Awal

1.9K 134 2
                                    

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading
.
.

Sebuah senyuman kecil tak pernah pudar dari bibirnya, sesekali matanya melirik kresek hitam yang tengah dijinjing tangan kanannya.

"Semoga adek suka" batinnya.

Kakinya melangkah menyusuri jalanan, hendak pulang dan memberikan apa yang tengah dijinjing nya itu kepada adik kesayangannya.

Tapi tak lama, kejadian yang tak pernah ia terpikirkan sebelumnya sekarang menimpanya. Tubuhnya jatuh tersungkur membuat lutut dan juga tangannya lecet bahkan mengeluarkan noda merah. Bibirnya meringis menahan perih dan juga sakit, ringisan itu sekejap berganti dengan wajah tegang, teringat dengan kresek yang ia jinjing. Lantas bergegas bangun, mengabaikan luka yang terasa perih di tubuhnya. Pandangannya mengamati sekitar, menghembuskan nafas lega ketika kresek yang dibawanya ada berada di sampingnya.

"Nona tidak papa"

Suara itu, membuat atensinya beralih pada dua orang asing yang tak jauh darinya.

"Gapapa" itu balasan yang kembali terdengar olehnya.

Tak berselang lama mata gadis tersebut menyipit, mendapati dua orang asing tersebut tengah melangkah, seperti hendak menghampirinya.

"Kamu tidak papa nak? Maaf tadi nona hanni tak sengaja menabrak kamu" Ucap pria paruh baya tersebut.

"Ah saya tidak papa pak" balasnya, tak lupa menatap balik lawan bicaranya.

"Syukurlah. Maaf sekali lagi" Ucap pria paruh baya tersebut.

Gadis didepannya tersenyum tipis, menerka-nerka jika pria paruh baya yang tadi berbicara dengannya itu seorang bodyguard atau mungkin satpam?! Karena memakai seragam plus seragam tersebut memiliki warna hitam.

"Tangan dan lutut kamu berdarah, apa itu bukan termasuk luka?!"

Pandangan gadis tersebut beralih pada seorang gadis yang mungkin seumuran dengannya. "Ini hanya luka kecil" Ucapnya.

"Mau kecil atau besar itu tetap namanya luka"

"Nona Hanni"

Gadis yang dipanggil Hanni tersebut hanya melirik ke arahnya sebentar. "Bapak ambil sepeda aku" Ucapnya. "Dan kamu ikut aku!" Lanjutnya pada gadis yang menjadi korban sepedanya.

"Tak usah, saya mau pulang" Ucapnya.

Gadis yang bernama Hanni tersebut menggeram kesal, lantas menarik tangan gadis yang terluka tersebut.

"Akh"

Hanni membulatkan matanya terkejut, ketika tangannya tak sengaja menyentuh luka tersebut. "Maaf" sesalnya.

"Tak apa"

"Ayok!" Ucap Hanni, masih dengan tangannya yang memegang tangan gadis yang belum dia ketahui namanya itu. Hanya saja, sekarang tangannya berganti memegang tangan yang satunya lagi yang tak terdapat luka.

Sementara gadis yang terluka tersebut hanya pasrah, ikut berjalan beriringan dengan gadis yang bernama Hanni itu. Dengan pria paruh baya mengekor di belakang, menuntun sepeda.

Tak berselang lama, mereka sampai di depan sebuah rumah. Gadis yang terluka tersebut terperangah, menatap kagum bangunan di depannya.

"Ayok masuk! Kenapa malah diam?"

Gadis tersebut tersadar, lantas memasuki rumah megah yang selalu di lewatinya setiap hari itu. Rumah yang menjadi impiannya di masa depan.

"Pak tolong ambilin obat!" Ucap Hanni. "Kamu duduk disini" lanjutnya.

Gadis yang terluka tersebut mengangguk, mendudukkan tubuhnya secara perlahan di atas sofa yang terlihat mahal dan empuk tersebut. Gadis tersebut melihat ke arah gadis yang bernama Hanni tersebut, dirinya bisa menyimpulkan jika gadis yang membawa nya kesini adalah pemilik rumah megah tersebut.

"Biar bapak aja yang obatin" Ucap pria paruh baya tersebut.

Hanni menggeleng. Tangannya mengambil obat tersebut dari tangan pria paruh baya tersebut. "Biar aku aja" Ucapnya, kemudian berpindah duduk tepat di samping gadis yang terluka tersebut.

Sepuluh menit berlalu. Luka tersebut sudah terbungkus dan terobati sempurna.

"Terimakasih"

Hanni mengangguk.

"Saya pulang duluan, dan maaf jika merepotkan" ucap gadis tersebut, berdiri dari duduknya.

"Mau di anterin?" Tawar Hanni.

"Tidak perlu. Rumah saya tak jauh dari sini"

Hanni kembali mengangguk.

Gadis yang terluka tersebut melangkah kakinya keluar dari rumah megah tersebut, tak lupa dengan kresek yang masih setia di tangannya.

"Nama kamu siapa?"

Langkahnya terhenti, lantas kembali membalikkan badannya untuk menatap lawan bicaranya. "Saya Kim minji" Ucapnya.

"Pham hanni. Nama aku Pham Hanni"

Gadis yang bernama minji tersebut mengangguk. "Terimakasih sekali lagi" ucapnya sebelum benar-benar melangkah pergi, meninggalkan rumah yang mungkin hanya menjadi impiannya saja.

Tbc.....

AksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang