Dua puluh empat

437 81 39
                                    

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading
.
.


Suasana kediaman mewah ini cukup berbeda.

Terasa.... Canggung dan mencekam.

Atau itu hanya perasaan Minji saja. Karena dirinya merasa tak nyaman dan bingung harus melakukan apa dengan adanya mamahnya Hanni itu.

Memang mamahnya Hanni yang baru diketahui namanya Jennie itu amat baik, hangat dan ramah padanya. Bahkan mamahnya Hanni itu mengajaknya untuk makan malam bersama.

Tapi.... Entahlah, dirinya mendadak ingin cepat-cepat pulang ke rumah.

Minji tak berhenti memainkan jari-jarinya. Sudut matanya sesekali melirik pada Hanni yang tengah menyandar kepalanya pada tangan ibunya manja, tepat duduk disampingnya.

"Pham.." panggil Minji pelan.

Si empu yang namanya disebut itu seketika mengalihkan pandangannya dari layar besar didepannya, menjadi menatap Minji.

Hanni menatap Minji heran. "Kenapa? Kamu ngantuk? Yaudah ayok ke kamar." Ucapnya, beranjak bangun dari duduknya. Kemudian mengulurkan tangannya ke arah Minji.

Minji tersenyum tipis, seraya menggeleng pelan atas pertanyaan Hanni. "Saya mau pamit untuk pulang." Ucapnya, sedetik setelah bangun dari duduknya.

"Hah? Kok pulang sih?.... Nginep aja di sini yaa."

"Besok harus sekolah, Pham." Pungkas Minji yang ada benarnya.

"Kan bisa pagi-pagi pulangnya. Nginep aja disini yaa, Ji." Imbuh Hanni dengan kalimat terakhir yang terdengar memelas. "Nginep aja ya ya yaa..."

"Iya menginap, tapi lain kali. Malam ini saya mau pulang."

"Ji... "

"Minji mau pulang, kenapa kamu tahan-tahan deh sayang. Kasian loh itu Minji nya, mungkin kangen sama orangtuanya." Ucap Jennie angkat suara, setelah daritadi dirinya diam mengamati. "Apalagi dari pagi Minji gak pulang-pulang kan? Karena sama kamu terus?" Lanjutnya.

Bibir Hanni melengkung ke bawah. "Yaudah sana pulang." Ucapnya ketus. Membuat sang mamah melebarkan matanya terkejut tatkala mendengar ucapan anak tunggalnya itu.

Jennie berdecak dalam hati, putrinya itu... "Heh! Kok bicaranya gitu, gak sopan." Tegurnyq dengan intonasi yang cukup lembut.

"Iya-iya Hanni minta maaf."

Sementara Minji yang melihat interaksi anak dan ibu hanya bisa tersenyum dalam hati.

"Kamu mau pulang kan? Yaudah sana pulang tapi di anterin pak Joshua." Ucap Hanni, kembali menatap Minji.

"Terimakasih Pham, tapi saya jalan kaki saja." Tolak Minji sehalus mungkin.

Sontak, penolakan Minji itu membuat wajah Hanni seketika berubah masam.  "Tuh kan... Tau ah!! Gak jadi pulang ajalah!!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang