15. Atrofi

3.5K 102 31
                                    

15. Atrofi

Leo memantau perkembangan putra sulungnya pasca operasi Liver bulan lalu. Perlahan tapi pasti, volume edema terus berkurang. Bengkak pada alat kelamin sirna dan kembali normal. Penumpukan cairan pada paru-paru terindikasi turun hingga separuh.

Ini adalah reaksi yang diluar nalar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini adalah reaksi yang diluar nalar. Namun ada masalah lain yang muncul, yaitu serangan atrofi yang belum dapat Leo maupun Erin temukan penawarnya. Tangan Gio semakin menekuk kaku namun kakinya justru terkulai seperti tak memiliki tulang didalamnya.

Setiap hari Rani memberikan terapi pada anggota gerak Gio untuk mencegah susutnya masa otot. Namun pada kenyataannya, atrofi telah merusak secara masif sekujur tubuh Gio.

Dulu Gio masih bisa melakukan pergerakan kecil sebagai respon. Malangnya, sekarang ia hanya mampu bergerak jika ada orang yang membantu. Badannya benar-benar sudah tidak dapat digerakkan kembali. Leo terus membaca jurnal-jurnal dan melakukan penelitian untuk memulihkan perihal atrofi ini. Setidaknya, tubuh Gio bisa memberikan respon gerak meski sedikit.

"Mas Gio hari ini gimana yah?", Kama masih menggendong tas sekolah saat masuk ke kamar rawat kakaknya.

"Ada kedut mikro pada otot kakinya, tapi belum ada perubahan signifikan soal atrofi. Kalau perutnya sudah cukup baik"

Kama mengamati, ya, memang perut Gio sudah mendekati ukuran wajar. "Aku ingin pergi berlibur, bisakah Mas Gio ikut?"

"Akan ayah kondisikan dahulu ya?"

⬛⬛⬛⬛⬛

Beberapa waktu kemudian, agenda berlibur terwujud. Tidak jauh-jauh hanya di sekitaran hutan pinus dekat tempat mereka tinggal. Pagi-pagi sekali Rani mempersiapkan kebutuhan Gio. Rani menepuk-nepuk pipi Gio untuk memberi rangsangan agar anak itu bangun, beberapa saat kemudian lenguhan lirih terdengar.

"Kita akan berlibur, Mas. Saatnya mandi"

Rani melucuti selimut menyisakan tubuh ringkih Gio yang berbalut atasan piyama dan popok penuh feses. Secepatnya ia harus menelanjangi Gio agar bisa dimandikan.

Usai kegiatan diatas pembaringan, kini Gio dipindahkan ke kursi roda untuk kemudian dibawa ke kamar mandi dan mulai dibantu membersihkan diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Usai kegiatan diatas pembaringan, kini Gio dipindahkan ke kursi roda untuk kemudian dibawa ke kamar mandi dan mulai dibantu membersihkan diri.

Biasanya Rani akan mendengar keluhan apabila luka dekubitus pedih terkena air sabun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Biasanya Rani akan mendengar keluhan apabila luka dekubitus pedih terkena air sabun. Namun sekarang hanya suara serak tertahan yang mendominasi ruangan. Itu adalah respon yang sudah lebih dari cukup. Dalam artian Gio masih bisa merasakan sakit meski berbeda cara mengekspresikannya.

Usai mandi Erin mengambil alih tubuh kakaknya. Membiarkan Rani mempersiapkan diri juga. Selang kateter ia ganti, lalu memasangkan diaper ekstra insertpad, memakaikan baju hangat dan menyelimuti. Seperti biasa, Gio tak lagi pernah dipakaikan celana untuk mempermudah perawatan dan kebersihan.

◻️◻️◻️◻️◻️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

◻️◻️◻️◻️◻️

Kama dan Erin saling kejar mengelilingi tepian danau. Suasana cukup terik, dua anak Leo itu berakhir dengan berenang melepas penat. Di dermaga ada Leo, Rani dan Gio. Mereka menikmati cemilan yang disiapkan dari rumah.

Sesekali Leo mengecek kondisi Sang Putra. Gio nampak larut dalam kebahagiaan. Anak itu kerap tersenyum lebar kala mendengar suara dua adiknya memekik, saling melempar candaan sembari bermain air. Lelehan saliva memenuhi mulut, meluber hingga Leo gemas. Sesering mungkin Rani melakukan suction pada mulut dan tracheostomy lalu membersihkan lelehan liur dengan handuk.

"Gantikan bajunya, cuaca cukup panas, Ran", perintah Leo.

Namun saat selimut disingkap, Gio seperti mengejan.

"Hooork, Aark", seraknya.

"Mas Gio buang air besar", kata Rani.

"Tunggu sampai tuntas lalu gantikan juga. Kayaknya cukup banyak"

Setelah Gio menyelesaikan acara buang air besarnya, segera Rani menjalankan apa yang diperintahkan Leo. Kini anak sulung Leo itu sudah lebih nyaman dengan kaos dan popok baru.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

◻️◻️◻️◻️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

◻️◻️◻️◻️

Ada yang kangen Gio?
Babang balik lagi nih.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GiorginoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang