helaian perban dan melepas foot afo support hingga menyisakan tungkai kecil.
"Masih bisa nahan poop ga?", Kama cuma heran dengan banyaknya kotoran cair keruh yang tertampung pada popok.
Gio menggeleng, "aku udah nahan tapi langsung keluar banyak. Kemarin malah ga terasa, tiba-tiba bau. Pipis juga gitu"
Pencernaan Gio memang telah rusak tapi tak separah ini. Mungkin ada kaitannya dengan efek dari obat di tahun-tahun sebelumnya. Selain kesulitan menelan dengan baik, ia juga mengalami masalah pada lambung. Tidak mampu menerima makanan padat, hanya cairan nutrisi dan itu pun kurang sempurna penyerapannya. Usus Gio seakan lumpuh, apa yang ia makan terkadang keluar dalam wujud yang sama dalam durasi yang cepat. Minimal ia akan buang air besar lima kali dan kencing lebih dari sepuluh kali perhari.
Kama segera membersihkan pantat dan kemaluan Gio. Memakaikan diaper ekstra empat insert pad serta melapisi handuk lipat di kedua sisi selangkangan agar tidak bocor lagi. Kakaknya berdesis kala penisnya mendapat tekanan dari popok tebal. Rasanya mengganjal tidak nyaman.
Adik Gio itu beralih menyuntikkan obat rutin melalui selang di perut, bertujuan agar kandung kemih tidak turut mengalami kemunduran fungsi seperti pencernaan dan rektum.
Sekejap kekacauan kecil itu dituntaskan. Kama mengganti kaos kakaknya dengan gown biru dengan tali pengikat di belakang leher.
"Mau tiduran atau duduk lagi?", tawar Kama.
"Duduk saja, kamu capek ga? Satu putaran game mau?", balas Gio.
"Dua putaran kalau ayah belum datang. Kalau sudah datang, Mas Gio harus tidur"
Gio setuju. Ia lantas dipindahkan kembali pada kursi roda berlapis underpad, lalu Kama menambah meja untuk memudahkan tangan kanan Gio mengoperasikan konsol game.
"Ayo mulai"
◽◽◽◽◽◽◽◽◽◽◽◽
▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️
Babang Dante mulai kehabisan materi nih. Ada yang request Gio mau diapain lagi biar seru?
Vote dan comment ya.. bisa japri juga lewat pesan wattpad.See you.
KAMU SEDANG MEMBACA
Giorgino
Science FictionBerada dalam keluarga ini adalah hal utama yang aku syukuri. Mereka sangat peduli dan menyayangiku. Namun aku salah.