14|| Lapor Nyonya!

36 7 12
                                    

Jangan lupa vote dan komennya ya teman²!
Biar aku tambah semangat lagi lanjutin ceritanya...





Jangan lupa vote dan komennya ya teman²!Biar aku tambah semangat lagi lanjutin ceritanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








Dari kejadian kemarin, keduanya kini semakin dekat. Mulai dari berangkat ke tempat kerja bersama, makan siang, dan pulang pun bersama.

Kegiatan mereka ini tak luput dari orang tua mereka. Iya, dua wanita paruh baya itu tak hanya melihat dan berpangku tangan, tapi juga turut berkontribusi terhadap perkembangan hubungan putra putrinya.

Seperti kali ini, Delia sengaja tidak masak untuk sarapan kedua anaknya. Mungkin untuk Vina bisa masak sendiri di rumah. Tapi, bagaimana untuk Ghani? Tentu saja, pria tampan itu langsung menghubungi Hana meminta pada gadis itu untuk membuatkan menu sarapan untuknya dan Hana dengan senang hati membuatnya.

Bahkan, Hana tidak hanya membuat untuk sarapan, tapi untuk bekal makan siang juga. Apalagi makanan yang Hana buat adalah makanan favorite Ghani, semakin berbunga-bungalah hati pria itu.

"Di habisin, Kak." Ghani mengangguk sembari mengunyah makanan.

"Enak banget, Han," pujinya membuat Hana salah tingkah. "Besok bikinin lagi, ya."

"Iya, besok Hana bikinin lagi buat Kakak."

Ghani cemberut menatap Hana. "Jangan panggil kakak lagi. Panggil Abang atau Mas aja," protesnya.

Hana terkekeh melihat pria di hadapannya kini bertingkah seperti anak-anak. "Iya, nanti aku usahain kalo gak lupa, hehe."

"Janji?"

Kakak kandung Vina itu menyodorkan jari kelingkingnya lalu Hana pun menautkan jari kelingkingnya ke jari kelingking besar milik Ghani.

"Janji."

Selesai menandaskan sarapan yang Hana bawakan, Ghani lantas mengembalikan kotak makan tersebut pada sang pemilik. "Jangan lupa besok bawain lagi," peringat Ghani.

"Hm, aku balik ke butik ya, Mas," pamit Hana.

Sosok yang kini tengah duduk di samping Hana dan berjarak beberapa centi pun mematung menatap gadis yang baru saja beberapa hari menerima cintanya. Matanya mengerjab tak percaya kala mendengar panggilan baru yang keluar dari mulut Hana untuknya.

Di dalam dada terasa berdetak kencang saat pertama kali mendapat panggilan tersebut. Katakanlah Ghani lebay, tapi memang itulah yang terjadi pada Ghani sekarang.

Hana mengibas-ngibaskan tangan di depan wajah Ghani yang tengah melamun. Entah apa yang di pikir oleh pria itu? Hana pun juga tak tahu. "Mas, Hana pamit ke butik. Nanti siang Hana ke resto lagi bawa bekal buat Mas Ghani."

KisahanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang