she knows

123 13 0
                                    

"aku lelah sekali...." Kata Utahime sambil meregangkan otot-otot tubuhnya yang sudah lelah akibat event hari ini, tubuhnya yang sudah mulai tua ini sudah tidak bisa menahan lelah akibat aktivitas seharian yang juga menguras energi introvertnya. Tidak seperti Gojo yang memiliki energi berlebih membuat dia tidak pernah merasa lelah akibat acara simple seperti hari ini.
"Terima kasih buat hari ini ya! Kita memang luar biasa!" Kata Gojo sambil menorehkan senyumnya kepada Utahime yang tidak sadar membuat Utahime memunculkan rona merah di pipinya.
"Bukan apa-apa, kita kan sudah sering melaukan ini... Tapi, terima kasih juga sudah menenangkanku." Balas Utahime sambil tersenyum. Mengingat memang Gojo banyak membantunya hari ini, terutama di insiden antara dirinya dengan Nanami hari ini.
"Bukan masalah, memang pria seperti itu harus diberi pelajaran. Beraninya dia membuat Utahime menangis." Kata Gojo. Utahime hanya bisa diam saat mendengar perkataan Gojo barusan. Sepertinya, dia mulai nyaman dan terbiasa berada di sisi Gojo.

"Kau lapar?" Tanya Gojo.
"Eh? Hmmm sedikit." Jawab Utahime.
"Kalau begitu, akan ku ajak kau makan malam." Sahut Gojo sambil menggenggam tangan Utahime dan menyeretnya. Mendapat perlakuan seperti itu, Utahime hanya bisa diam karena entah kenapa dia mulai sangat menyukai lonjakan energi yang diberikan Gojo.

Akhirnya mereka tiba di salah satu rumah makan yakiniku yang menjadi langganan Gojo saat awal masuk kuliah. Gojo memesan 2 set menu yang cukup untuk dimakan dua orang yaitu Gojo dan Utahime.

"Ada permintaan khusus?" Tanya Gojo kepada Utahime yang juga membaca buku menu
"Hmmm, aku boleh minum sake?" Tanya Utahime.
"Eh? Kau yakin minum sake di depan ku yang bahkan usianya belum legal?" Tanya Gojo
"Usiamu belum legal?" Tanya Utahime.
"Belum, aku masih 19 tahun, tahun ini aku ulang tahun yang ke 20." Jawan Gojo
"Ku pikir kau sudah legal. Tapi kalau kau mau memesan yang lain juga boleh, tidak harus sama denganku. Sake ini aku yang bayar." Sahut Utahime karena dia merasa tidak enak untuk membebani pesanan sakenya kepada siswa yang belum legal.
"Tidak, aku tidak memperbolehkanmu memesan sake meskipun umur Utahime sudah legal. Kau nanti pulang ke Kyoto kan? Atau tidak kau pasti menginap di sini kan? Aku tidak mau melihatmu mabuk sempoyonan di tengah jalan seperti tidak ada arah. Lagipula, Tokyo sangat kejam di malam hari, wanita cantik sepertimu pasti akan sangat mudah di goda dan di culik, aku tidak mau hal itu terjadi." Tutur Gojo. Di titik ini, Utahime merasa Gojo sangat cerewet tentang kondisinya. Meskipun itu agak mengganggu Utahime, tetapi kalau dipikir masuk akal juga, karena Utahime baru pulang ke Kyoto keesokan harinya. Dia sekarang menginap di rumah Shoko, teman SMAnya yang kuliah di Jujutsu Campus Tokyo jurusan kedokteran. Mungkin dia akan minum-minum ketika sudah tiba di rumah Shoko (karena Shoko sudah umur 20 tahun)
"Baiklah, aku tidak akan memesan sake." Kata Utahime cemberut karena permintaannya tidak dipenuhi.
"Jujur, Utahime sangat imut kalau ngambek, aku jadi suka." goda Gojo.
Rona merah muncul dari pipi Utahime yang membuat Utahime salah tingkah.
"SUDAH, FOKUS MAKAN SANA!" teriak Utahime sambil menyuapi Gojo dengan satu potong daging yakiniku yang sudah ia masak. Ia tidak tahan mendengar godaan dan gombalan maut dari juniornya

--

Setelah mereka menghabiskan makan malam mereka, waktu sudah menunjukan pukul 21.50 malam yang berarti itu waktunya untuk Utahime pulang, karena dia tidak enak pulang malam-malam di rumah Shoko. Pada makan malam ini Gojo yang membayar lagi, meskipun sempat terjadi keributan di depan kasir, tetapi kali ini Gojo sukses membuat Utahime tidak membayar sepeser pun dengan alasan Gojo orang Tokyo, dan acara ini di Tokyo. Jadi sudah selayaknya Gojo menjamu tamunya yang sudah jauh-jauh dari Kyoto.

Akhirnya Gojo mengantar Utahime sampai ke depan rumah Shoko yang jaraknya ternyata hanya 500m dari apartement Gojo. Meskipun mereka juga bertengkar karena Utahime tidak mau diantar pulang, tetapi Gojo memaksa dengan alasan keamanan.

"Kita sudah sampai" Kata Gojo sambil menunjuk rumah Shoko.
"Baiklah, aku akan masuk. Shoko sudah menungguku. Terima kasih untuk hari ini ya, besok aku akan pulang ke Kyoto jam 10.00 pagi dan sudah jangan mengantarku lagi. Aku masuk dulu ya? Shoko sudah menungguku di dalam" kata Utahime sambil melambaikan tangannya.
"Aku benci ini!" Gerutu Gojo sambil mengepalkan tangannya. Suaranya ikut bergetar karena dia menahan tangisnya.
"Ada apa? Ada yang membuatmu marah? Atau aku yang membuatmu marah?" Tanya Utahime.
"Aku benci perpisahan! Aku benci ini! Aku benci mengetahui bahwa hari ini atau mungkin besok adalah hari terakhirku melihatmu! Karena setelah ini kau pasti akan sibuk dengan kuliahmu dan semester akhirmu! Kalau boleh jujur, aku sangat benci saat projek kita berakhir. Itu berarti kita akan berpisah!" Kata Gojo sambil menahan tangisnya dengan suara yang bergetar.

Mengetahui hal itu, Utahime memposisikan dirinya untuk mendekat pada Gojo. Dengan tubuh mungilnya (bagi Gojo) dia berusaha membelai lembut surai putih miliknya. Gojo yang menikmati itu, hanya bisa menundukkan kepalanya di pundak Utahime sambil melepaskan tangisnya. Tangisan tanda tidak mau berpisah, tangisan rindu, tangisan yang tidak merelakan Utahime untuk pergi.

"Hei, hei, tenanglah. Kita masih bisa bertemu kok, tinggal atur janji dan hari saja. Kita masih bisa saling mengunjungi" bisik Utahime lembut di telinga Gojo.
"Tapi aku takut merindukanmu" Bisik Gojo pelan karena suaranya tercampur dengan isak tangisnya sendiri.
"Kenapa kau takut merindukanku? Jika merindukanku, mari bertemu di lain waktu. Aku janji akan mengatur hariku." Balas Utahime.
"Janji?" Tanya Gojo dipenuhi dengan nada khawatirnya
"Janji. Karena kita kan teman dekat. Sudah seharusnya teman dekat saling mengunjungi meski hanya menanyakan kabar." Jawab Utahime. Bodoh! Mengapa aku mengatakan hal bodoh seperti itu! Arghhhhh ini semakin rumit!!!!!!! Batin Utahime.

Mereka terdiam beberapa saat di depan rumah Shoko. Lalu Gojo mengangkat kepalanya untuk melihat iris cokelat indah milik Utahime di bawah langit malam Tokyo yang di penuhi lampu yang indah.
"Utahime..." Gojo memanggil nama Utahime dengan lembut sambil memegang dagu Utahime dan mengarahkannya ke atas sehingga memudahkan akses Utahime untuk menatap wajah Gojo.
"Ya.." Jawab Utahime dengan lembut juga. Tiba-tiba, Utahime juga merasakan hal yang sama dengan Gojo. Dia benci momen ini, momen dimana dia harus berpisah dengan Gojo. Dia benci harus merindukan Gojo. Dia takut kehilangan Gojo.

Disaat mereka bertukar pandang, Gojo mendaratkan bibirnya di bibir milik Utahime. Seketika mata Utahime terbuka lebar seakan terkejut dengan hal ini (padahal ini bukan kali pertama mereka berciuman). Namun, pada ciuman kali ini, Utahime hanya bisa memejamkan matanya dan membalas ciuman Gojo. Keduanya saling mengeratkan pelukan mereka dan membalas ciuman satu-sama lain. Pipi Utahime yang basah akibat air mata, membuat Utahime semakin mengencangkan pelukannya kepada Gojo. Begitu pula dengan Gojo.

Mereka berdua tenggelam dalam ciuman mereka, saling mengeratkan pelukan, saling tidak melepaskan. Di tengah langit malam yang indah, Keduanya takut untuk berpisah, keduanya takut rasa rindu itu membunuh mereka pelan-pelan. Keduanya takut jika waktu lebih cepat dari pada mereka, sehingga mereka tidak ada waktu untuk bertemu lagi. Keduanya takut, jika takdir memisahkan mereka lebih cepat dari yang mereka duga.

Semakin dalam ciuman mereka, semakin mereka sadar, bahwa mereka membutuhkan satu sama lain
Mereka membutuhkan kehadiran satu sama lain.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Di tengah kehangatan yang mereka bagi, seseorang sudah mengamati mereka sejak dari tadi. Menunggu saat yang tepat untuk bertindak
.
.
.
.
THANK YOU UDAH BACA WATTPADKU, JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, SHARE, DAN FOLLOW! THANK YOU

i wanna be yours (gojohime) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang