Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•Twilight•
8 Tahun kemudian.
Pesawat yang terbang dari New York, Amerika Serikat selama 22 jam, dengan tambahan waktu transit 3-4 jam pun akhirnya tiba di bandara internasional Soekarno-Hatta. Tak sedikit para penumpang yang turun dari pesawat tampak sangat kelelahan.
Salah satunya Haura Aveline Kamellia- gadis berwajah ayu dengan mata kucingnya yang khas itu tengah menahan kantuknya, ditambah lagi rasa pening yang menghantam kepalanya seolah ingin membuat seisi kepalanya itu pecah.
Setelah mengambil barang-barang bawaannya dan mengabari mbak Karin- sepupunya, Haura memutuskan untuk rehat sejenak. Jujur saja, duduk terlalu lama di dalam pesawat berhasil membuat seluruh otot-otot tubuhnya terasa begitu pegal.
Selagi menunggu jemputan nya, diam-diam Haura menikmati alunan lagu bergenre RnB yang tengah terputar melalui headphone yang terpasang di kepalanya, mengabaikan sejenak hiruk-pikuk manusia disekelilingnya.
Setelah delapan tahun, aku kembali lagi, batin Haura.
Pada akhirnya- Haura kembali menginjakkan kakinya di kota kelahirannya ini, tempat dimana ia tumbuh merasakan hangatnya kasih sayang orangtuanya, sekaligus tempat dimana yang berhasil membuat hatinya berduka atas kepergian kedua orangtuanya dikarenakan insiden kecelakaan saat itu.
Haura menghela nafasnya dengan berat, perasaan sedih seketika menyelimuti hatinya tatkala mengingat mimpi buruknya itu.
"Ayo Haura, katanya udah berdamai, kan?" Gumamnya pada dirinya sendiri. Haura harus yakin, jika ia sudah benar-benar berdamai dengan insiden itu.
Delapan tahun bukanlah waktu yang sebentar bagi nya. Haura yang masih berusia sepuluh tahun pada saat itu harus berjuang mati-matian di negeri Paman Sam, berjuang untuk memulihkan kesehatan mental nya yang sempat terguncang dikarenakan kecelakaan itu.
Bahkan, sampai sekarang pun Haura masih ketakutan ketika harus menaiki mobil. Haura juga langsung merasa sedih ketika melihat langit senja, serta merasa benci ketika mengingat hari ulangtahunnya.
Tak ada lagi Haura yang ceria. Semua kebahagiaan nya seolah direnggut paksa pada hari itu, menyebabkan Haura menjadi pribadi yang tertutup dan enggan berinteraksi dengan orang lain.