Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
• Twilight •
Dulu, obat penenang Mahira selalu menjadi hal terpenting yang sangat menyelamatkan jiwanya. Mahira selalu memastikan jika botol berbahan plastik kecil yang berisikan obat penenang nya itu tetap berada di dalam tas selempang yang ia bawa kemana pun ia pergi. Selain itu, pelukan Hanum juga merupakan obat yang paling ampuh untuk meredakan kecemasan nya.
Rengkuhan hangat dan kalimat penenang dari Hanum selalu menjadi penyelamat bagi Mahira, kala mimpi buruk yang selalu menghantui malam nya itu kembali mendatangi dirinya.
Tapi, semenjak ia dipertemukan dengan Haura secara tidak sengaja, Mahira merasa jika ia seolah menemukan obat yang paling mujarab sekarang.
Melihat betapa teduhnya tatapan yang Haura berikan saja sudah berhasil membuat jiwa Mahira menjadi lebih tenang. Tatapan itu seolah memberitahu, jika Mahira tidak perlu takut lagi dikarenakan perempuan itu tak lagi sendiri. Ada Haura yang akan menemaninya untuk menghadapi kejam nya dunia, disaat orang-orang terdekatnya turut serta menghakimi dirinya yang lemah dan tak berdaya.
Rengkuhan hangat nan mesra yang Haura berikan juga mampu menghilangkan rasa takutnya, membuat Mahira seringkali bertanya— apakah Haura memiliki kekuatan magis yang sangat ampuh dalam menenangkan dirinya? Sebab, rasanya sangat aneh gadis yang notabenenya orang asing itu mampu membuat cemas dan takutnya sirna hanya melalui sebuah pelukan.
Tentu hal itu membuat Mahira menjadi semakin yakin, jika dirinya sudah mempercayai Haura dan tanpa sadar sudah menaruh 'rasa' terhadap gadis bermata kucing itu.
"Mahira, bisa kita bicara sebentar?"
Lamunan Mahira pun terpecahkan kala ia mendengar suara Hanum, yang entah sejak kapan sudah berdiri di hadapannya, dengan meja kantor yang menjadi pembatas diantara kedua perempuan kantoran itu.
Seharusnya Mahira merasa senang karena akhirnya Hanum mau berbicara lagi dengannya. Namun, ketika kedua manik gelapnya melihat wajah Hanum— yang ia dapatkan hanyalah tatapan kosong. Tak ada lagi secercah cahaya yang menghiasi sepasang manik berwarna coklat itu.
"Mau bicara apa?" Tanya Mahira.
Hanum yang berdiri di hadapannya tampak sedikit gusar. Baru pertama kali Mahira melihat teman baiknya bertingkah seperti ini. Kira-kira apa penyebab Hanum yang biasanya tampak begitu tenang bisa terlihat gelisah seperti ini?