Jesna bingung karena Dewa memberhentikan laju motornya. Jesna melihat sekeliling. Sepertinya Dewa sengaja berhenti untuk mencari makan. Ketika turun Dewa bergegas memesan menu yang dia mau lalu mengajak Jesna mencari tempat duduk. Mata Jesna berbinar melihat pemandangan kota dari atas pegunungan.Tempat yang mereka singgahi sekarang merupakan kafe pinggir jalan yang menyuguhkan pemandangan alam dari atas pegunungan. Jadi wajar jika Jesna terkagum-kagum karena dia besar di kota dan baru kali ini melihat pemandangan seindah yang dia lihat sekarang.
"Wahhh rumah gue yang mana ya kak?" Tanya Jesna dengan wajah takjub.
Dewa terkekeh. "Ya mana gue tau? Gentingnya aja ga kelihatan Na." Balas Dewa.
"Iya sih. Tapi mama sama papa harus lihat ini tauk. Besok mau liburan ke sini pokoknya." Cerocos Jesna senang.
"Ck Ck...anak kota dasar." Cibir Dewa. Jesna menoleh dengan cemberut.
"Iya iya si paling ngejek." Balas Jesna lalu membidik pemandangan dengan kamera ponsel.
"Udah jangan foto-foto mulu, makan dulu Na." Suruh Dewa ketika makanan sudah datang.
Jesna kedip-kedip mata dengan raut bingung. Dewa yang paham lalu menahan ketawa. Takutnya kalau dia keceplosan lagi Jesna makin tambah sewot.
"Dibuka dulu bungkusnya. Makannya pakai tangan." Dewa mengajari.
Jesna mengangguk dan pelan-pelan membuka bungkusan dari daun pisang itu. "kak ini nasi ya?" Tunjuk Jesna.
"Itu nasi tiwul namanya. Lo belum pernah makan kan?" Tanya Dewa.
Menggelengkan kepala. "Belum. Enak kah? Kaya nasi kucing ga sih porsinya?" Tanya Jesna lagi. Dewa mengangguk saja karena sudah lahap memakan makanannya.
Sebelum makan Jesna terlebih dulu mencuci tangannya. "Enak sih. Btw, ini terbuat dari apa?" Tanya Jesna lagi disela-sela dia mengunyah.
"Ketela yang dikeringkan lalu dibuat semacam tepung terus dimasak." Jelas Dewa.
"Enak." Ucap Jesna lalu menghabiskan nasi tiwulnya.
Setelah menempuh dua jam perjalanan. Akhirnya Dewa dan Jesna sampai di tempat tujuan ketika adzan Maghrib berkumandang.
"Ini rumah papanya kak Dewa?" Tanya Jesna sambil melepas helm.
"Iyaa.. jelek ga kaya rumah Lo kan?" Ucap Dewa. Jesna menggeleng.
"Gue ga bilang ya kak. Kakak tuh ga boleh bilang kaya gitu. Meski jelek pun itu hasil jerih payah papa kakak." Jesna malah menasihati.
Dewa mengelus kepala Jesna. "Iya iya maaf. Yuk masuk?" Ajak Dewa. Cowok itu lebih dulu berjalan sedangkan Jesna mengikuti dari belakang.
Dewa mengetuk pintu dua kali. Lalu baru terdengar suara langkah kaki mendekat dari dalam rumah. Jesna semakin gugup. Dia merasa heran dengan dirinya sendiri hari ini. Kok tadi dia bisa bersemangat ketika Dewa mengajaknya pergi, sekarang Jesna menyesal. Bukan apa-apa dia malah mirip kekasih Dewa yang ingin berkunjung ke rumah calon mertua jadinya.
"Kak Dewaaaa! Kangen!" Setelah pintu terbuka. Seorang anak laki-laki langsung memeluk Dewa dengan erat.
Tatapan anak laki-laki itu menjadi bingung ketika tau eksistensi Jesna. "Eh itu ceweknya kak Dewa?" Celetuknya membuat Jesna makin gugup.
Bisa gawat kalau malah membuat orang rumah Dewa salah sangka kan?
"Paaaa kak Dewa bawa pacarnya!!!" Anak laki-laki itu berlari ke dalam rumah.
"Kak gimana nih?" Jesna jadi panik.
"Ngga kok. Azka emang sering jail anaknya." Dewa menenangkan.
"Adik Lo kak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
OVT (Riize Wonbin)
Teen FictionMemiliki pacar kapten futsal yang super kharismatik membuat Jesna selalu overthinking. Karena ternyata punya pacar ganteng tidak selalu bahagia. Pertanyaan 'kamu dimana? Sama siapa?' harus Jesna tanyakan setiap waktu. Rasa khawatir berlebihan cender...