Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
• Twilight •
Semuanya telah usai.
Tak ada lagi yang bisa Mahira perbaiki sekarang. Mungkin, memang sudah saatnya semesta menghukum Mahira atas kesalahan yang begitu fatal di masa lalunya— dengan cara membuat ia jatuh cinta pada korban kecelakaan nya sendiri.
Itu pikirannya dulu selama ia dirawat dirumah sakit, sehabis dirinya mencoba melakukan aksi bunuh diri dengan cara terjun dari atas jembatan.
Ia pikir Haura akan membenci dirinya dikarenakan ia telah melayangkan nyawa kedua orangtua gadis itu. Namun, pada kenyataannya Haura malah mendekap tubuhnya— seolah ingin menyampaikan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Maka dari sana Mahira benar-benar menguatkan tekadnya sendiri untuk menghadapi konsekuensi yang seharusnya ia terima di masa lalu nya. Selama ia berada di balik jeruji besi, tak pernah sedikitpun terlintas perasaan menyesal. Justru, yang ia rasakan adalah kebebasan.
Jiwa Mahira tak lagi terbelenggu dalam bayang-bayang perasaan bersalah.
Mahira akui, jika dirinya benar-benar tidak menyesal sedikitpun. . . . . . . . . . . "Akhirnya kamu balik lagi!" Pekik Dinandra yang menyambut kepulangan Haura setelah perempuan itu menyelesaikan studi nya selama bertahun-tahun di luar negeri.
Haura nya tumbuh menjadi seorang wanita yang sangat cantik.
Disamping Dinadra ada Hanum yang menatap interaksi keduanya dengan gemas.
Omong-omong, Dinandra dan Hanum sudah menikah. Haura pun tak tahu bagaimana ceritanya dua orang itu bisa berakhir menjalin hubungan ke jenjang yang lebih serius.
"Hei," panggil Hanum lengkap dengan senyuman kikuknya.
Haura yang baru saja melepas pelukan dari Dinandra pun membalas senyuman itu, sebelum akhirnya ia menarik kedua pundak sempit milik Hanum untuk masuk ke dalam pelukannya.
Mau bagaimana pun juga, Haura tetap berterimakasih kepada Hanum karena telah membantu Mahira dan dirinya untuk membongkar kebenaran yang memang sepatutnya mereka ketahui.
Hanum terdiam sejenak seiring sepasang manik madunya menoleh kearah Dinandra. Si separuh nafasnya itu hanya tersenyum tipis dan menyuruhnya untuk membalas pelukan itu.
Maka kedua lengan Hanum pun bergerak membalas dekapan itu, seraya sesekali dirinya memberikan usapan lembut pada punggung Haura.
"Kedai eskrim langganan kita udah lama tutup, Ra," celetuk Dinandra di tengah perjalanan mereka menuju rumah Karin.