14. Dengar
Perkembangan yang cukup bagus membuat Leo sumringah di akhir tahun ini. Sepadan dengan usahanya dalam menebus semua yang telah ia perbuat pada Gio. Beberapa operasi besar terjadi di laboratorium rumahnya. Dan itu hanya melibatkan Erin dan Rani. Ia khawatir jika ada orang luar campur tangan dan tahu perihal peningkatan aktivitas otak pada putranya, pasti mereka membawa Gio kembali pada eksperimen Dokter Maikal.
Rangkaian pembedahan terakhir berhasil. Prolaps sepanjang empat puluh sentimeter telah dipotong. Sekarang Rani tak kesulitan lagi dalam memakaikan popok anak asuhnya. Implan koklea yang ditanamkan oleh Erin juga sangat membantu, Gio kini lebih tenang. Sebab telinganya kembali dapat mendengar suara orang-orang yang ia sayangi meski tidak begitu jelas.
Ketika dipanggil, Gio akan tersenyum sebagai respon. Seperti saat ini, mesin Hemodialisa dinyalakan rutin sebagai pengganti kerja ginjal setiap tiga kali seminggu. Biasanya Gio menegang kala sensasi aneh menggelayar pada tubuhnya. Namun sekarang, ia lebih rileks.
"Mas, Mas Gio?", panggil Rani beberapa kali untuk menarik antensi.
"Mas.. ada bapak. Tenang ya"
Sejenak bibir Gio tersenyum bersama saliva yang otomatis meluber hingga pipi. Mendengar kalau ada ayahnya, ia tak takut dengan deru mesin dan rasa kurang nyaman pada tubuhnya. Respon kecil yang ia berikan begitu luar biasa bagi Leo. Sebab, besar kemungkinan peningkatan lainnya akan menyusul.
"Saya ubah posisinya ya Mas, sudah dua jam", izin Rani.
Perut Gio belum normal. Masih mengalami edema parah sebab penundaan operasi liver sampai datangnya donor. Gio suka posisi miringnya sekarang, berat edema dapat ditahan oleh ranjang dan ia tak kesulitan bernafas sebab cairan tidak mendesak ke paru-paru.
Namun ia tetap harus mengubah posisi untuk menghindari dekubitus. Perlahan, Rani menahan tubuh dan berhasil membuat Gio berbaring terlentang.
"Aaark, hoorg, hooork", suara serak Gio mengeras.
Rasa sakit ketika berpindah posisi selalu saja membuat Gio berteriak serak. Meski keadaannya vegetatif, respon diluar sadarnya sangat baik dalam mengenali sensor. Alat-alat yang keluar masuk ke tubuhnya seakan turut bergerak, tulangnya terasa remuk dan sesuatu yang berat menekan jalan nafasnya.
Hafal betul dengan rutinitasnya, Rani langsung menaikkan tekanan oksigen dan mengubah posisi ranjang menjadi setengah duduk. Melapisi tubuh telanjang Gio dengan gown dan selimut tipis.
"Tahan ya Mas, setelah cuci darah Bapak mau kasih lihat alat baru biar Mas Gio bisa komunikasi", kali ini Rani berbicara sendiri.
Gio tak memberi respon kecuali lelehan air liur yang mengalir dan suara feses yang tiba-tiba keluar.
"Ah, ternyata pindah posisi bikin anak ayah kesakitan sampai poop ya?", Leo mendekat dan mengusap keringat di kepala botak putranya.
Ia sangat hati-hati karena sampai sekarang, tempurung kepala Gio belum terpasang lagi. Hanya ada kulit dan otak saja.
"Biar penuh dulu ya, nanti Rani gantikan. Sekarang tidur, biar ga lelah", ia kemudian menyuntikkan obat pereda nyeri dan Gio perlahan tidur.
"Rani, aku mendapatkan donor liver untuk Gio. Semua tesnya cocok, persiapkan operasinya minggu depan dan minta Erin pulang dari asrama"
◻️◻️◻️◻️◻️◻️
KAMU SEDANG MEMBACA
Giorgino
Science FictionBerada dalam keluarga ini adalah hal utama yang aku syukuri. Mereka sangat peduli dan menyayangiku. Namun aku salah.