Prolog

256 53 50
                                    

Jangan lupa vote dan komennya ya teman²!
Biar aku tambah semangat lagi lanjutin ceritanya...

Happy enjoying



Happy enjoying

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SMA Mentari

Beberapa tahun yang lalu...

Teriknya sinar matahari di siang hari tak melunturkan semangat dan kegigihan seorang gadis berseragam putih abu-abu untuk tetap menjalankan hukuman yang harus di terimanya akibat tidur saat jam pelajaran berlangsung, yaitu hormat pada bendera merah putih.

Tangan mungilnya ia gunakan untuk mengusap peluh yang ada di pelipisnya. Gadis dengan tinggi badan 160 cm itu mengeryit guna mengurangi silaunya sinar matahari, sebelah tangannya lagi ia kibaskan di depan dada karena merasa gerah.

"Makannya...kalo malam tuh tidur, bukan malah begadang."

Seorang pria tampan yang berseragam sama dengan gadis yang tengah hormat pada bendera merah putih.

Sedangkan gadis itu masih berdiam diri, kernyitan di pangkal hidungnya berganti dengan kerutan di dahi mulusnya. Tangan yang semula hormat pun ia turunkan, tak lupa membalikkan badannya untuk mengetahui siapa pria yang telah memayunginya menggunakan buku.

"Fares? Kamu ngapain di sini?" Tanya gadis berkerudung itu.

Bukannya menjawab, pria yang dipanggil "Fares" tersebut hanya tersenyum, netra coklatnya menatap teduh gadis di depannya.

"Hei! Kamu ngapain di sini?" Tanya gadis itu lagi.

"Payungin kamu, Han." Jawab Fares singkat dan tenang.

Gadis tersebut ialah Arshifa Farhana atau yang kerap di sapa Hana adalah designer muda, putri pemilik butik di kotanya. Hana hanya tinggal bersama Bella-sang ibu, karena Willi-sang ayah telah meninggal dunia di usia Hana yang menginjak 5 tahun. Sejak saat itu kehidupan Hana bergantung pada ibunya.

"Gak usah Fares, aku udah biasa kayak gini." Tolak Hana sambil menurunkan tangan Fares. "Mending kamu balik kelas aja, sebelum Pak Nawi lihat kamu di sini!" Suruh Hana.

"Beneran nih?"

"Hm, udah sana balik!" Tangannya di kibaskan menyuruh Fares pergi.

Fares, laki-laki itu masih memandang Hana sambil berjalan mundur. "Tapi nanti kalo ada apa-apa kabarin aku, ya!" Hana mengangguk mengiyakan.

Setelah Fares menghilang dari penglihatannya, Hana melanjutkan hukumannya hingga waktu istirahat tiba.

* * *

Datang salah satu sahabat Hana, seorang gadis berkerudung yang sama dengan Hana, yaitu Savina Ravelia. Gadis yang akrab di sapa Vina itu menarik paksa tangan Hana untuk ikut dengannya ke kantin.

Di kantin sudah ada Fares juga Gilang yang duduk di pojokkan kantin, Vina mengajak Hana menghampiri kedua pria itu. Dengan terpaksa Hana mengikuti langkah kaki Vina yang sedikit berlari. Saat tiba di depan Fares dan Gilang, Vina langsung mendaratkan tubuhnya di sebelah Gilang dan Hana di sebelah Fares yang berhadapan dengan Vina.

Tak lama pesanan pun datang, Fares gegas mengambilnya dari nampan dan di letakkan di hadapan Hana membuat gadis itu bingung. Hana menatap pada Fares seolah bertanya 'ini punya siapa?', beruntung Fares memahami tatapan Hana.

"Itu punya kamu, aku pesan duluan tadi. Maaf ya, gak ngomong kamu dulu..." Ujar Fares sedikit menyesali tindakannya.

"Eh, iya enggak apa kok. Tapi kamu tau dari mana aku suka mie ayam?" Hana tak menduga jika Fares bisa tahu makanan favoritenya. Padahal selama ini dirinya jarang sekali menemui Fares saat di kantin, karena laki-laki itu sibuk dengan organisasi yang diikutinya. Jadi Hana hanya bersama Vina dan Gilang saja.

"Aku sering lihat kamu beli mie ayam kalo di kantin," balas Fares semakin membuat yang lainnya juga ikut bingung.

"Bukannya selam ini kamu jarang ke kantin ya, Res?" Sahut Vina tiba-tiba.

"Emang. Tapi aku selalu pantau kalian dari jauh, meskipun aku sibuk." Ucapnya membuat Hana dan yang lain terdiam.

Hana sempat tertegun dengan yang Fares lakukan. Sesibuk-sibuknya Fares, laki-laki itu masih memikirkan ketiga sahabatnya. Apalagi sampai memperhatikan setiap makanan yang di pesan oleh ketiga sahabatnya.

"Apalagi Hana, aku selalu hafal makanan yang di pesan sama dia." Sontak saja Vina dan Gilang kompak menatap Hana lalu kembali memandang Fares dengan tatapan menuntut penjelasan.

Hana hanya diam membeku, ia merasa jika salah satu sahabatnya itu sedang menyimpan sesuatu di dalam hatinya. Entah benar atau tidak, Hana pun tak tahu pasti. Mungkin ini hanya perasaan Hana saja.

Fares menghela nafas sejenak, mau tak mau ia harus membongkarnya. "Dulu waktu awal kita MOS kelas sepuluh, aku sempat ngincar Hana. Gak tau juga kenapa, tapi aku terus pantau Hana sampai akhirnya kita sekelas. Aku juga sempat tanya sama Riki, teman sekelas aku dulu. Kata Riki, aku tuh suka sama Hana, tapi aku gak tau jelas sama perasaan aku."

"Terus sekarang kamu masih suka?" Tanya Gilang penasaran. Dirinya juga perlu memastikan perasaan Fares pada Hana. Jangan sampai saat Hana mulai suka ke Fares, namun Fares hanya sekedar kagum semata dan perasaan itu tak berlanjut. Maka Hana yang akan menjadi korban yang merasakan sakitnya. Gilang tidak mau itu terjadi, ia sangat mewanti-wantinya.

Fares hanya mengedikkan kedua bahunya, "gak tau."

Vina dan Gilang kompak saling pandang. "Gimana sih?"

KisahanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang