🌟 17 Rasa

831 78 21
                                    

Chapter selanjutnya aku rencanakan tamat.

Dari kapan nulis ini gak kelar-kelar. Rencana diselesaiin minggu, senin, selasa, rabu eh..

Vote dan komen kalau baca ya

Happy reading
Maaf untuk kesalahan penulisan

Happy readingMaaf untuk kesalahan penulisan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌟Rasa🌟

Masa itu, disaat kedua insan tengah dipuncak suatu hubungan yang serius. Rasa gugup menggelitik di hati. Ankaa sampai tak bisa tidur di tiga hari sebelum pernikahannya. Stres menghampiri kala rasa lelah di tubuh kian menyakiti.

Tanggal 12 Juli, angin kencang memberikan rasa nyaman saat hawa terik matahari di musim panas tahun itu amat menyengat. Siang hari Ankaa tak kuat menahan kantuk. Dia tidur di teras kayu rumah Kakek.

Pernikahan bertema tradisional itu akan dilaksanakan di rumah Kakek dan Nenek. Banyak orang berlalu lalang tapi Ankaa tidur dengan tenangnya. Bahkan mereka yang melihat calon pengantin itu tertidur jadi tak enak hati untuk meminta Ankaa pindah ke kamar yang disediakan khususnya.

Saking nikmatnya dia tertidur, sampai merasa seperti kembali ke masa lalu.

Perkenalan siswa baru di TK nampak dihadiri orang tua atau wali murid. Banyak dari anak-anak yang belum berani untuk berangkat sekolah sendiri. Bahkan saat itu Ankaa sudah terpisah kelasnya dengan Juan.

Ankaa menengok kesegala arah karena dia duduk di tengah. Taatkala angin bertiup kencang membuat gorden putih bergoyang. Netranya tiba-tiba bersirobok dengan anak bersurai hitam legam dan tatapannya pun menilik ke arahnya.

Anak manis yang duduk di tengah itu dipandang lurus tanpa reaksi. Ankaa tersenyum berharap anak itu akan membalas dengan ramah. Sayangnya anak itu dipanggil oleh salah satu guru.

"Sam? tolong ikut dengan ibu guru ke ruang kelas A." panggil ibu guru itu yang sayangnya tak didengar oleh Ankaa siapa nama anak yang menjati pusat perhatiannya.

Ketika namanya dipanggil, dia segera berdiri dan mengambil tasnya. Ternyata dia salah masuk kelas. Terlihat anak itu tak didampingi orang tua. Mandiri sekali anak itu, pikir Ankaa.

Menjelang berakhirnya masa TK, Ankaa bertemu lagi dengan anak yang pernah dilemparinya senyum. Ketika mereka hendak mengikuti lomba cerdas-cermat, Ankaa yang mendadak dimasukkan ke dalam tim saat lomba itu tak memiliki kesempatan untuk berkenalan.

Ada satu hal yang mengesankan saat itu. Demam panggung serasa nyata dipertama kalinya Ankaa mengikuti lomba. Tangannya terus menggaruk paha ketika duduk. Ujung jarinya juga terasa amat dingin. Diseperempat jam lomba berjalan, Ankaa masih belum bisa mengontrol rasa gugup.

Sedetik ketika anak disampingnya sudah menjawab pertanyaan. Tangan kanan itu beralih ditempatkan diatas punggung tangan Ankaa. Perlakuan itu membuat Ankaa terhenyak lalu perlahan rasa hangat menginvasi ke tangan yang sebelumnya membeku.

Ankaa ☆ HyunLixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang