5|| Sama siapa?

74 36 37
                                    

Jangan lupa vote dan komennya ya teman²!
Biar aku tambah semangat lagi lanjutin ceritanya...





Jangan lupa vote dan komennya ya teman²!Biar aku tambah semangat lagi lanjutin ceritanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Pagi menjelang siang di butik Shifa hari ini terbilang cukup padat, sebab banyaknya klien yang ingin mengorder busana rancangan Hana. Tak jarang para klien me-reques rancangan busana yang mereka pesan, hingga sang designer pun kewalahan dengan orderan yang tiba-tiba membludak.

Tak cukup karyawan butik saja yang membantu menyelesaikannya, kini Hana juga di bantu oleh Vina dan Umma Delia yang mengajukan diri pada Hana juga Bella untuk turut membantu. Itung-itung agar tak menganggur di rumah saja kata mereka.

Di meja kasir pun ada Ghani yang juga ikut membantu melayani para klien yang ingin membayar. Tentu saja, karena paras Ghani yang tampan dan berkarisma yang membuat mereka rela berdesakkan. Beruntung Gilang datang tepat waktu langsung menghampiri Ghani yang terlihat kerepotan dengan para klien yang mayoritas berjenis kelamin perempuan.

"Mas ganteng, punya saya dong!" seru klien wanita berkuncir kuda.

"Saya dulu, Mas! Saya sudah lama, nih!" sahut klien lainnya.

"Iya ibu-ibu, harap tenang!" tegas Gilang semakin membuat mereka ricuh.

"Apa sih?"

"Tau! Marah-marah mulu."

"Baru datang kok emosi sih, Mas!"

"Gimana saya gak emosi, kalo kalian gak bisa di atur?! Kalian kan tau ini tempat umum! Harusnya kalian bisa jaga sikap, jangan kekanakan dong! Umur aja pada dewasa, tapi kelakuan kayak anak paud!" sentak Gilang membungkam mereka semua.

Ghani bernafas lega melihat keadaan kembali kondusif, baru kali ini ia turun tangan langsung menghadapi para klien yang mayoritas wanita. "Makasih banyak, Lang. Gak tau lagi kalo kamu gak dateng tadi, mungkin saya sudah di keroyok sama mereka," ucap Ghani tulus.

"Elah, Bang Ghani kayak sama siapa aja," balas Gilang bergurau. "Tumben nih, mau turun tangan langsung?" tanya Gilang heran. Pasalnya sepengetahuannya dan Vina, pria bernetra hitam legam itu tak pernah sekalipun turun tangan langsung melayani klien. Jika pun ada masalah atau protesan dari kliennya, Ghani akan memerintahkan sang asisten untuk mengurusnya. Dan hari ini, Gilang melihat sendiri kegigihan Kakak kandung Vina itu untuk tetap membantu Hana dalam melayani para klien meskipun pria itu kewalahan sendiri.

"Yakin, nih? Gak ada kaitannya sama Hana gitu?" Pertanyaan pria gemulai itu berhasil membuat Ghani bungkam. "Nah kan, diam aja. Pasti ada apa-apanya, nih."

"Apa sih!? Saya gak ada hubungan apa-apa sama Hana. Saya cuma sekedar bantu aja, kasian Hana kewalahan tadi," elak Ghani.

Gilang mencebikkan bibirnya, seakan tak percaya dengan apa yang Ghani katakan. Mulut memang bisa berbohong, tapi mata dan hati tak akan bisa berbohong. Lihat saja kedepannya, akan Gilang buktikan sendiri. "Oohh, cuma kasian, ya?" Ghani mengangguk.

"Kebetulan aku ada kenalan sesama CEO, sih. Nah, maksud aku mau kenalin dia ke Hana, barang kali aja Hana mau buka hati biar bisa lupain sahabat sialan aku tuh," curhat Gilang.

"CEO? Siapa? Jangan sembarang kenalin orang cuma buat jodoh-jodohin aja. Gak baik," sahut Ghani sedikit sensi.

"Gak baik buat siapa? Buat Hana apa buat Bang Ghani, nih?" Gilang menyeringai melihat Ghani yang sepertinya tak bisa menjawabnya.

"Buat semuanya. Udah lanjut kerja," titah Ghani. Sementara Gilang tersenyum kemenangan.

• • •

Tak terasa sore menjelang, butik pun mulai sepi, hanya beberapa klien saja yang datang. Mereka saat ini tengah bersantai di ruang pribadi Hana yang dulunya juga di gunakan oleh Bella, dengan beralaskan tikar bergambar origami milik Hana.

Tanpa ada rasa sungkan lagi, Gilang merebahkan tubuhnya di samping Hana yang sedang asyik menonton serial drama bersama Vina menggunakan ponsel gadis itu.

Berbeda dengan Ghani yang tampak segan melakukan apapun selain memantau perkembangan restoran juga cafe melalui monitor laptopnya.

Melihat putra sulungnya menyendiri, Delia menyuruh Ghani supaya berkumpul bersama putrinya juga Hana dan Gilang. "Vin, itu kakaknya kok di biarin aja, diajak atuh," tegur Delia.

Vina mengalihkan atensinya pada Ghani yang masih fokus pada laptopnya, mendekati sang kakak lalu duduk di samping Ghani. "Kak, kenapa gak gabung aja?"

Pria berusia 24 tahun itu menoleh pada Vina, tersenyum simpul seraya mengacak gemas pucuk kepala sang adik yang tertutupi hijab. "Nggak apa, udah sana nonton lagi sama Hana," suruhnya.

"Mau makan apa? Biar Kakak pesanin," tawar Ghani pada Vina. "Sekalian yang lain kamu tawarin." Vina mengangguk lalu kembali menghampiri Hana.

"Han, mau makan apa?" Hana yang tengah asyik pun tak merespon Vina. "HANA!" teriak Vina di rungu Hana berhasil membuat gadis manis itu tersentak.

"Apa, Vin? Kenapa? Ada klien lagi, ya?" tanya Hana beruntun. "Kenapa sih, kok mukanya galak gitu?" tanya Hana polos.

Ghani terkekeh melihat kedua gadis itu, merasa gemas dengan tingkah keduanya. "Kalian mau makan apa? Biar Kakak pesan delivery," tawarnya.

"Kalian aja yang beli! Umma mau nasi pecel Mang Tejo, dekat SMA Mentari," pekik Delia yang baru saja keluar dari toilet.

"Siapa yang beli, Umma?" Vina menatap Umma-nya bingung.

"Ya Hana dong."

"Sama siapa? Sendiri?" Bella menyahut dari belakang Delia.

"Sama Ghani lah," jawab Delia santai.

Vina sontak membulatkan mata. "Bahaya, Umma! Bukan mahram-nya!"

"Ya kamu ikut, tapi di belakang aja," sahut Delia santai. Hana dan Ghani pun menghela nafas lega, setidaknya mereka tidak hanya berdua saja di dalam mobil selama perjalanan, bisa menimbulkan fitnah nantinya.

Bella memutar bola matanya, seakan hafal dengan trik dan niat sahabatnya itu. "Ada-ada aja, suka banget comblangin orang," gumamnya.

"Udah sana berangkat! Vina, kamu jangan ganggu loh!" teriak Delia pada ketiga pemuda. "Hana, jangan sungkan kuras habis isi black card-nya Kak Ghani, ya!" lanjutnya.

"Cocok, ya? Setuju sih."

🚧🚧🚧🚧

Jangan lupa votmen-nya ya!





KisahanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang