11. Luka
Usapan lembut pada pipi membuat Gio terperanjat. Binar redup sebelah matanya berpendar sesaat, mencari siapa yang tega membangunkan. Perasaan lega muncul saat ia mendapati Leo ada di samping pembaringan. Pria itu memijat lembut lengan dan kaki Sang Putra. Hatinya nyeri mengetahui atrofi otot semengerikan ini, merusak dan mengubah postur tubuh Gio.
Hari ini ia menyempatkan diri bergabung dengan Fano melakukan dressing dekubitus. Lemahnya imun menjadi kendala bagi tubuh Gio dalam penyembuhan. Luka yang berasal dari tekanan massa tubuh menjalar cepat. Dari punggung, pantat lalu ke paha.
Setelah selesai, Gio kembali dibaringkan. Fano mulai melakukan sterilisasi pada kelamin dan sekitarnya. Banyak luka-luka baru yang muncul karena tindakan dokter. Minggu lalu tiga meter usus halus Gio diangkat karena mengalami mati otot dan membusuk di dalam perut. Infeksi luka jahitan meradang, Gio manjadi lebih sering menangis dan berteriak serak menahan kesakitan.
Perban tebal dan lebar dibentangkan menutupi luka bekas operasi pada perut. Lalu Fano membebat penis Gio dengan kasa, membatasi dengan kapas lembaran dan underpad untuk melindungi dari feses yang nantinya memenuhi popok.
"Sel-sel di tubuhnya sudah tidak dapat beregenerasi. Aku semakin khawatir jika virus dan bakteri sampai pada otaknya. Putraku bisa terserang meningitis dan mati", kata Leo."Dokter Maikal sudah memberikan penawaran?", respon Fano.
"Belum, harus menunggu sampai dosis terakhir diberikan"
Popok yang dikenakan Gio semakin bertambah ukuran dan jumlah. Sekarang yang ia pakai size XL dengan enam insert pad karena feses yang keluar semakin sering dengan volume terus bertambah. Prolapse Gio juga sudah mencapai batas maksimumnya, yaitu empat puluh sentimeter yang mengharuskan Fano ekstra hati-hati saat menutup popok anak asuhnya.
Hand rest dan foot afo brace mendapatkan teman baru yaitu penyangga panggung serta paha untuk mencegah perubahan postur pada daerah tersebut.
"Aaaaaaarg, hooork", liur meluber diikuti cairan kekuningan kental. Seketika suction dilakukan sampai pangkal tenggorokan.
"Hooork, hoog, aark", Gio terus menjerit saat prolapsnya dibalut kasa lalu ditekuk melingkar agar muat dalam popok.
"Haruskah aku memotong itu sendiri, Fan? Bisa saja prolapsnya lebih panjang lagi minggu depan"
"Kata tim dokter ini sudah maksimal"
"Aku tidak yakin mereka sebaik itu"
Terakhir tubuh Gio direbahkan, ditata senyaman mungkin ditutup dengan gown dan beberapa selimut tipis.
◻️◻️◻️◻️◻️◻️
Dikit dulu ya buat ngobatin rasa kangen temen-temen ke Gio.
Ga ada ide lagi nih?
KAMU SEDANG MEMBACA
Giorgino
خيال علميBerada dalam keluarga ini adalah hal utama yang aku syukuri. Mereka sangat peduli dan menyayangiku. Namun aku salah.