Senja dan Duka

1.4K 133 12
                                    

•Twilight•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•Twilight•






































































































"Ayah... Bunda..."

Haura kecil terus saja terisak di depan pintu ruang unit gawat darurat yang tertutup rapat. Jauh di dalam sana, kedua orangtuanya tengah berada di ambang kematian.

Ia ingat sekali bagaimana di kala senja itu, kerasnya suara klakson mobil yang seolah ingin memecahkan gendang telinganya itu, yang kemudian disusul oleh silau nya cahaya mobil yang datang dari arah berlawanan, suara tabrakan dan juga pecahan kaca yang mulai melukai sekujur tubuhnya.

Haura ingat, bagaimana mobil yang dikendarai sang Ayah hancur lebur di bagian depan- menyebabkan sang Ayah selaku pengemudi dan juga Bunda yang duduk di bangku samping nya itu kehilangan kesadarannya, dengan darah yang sudah merembes kemana-mana.

Haura ingat, bagaimana ia berjuang menelepon ambulans dengan susah payah dikarenakan rasa pening yang menghantam kepalanya, akibat dari tubuh kecil nya yang terhempas kearah bangku di depannya.

Dan Haura juga ingat, bagaimana mobil yang beradu dengan mobil Ayahnya itu juga sama rusaknya- dengan sang pengemudi yang masih sadar, dengan darah yang sudah mengalir membasahi pelipisnya. Seseorang itu ikut menangis sehabis berjuang menyelamatkan pasangannya yang mungkin tengah berada diambang kematian juga, sama seperti kedua orangtuanya.

Gadis kecil itu mengabaikan sejenak tubuh yang terdapat luka-luka kecil akibat dari terkena pecahan kaca. Ia masih saja terisak, meminta agar seorang perawat yang tengah memeluk tubuhnya dengan erat itu untuk melepaskan nya, dikarenakan Haura ingin sekali melihat kedua orangtuanya.

Ia takut, Haura takut sekali jika kedua orangtuanya pergi meninggalkan dirinya- setelah menghabiskan waktu bahagia bersama di perayaan ulang tahunnya, yang kesepuluh tahun.

Keadaan yang tidak jauh berbeda pun tengah dialami oleh seorang gadis remaja yang termenung dibangku lorong UGD itu, dengan kepalanya yang dililit oleh perban. Gadis itu termenung, memikirkan nasib sang kekasih yang sepertinya memang sudah tidak bisa terselamatkan lagi.

"Semuanya salah saya..." Lirihnya, yang kemudian melirik Haura yang masih saja berada di dalam dekapan sang perawat.

Sungguh, seandainya ia bisa lebih berhati-hati ketika sedang mengendarai mobilnya- seandainya ia tidak tersulut emosi ketika tengah berseteru dengan sang kekasih, pasti semuanya tidak akan berakhir seperti ini.

Namun, ia bisa apa? Ia hanyalah manusia biasa, tidak bisa mengelak dari garis takdir yang sudah Tuhan ciptakan untuknya.

Hingga akhirnya, pintu ruangan itu terbuka lebar- menampakkan seorang dokter dengan jas putih khasnya itu yang sudah ternodai oleh beberapa bercak darah. Wajah pria itu tidak menampilkan ekspresi apapun.

Twilight | CatnipzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang