05. Feeling

404 31 7
                                    

"Jaya izin kemana weh? Tumben amat?" Tanya Rara ketika membaca surat izin milik Jaya yang baru saja diantar oleh satpam sekolah.

Hari ini adalah jadwal piket Rara jadi sekalian dia menulis siswa yang tidak datang di papan hadir. Cewek khas cepol dua itu cukup bingung karena si ketua kelasnya izin tidak masuk. Padahal biasanya meski dalam keadaan sakit pun Jaya selalu masuk. Alasannya tidak mau ketinggalan pelajaran.

"Ada kepentingan keluarga kali?" Sambar Juan. Teman satu meja dengan Jaya.

"Lo tanya apa kasih tau nih?" Tanya Rara. Cantik-cantik gitu Rara kadang suka Lola. Alias loading lama.

"Pendengaran Lo tuh bermasalah. Orang dia udah pakai nada tanya juga!" Hera datang-datang langsung nimbrung.

Rara memberikan bombastic side eye pada Hera. Kalau dibiarkan bisa ada adu bacot makanya Jesna langsung menarik Hera untuk segera pergi.

"Masih pagi. Harus sabar.. orang sabar disayang gebetan~~" ujar Jesna dengan riang. Sengaja untuk menghempas atmosfer panas di antara Rara dan Hera.

"Jaya kaga masuk. Hera gantiin tuh tugas Jaya hari ini manggil guru yaaa!" Suruh Juan. Jadi Jaya itu ketua kelas sedangkan Hera yang kalian harus tau, dia adalah wakilnya.

Makanya adu bacod terus. Jaya yang disiplin bersanding sama ratu berisik di kelas kan satu kesatuan yang pas. Pas buat perang sih.

Bagaimana sejarah Hera bisa jadi wakil ketua kelas? Mungkin karena tabiatnya tidak bisa diam jadi supaya insaf anaknya dijadikan wakil. Tidak taunya sama saja. Tetap bacod everyday everywhere.

"Yaelah. Mana sih si Jaya. Tugas dia juga. Masa harus gue? Malesin!" Kan. Belum apa-apa sudah bacod.

"Gue temenin nanti. Harus sabar." Nasehat Jesna. Cuma bergaya sih sok menasehati. Padahal dia juga ngga pernah punya sifat sabar.

Hera masih tetap ngedumel. Tapi Jesna acuh sebab dia jadi kepikiran sesuatu.

"Hera perasan gue kok ngga enak ya?" Adu Jesna pada Hera.

"Napa lagi? Lo mimpi apa semalam?" Tanya Hera.

"Emang perasaan gue sama mimpi korelasinya apa?" Jesna bingung.

"Ya siapa tau kan?" Balas Hera. Jesna berdecak kesal. Sedang serius malah yang diajak bicara tidak nyambung.

"Tadi pagi Wafa bilang ngga masuk sekolah. Mendadak banget. Pas gue balas langsung centang satu." Jesna bercerita.

"Udah deh lo jangan kebanyakan curiga. Ga baik!" Pesan Hera. Anaknya mulai kesal karena menurutnya Jesna makin keterlaluan mengkhawatirkan si kapten futsal.

"Emang salah gue khawatir? Kan Wafa pacar gue?" Dinasehati bukan nurut, justru sebaliknya Jesna makin ngeyel.

"Ya tau Wafa pacar Lo. Masa pacar gue?" Balas Hera. Jesna sudah ancang-ancang akan mencakar wajah Hera dengan kukunya yang panjang.

"Wafa cuma punya gue!" Posesifnya. Hera memutar bola matanya malas.

"Iya punya Lo. Ambil aja." Balas Hera dengan malas.

"Beneran deh perasaan gue makin ga enak Her." Kata Jesna lagi dan mulai menggigit kukunya.

"Wafa baik-baik aja. Nanti kalau Lo masih khawatir gue temenin ke rumahnya." Kata Hera dan itu cukup menenangkan untuk Jesna setidaknya untuk sekarang.

" Kata Hera dan itu cukup menenangkan untuk Jesna setidaknya untuk sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
OVT (Riize Wonbin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang