a secret

165 13 1
                                    

Gojo membuka pintu apartemennya yang dibilang sangat luas. Rumor yang beredar itu memang benar, bahwa Gojo adalah anak dari salah satu pemiliki rumah sakit terbaik di Jepang. Namun Gojo sendiri tidak mau masuk dokter karena terlalu susah. Apartemen yang dihuni Gojo sendiri cenderung minimalis dengan nuansa hitam-putih-biru. Interiornya juga di hiasi oleh furniture dan lukisan bergaya minimalis dan milenial.
.
.
"Tadi hari yang menyenangkan... Utahime benar-benar cantik dengan pita itu" Kata Gojo sambil merebahkan dirinya di tempat tidur. Bagi Gojo, hari ini adalah hari yang menyenangkan,karena:
- dia pergi dengan Utahime
- dia membelikan sesuatu untuk Utahime
- dia mencium Utahime. Dari ketiga poin tersebut, poin nomor 3 yang paling membuat Gojo senang. Bahkan sensasi nya masih terasa hingga saat ini.
Gojo menyentuh bibirnya, menutup matanya, dan merasakan setiap inci bibirnya yang menyentuh bibir indah dan cantik miliki Utahime.

"Aku harus mengabari Utahime apakah dia baik-baik saja atau tidak" batin Gojo sambil membuka hp nya dan mencari kontak Utahime. Namun, sebelum sesaat Gojo mengabari Utahime, tiba-tiba ponsel Gojo berdering, dia menerima telepon.

Gojo yang sangat kesal melihat panggilan itu, hanya bisa mendengus kesal sambil mengangkat panggilan itu

Gojo: kau mau apa?
Orang A: dari mana saja kau? Bukankah hari ini jadwal kita?
Gojo: maaf aku lupa.
Orang A: lupa? Lupakan saja semua tentang aku dan kita, mulai dari jadwal pertemuan kita, ulang tahunku, dan hari jadi kita, mungkin lupakan saja aku
Gojo: maaf Riko, bukan berarti aku--
Riko: sudahlah aku lelah!!!!

"Ada - ada saja, membuat mood ku rusak!" Kata Gojo sambil melihat layar hpnya. Riko Amanai, adalah mahasiswi semester 2 di Jujutsu Campus Tokyo. Dia adalah juniornya Gojo. Mereka sudah menjalin hubungan selama kurang lebih 6 bulan. Namun, hubungan keduanya tidak berjalan dengan baik. Keduanya sering terlibat dalam pertengkaran baik kecil maupun besar. Bisa dibilang hubungan keduanya diambang perpisahan. Namun, Riko selalu memperjuangkan yang terbaik untuk hubungan mereka, tetapi tidak dengan Gojo yang selalu mencari segala alasan untuk mengakhiri hubungannya

Motif dibalik renggangnya hubungan Riko dan Gojo adalah sedari awal Gojo tidak mencintai Riko. Mereka hanyak dijodohkan oleh orang tua mereka yang juga masih berteman akrab. Tapi sebenarnya Gojo hanya menganggap Riko sebagai teman dan juniornya saja. Orang tua mereka yang melebih-lebihkan. Sedangkan Riko, dia tidak mau membuat orang tua mereka kecewa, maka dari itu dia terus memaksakan hubungan mereka walah pada akhirnya tidak dihiraukan oleh Gojo.

***
Setelah panggilan tadi, Gojo berusaha mengembalikan moodnya yang telah rusak dengan cara menelpon Utahime. Dia tahu ini sudah malam, mungkin Utahime belum tidur.

Utahime: hm? Ini sudah malam, kamu ga tidur?
Gojo: wah, Utahime sudah mulai bisa pakai bahasa gaul ya? Apa artinya kita resmi jadi teman hm?
Utahime: bisa dibilang begitu.
Gojo: aku sudah sampai dirumah, kamu?
Utahime: aku masih di kereta, mau apa?
Gojo: cuma nanya kabar. Ngga boleh?
Utahime: hmmmm, boleh. Aku baik-baik aja kok. Terima kasih ya untuk tadi, aku menyukainya
Gojo: yang mana? Jalan-jalan kita? Pitanya? Pelukan kita? Atau ciuman kita? (Diikuti dengan smirk khas dari Gojo)
Utahime: YANG PASTI BUKAN YANG TERKAHIR BODOH! BISA-BISANYA KAU MENCIUMKU DI DEPAN UMUM! MEMANGNYA AKU INI SIAPAMU?
Gojo: eh? Yang itu tadi maaf, aku tidak sengaja, tiba-tiba tubuh ku bergerak sendiri
Utahime: nggak mungkin! Mana ada tubuh bergerak sendiri. Sudah, aku tidak mau membahasnya! Dan jangan pernah dibahas lagi! Cukup kita berdua yang tahu
Gojo: iya, iyaa, tapi tidak janji yang terakhir.... (jawab Gojo sambil terkekeh)
Utahime: awas aja kalau sampai semuanya tahu!
Gojo: hmmm... tergantung... Tapi akan aku usahakan (Jawab Gojo tidak yakin)
Utahime: oh iya, aku sampai lupa. Terima kasih atas pita yang tadi, aku menyukainya. (Balas Utahime dengan senyum lembutnya)
Gojo: tidak masalah, asal kamu suka, aku juga suka.
Utahime: (salah tingkah) ka-ka-lau begitu, selamat beristirahat, nanti akan kita bicarakan nanti soal projek itu. (Utahime menutup teleponnya).

Setelah percakapan singkat dengan Utahime melalui telepon, Gojo merasa sangat senang tidak karuan. Bayangkan saja dia sukses membuat Utahime salah tingkah. Gojo sangat mengetahui perubahan ekspresi itu, karena Utahime cenderung tidak bisa menyembunyikan ekspresinya, walaupun melalui telepon.

"Apa aku langsung tidur ya? Atau aku harus mengerjakan projek dulu? Arrghhh aku tidak tahu harus mulai dari mana!" Gerutu Gojo. Kini otaknya hanya di isi dengan Utahime dan Utahime. Senpai cantiknya itu mengisi otak, hati, pikirannya sehingga Gojo tidak bisa fokus dengan aktivitasnya. Gojo berusaha fokus, tapi dia tidak bisa, Utahime sudah memenuhi otaknya sampai penuh. Tapi Gojo tidak merasa terbebani oleh itu, malah dia sangat suka jika Utahime yang memenuhi hati dan otaknya.
.
.
.
.
Pertemuannya dengan Utahime tadi, membuat Gojo sadar bahwa mungkin dia membutuhkan Utahime dalam hidupnya, Gojo tidak rela ketika Utahime bersama pria lain, Gojo mungkin merasa bahagia jika Utahime bahagia dan sedih jika Utahime sedih. Gojo juga tidak rela jika mungkin ini menjadi projek terakhirnya dengan Utahime sebelum dia lulus. Gojo juga tidak rela jika Utahime pergi meninggalkannya di kampus ini, mungkin dia akan kehilangan semangat hidup jika itu benar terjadi. Intinya: Gojo selalu ingin Utahime berada disisinya. Mungkin terdengar egois, tapi itulah kenyataannya
.
.
.
.
Back to Utahime's POV:
"Dasar tidak tahu waktu! Bisa bisanya dia menelponku di waktu santaiku!!!" Kata Utahime sambil mengarahkan pandangannya ke arah jendela kereta. Pertemuan mereka tadi merupakan hal yang tidak terduga bagi mereka, bahkan saat perpisahan pun juga banyak hal yang tidak terduga terjadi.

Utahime yang tadinya tidak memikirkan Gojo, tiba-tiba memikirkan Gojo. Utahime mulai mengkhawatirkan Gojo. Utahime mulai merasa ada getaran aneh dalam dirinya ketika dia bersama Gojo. Bahkan Utahime mulai nyaman ketika Gojo berada di sisinya dan tidak mau melepaskan Gojo dari sisinya. Bahkan pelukan dan ciuman tadi, Utahime merasa ingin merasakan lagi dan lagi.

Apakah ini cinta? Ah tidak mungkin! Utahime sudah lelah dengan percintaan yang tidak habis-habisnya menyayat hati Utahime. Utahime hanya ingin fokus dengan studinya, dan mungkin juga Gojo (pikirnya) tapi itu semua sirna saat lamunan Utahime dibuyarkan karena kereta ternyata sudah sampai di Kyoto.

"Ahhh lelahnya! Rasanya tulangku mau patah!" Tutur Utahime sambil meregangkan persendiannya setelah turun dari kereta. Namun, Utahime baru menyadari bahwa dia masih membawa sapu-tangan dari Gojo yang digunakannya untuk mengusap air matanya tadi.

Bau Gojo yang khas dan maskulin, membuat Utahime sebenarnya tidak mau mengembalikan sapu tangan ini. Alasannya simple: karena Utahime tidak mau Gojo hilang dari kehidupannya, melalui sapu tangan ini, Utahime bisa merasakan hangatnya kehadiran Gojo disisinya. Semakin dipikir, semakin diusapkan sapu tangan itu ke pipi Utahime, Utahime sadar bahwa dia membutuhkan Gojo di hidupnya.
.
.
.
.
.
Tanpa sadar, keduanya mulai terhubung dengan benang merah yang mengikat mereka hingga tidak bisa lepas. Mereka sadar bahwa mereka membutuhkan satu dengan yang lain. Tanpa mereka sadari, mereka menginginkan sesuatu yang lebih dari sekedar kata "teman"
.
.
.
.
To be continued...
Guys, nantikan chapter selanjutnya yah! Jangan lupa vote, comment, dan follow!!!
THANK YOU!!!!

i wanna be yours (gojohime) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang