Tujuh belas

585 74 11
                                    

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading
.
.


"Peralatan mandi?"

"Udah"

"Pakaian ganti?"

"Udah"

"Jaket?"

"Udah"

"P3K?"

"Udah"

"Komp--"

"Udah semua, jiii...."

Nada keluhan yang lebih terdengar ke rengekan itu keluar dari bibir Hanni. Pasalnya, daritadi orang yang bersamanya itu tak berhenti mengabsen semua perlengkapan yang harus dibawanya untuk melakukan camping, besok.

Dan, itu bukan hanya sekali atau dua kali tapi berkali-kali membuatnya kesal.

"Kan, saya hanya mewanti-wanti, pham.."

"Tau ah!" Ketus Hanni seraya membuang muka, tak ingin menatap orang disampingnya.

Sementara, Minji hanya tersenyum simpul melihatnya. Tangannya bergerak mengusak gemas pucuk kepala milik Hanni.

"Awas ih, gak usah usap-usap!" Ucap Hanni nyalang seraya tangannya menepis tangan milik minji.

"Kamu marah? kesal? sama saya pham?" Tanya Minji.

"Gak!" Balas Hanni dengan nada ketusnya seperti beberapa detik yang lalu. Dengan, pandangannya yang masih betah menatap ke arah lain.

Minji tertawa tanpa suara. Entahlah, saat dirinya bersama Hanni mendadak bibirnya tak bisa untuk tak tersenyum. Meskipun hal kecil seperti ini, tapi entah mengapa mampu membuat bibirnya selalu tertarik ke atas.

"Yasudah, saya pulang aja kalo gitu" Ucap minji. Setelahnya, hendak berdiri tapi, mendadak ter-urung ketika hanni lebih dulu menarik tangannya. Setelahnya, hanni tiba-tiba menggigit bahunya membuatnya memekik kaget sekaligus meringis sakit. "Pham, astaga sakit..." Lanjutnya seraya mengusap-usap lembut bekas gigitan Hanni.

"Biarin" Ucap hanni acuh. Tapi, tidak dengan tangannya yang ikut mengusap lembut bahu minji yang menjadi korban gigitannya. Ujung ekor matanya melirik minji yang tengah meringis, membuat tangannya tanpa ijin melorotkan kerah baju milik Minji sedikit ke bawah guna melihat perbuatannya. Sedetik kemudian, matanya melebar ketika melihat bekas gigitan tersebut tercetak amat jelas juga merah di bahu putih milik minji itu. "Kok merah banget?!" Lanjutnya memekik.

"Iyalah! Gigi kamu itu tajam pham"

"Kok ketus? Itu juga salah kamu minjiiii... Aku udah effort ya buat kamu mau nginep di rumah aku. Dan, dengan gampangnya kamu mau pulang gitu aja? Gak!" Pungkas Hanni. Teringat akan susahnya minji yang beberapa hari lalu selalu menolak ajakannya untuk menginap. Bahkan, sudah berbagai macam bujukan dirinya lontarkan tapi minji tak kunjung mengiyakan.

AksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang