i'm letting go...

95 7 1
                                    

Gojo berusaha mengejar jadwal kereta terakhirnya menuju Tokyo. Seperti Utahime, penantian Gojo pun tidak sia-sia. Kesabaran Gojo membuahkan hasil yang manis. First datenya dengan Utahime terasa menyenangkan sekaligus menjadi momen yang tidak dia lupakan selama-lamanya. Rasanya Gojo ingin sekali pindah ke Kyoto hanya demi pujaan hatinya. Akhirnya dia berhasil mendapat tiket kereta terakhirnya untuk menuju Tokyo.

"Akhirnya aku dapat kereta, tidur dimana kalau aku ketinggalan kereta." batin Gojo sambil melaraskan duduknya dengan sandaran kursi keretanya. Sambil membayangkan momen-momen indahnya dengan Utahime, "aku tidak menyangka kita duduk bersebelahan." Kata seseorang yang tiba-tiba duduk di sebelah Gojo dan membuyarkan lamunannya.
"Riko, ada apa kau disini? Kau mengikutiku?" Tanya Gojo kepada seseorang yang duduk disampingnya, Riko Amanai.
"Tidak, aku sedang ke Kyoto mengunjungi salah satu sepupuku yang melahirkan." Jawab Riko yang berusaha cuek dengan Gojo, padahal di dalam hatinya dia ingin menjerit kegirangan karena Gojo berbicara dengannya.
"Oh." Jawab Gojo singkat dan diikuti keheningan dari keduanya. Rasa canggung dan kaku menyelimuti suasana antara mereka berdua.
"Selamat ya..." kata Riko yang berusaha memecah keheningan diantara mereka.
"Atas?" Tanya Gojo bingung.
"Hubungan barumu." Jawab Riko.
"Kau mengikutiku?" Tanya Gojo karena tidak menyangka bahwa mungkin Riko mengikutinya sampai ke Kyoto.
"Tidak, aku kebetulan melihatmu menggenggam erat tangan Utahime-san di Kyoto wakgu itu. Kalian berdua terlihat bahagia. Apa kau bahagia dengannya?" Tanya Riko sambil menunduk memainkan roknya, mengharapkan jawaban dari Gojo.
"Aku senang, aku sangat bersyukur menjadi bagian dari Utahime, dan aku bersyukur Utahime juga menjadi bagian hidupku." Jawab Gojo, mereka terdiam lagi beberapa saat.
"Oh..." sahut Riko singkat. Namun, tanpa Gojo sadari, air mata Riko mengalir deras dari matanya. Kalau boleh jujur, Riko sudah tidak bisa menahan air matanya lagi. Dia sudah tidak memiliki kekuatan untuk menahan air matanya untuk tidak jatuh menetes didepan orang yang pernah dicintai dan diperjuangkannya itu. Memang benar, Gojo sudah bahagia. Gojo pantas mendapatkan hal itu. Tetapi kenapa hati Riko semakin sakit ketika melihat Gojo yang sudah bahagia dengan hubungan barunya. Semakin deras air mata Riko, semakin sakit dadanya, seperti ada sebilah pedang menusuk hingga menembus kedalaman hatinya. Semakin Riko menangis, semakin membesar luka di hatinya. Riko sadar, bahwa dia sudah di titik akhir memperjuangkan cintanya kepada Gojo, tetapi entah kenapa ketika mengetahui Gojo bahagia dengan Utahime, dada Riko semakin sesak, dia benci kenyataan bahwa Gojo lebih bahagia dengan Utahime daripada dengannya. Riko menyadari, dia sudah gagal terlebih dahulu dalam memperjuangkan hubungannya dengan Gojo. Riko berusaha menolak fakta bahwa dia dan Gojo memang sudah benar-benar berpisah. Mungkin inilah saat dimana Riko harus benar-benar menyerah kepada kenyataan, bahwa selama ini hanya dia yang berjuang sendirian dalam mempertahankan cintanya kepada Gojo. Riko menangis sejadi-jadinya di depan orang yang pernah dicintainya itu. Dia berusaha menahan tangisan itu agar tidak terdengar oleh Gojo. Tetapi Gojo menyadari hal itu.

"Ada apa?" Tanya Gojo.
"A-a-ku, b-ba-bai-baik sajaa..." jawab Riko sambil menahan sisa tangisnya dan memberikan senyuman tulusnya kepada Gojo. Dia tahu dia membohongi Gojo dan dirinya sendiri. Semakin lebar senyuman yang Riko berikan, semakin lebar luka di dalam hatinya. Semakin cerah senyuman yang Riko berikan, semakin sakit hati Riko.
"Bohong..." sahut Gojo. Mendengar hal itu, Riko sudah tidak bisa menahan lagi tangisnya. Air matanya pecah disaat itu juga.
"Iya aku bohong, aku bohong bila aku ikut berbahagia mendengar kau dengan Utahime. Aku lelah. Apa salah jika aku mengharapkan mu untuk kembali? Apa benar-benar sudah tidak ada kesempatan lagi buat aku? Tapi, aku sadar aku tidak mungkin menahanmu. Aku senang bila kau senang, aku bahagia bila kau bahagia. Tapi kenapa aku sakit? Jawah aku Gojo...." kata Riko sambil menangis dan menatap Gojo dengan matanya yang sudah sembab.
"Relakan hubungan ini. Jangan pernah berusaha pada seseorang yang juga tidak pernah memperjuangkanmu. Anggaplah kita tidak pernah mengenal satu dengan yang lain. Kau berhak bahagia dengan orang yang tepat, tapi itu bukan aku." Kata Gojo. Gojo benar, mungkin ini saatnya Riko benar -benar harus melepaskan seseorang yang dulu pernah dia cintai untuk bahagia bersama rumahnya yang baru. Mereka terdiam beberapa saat, hingga tiba-tiba kereta mereka tiba ditujuan Riko. Sebelum Riko beranjak dari tempat duduknya. Dia melihat ke arah Gojo yang sedang membuang mukanya ke arah luar jendela. "Mungkin ini saatnya kita harus bahagia di jalan kita masing-masing. Aku sadar bahwa aku tidak bisa menahamu terus, kau berhak bahagia bersama orang yang cintai dan pastinya itu bukan aku. Aku sadar bahwa mungkin aku ada di pilihan paling terakhirmu. Tapi, aku hanya ingin berterima kasih atas hubungan kita yang pernah ada. Aku tidak menyesalinya sekalipun, yang hanya aku sesali adalah, kenapa aku memperjuangkanmu disaat hanya aku sendirian yang melakukannya. Tapi, aku sadar, bahwa tidak baik berjuang sendirian. Jadi, mulai hari ini aku akan merelakanmu, karena kau juga harus berbahagia." Kata Riko sambil berdiri dari tempat duduknya. Dan tiba-tiba menarik lengan Gojo dan mencium pipinya.
"Apa-apaan kau ini?" Tanya Gojo yang kaget dengan perilaku Riko.
"Ciuman perpisahan, Anggaplah ini sebagai hadiah perpisahan mu untukku. Terimakasih dan selamat berbahagia..." kata Riko sambil meninggalkan Gojo. Akhirnya kereta berangkat lagi dari stasiun tersebut, meninggalkan Riko yang melambaikan tangannya sebagai tanda perpisahannya dengan Gojo.

Riko menuruni kereta dan berdiri di tengah-tengah stasiun. Setelah kejadian tadi, dia hanya bisa menangis sejadi-jadinya. Dia tahu ini keputusan yang sulit untuk diambil, tapi dia tahu terkadang cinta tidak harus saling memiliki. Dia mencintai Gojo, tetapi Gojo juga berhak bahagia. Dan dia sadar bahwa sumber kebahagiaan Gojo adalah pada Utahime bukan dia. Dia sadar bahwa salah satu bentuk cinta adalah melihat orang lain bahagia meskipun itu bersama dengan orang lain yang lebih dia cintai, dan bukan dengan dirinya. Pada akhirnya dia sadar, cinta bukan hanya soal mendapatkan, tetapi soal merelakan... dan mulai hari ini, Riko akan berusaha mencintai Gojo dengan cara merelakan dia bahagia dengan orang lain.....
.
.
.
.
.
TO BE CONTINUEDD!!!!! Cerita ini dati sudut pandang Riko Amanai ya... :)
seneng banget bisa balik nulis lagi, 2 minggu ini aku agak hectic. Tapi aku janji, aku akan aktif menulis lagi mulai minggu ini. Jangan lupa support dengan cara vote, share, komen ya! THANK YOU hehe....

i wanna be yours (gojohime) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang