32. Epilog

241 15 0
                                    

Jesna memperbaiki letak kacamatanya sebelum mengganti slide powerpoint yang ditampilkan tab di depannya. Meski nyatanya belajar itu melelahkan tapi bagi Jesna itu sudah sebagian dari hobinya. Baik di manapun tempatnya, tidak mempengaruhi untuk berhenti belajar. Iya, seperti saat ini contohnya. Berada di tribun untuk menunggu Wafa selesai main futsal. Daripada ngantuk, mending Jesna gunakan waktunya untuk hal yang produktif.

"Pulang yuk?" Seseorang mengulurkan tangannya di depan Jesna. Jesna tersenyum dan segera membereskan barang-barangnya. Lantas Jesna menerima uluran tangan dari Wafa.

"Kapan selesainya sih? Kok sampai aku ga tau?" Tanya Jesna.

"Kamu fokus banget belajarnya sampai ga ngeh aku selesai." Balas Wafa.

"Ck! Anak kita nanti bakal sepinter apa kalau mamanya rajin belajar?" Tanya Wafa, Jesna tersenyum.

"Dia bakal seganteng kamu dan sepintar aku, maybe?" Jesna melanjutkan fantasi random Wafa tadi.

Wafa yang kini tersenyum dan tak lupa mengusap kepala Jesna dengan sayang.

Semakin sore, koridor kampus semakin sepi. Padahal ketika Jesna datang suasana kampus masih cukup ramai dengan mahasiswa. Sifat Jesna yang suka apel Wafa duluan memang tidak pernah berubah sejak mereka masih SMA.

Jesna memang lebih sering mengunjungi Wafa di kampusnya. Katanya suasana kampus Wafa lebih terlihat santai ketimbang suasana di kampusnya.

Wafa dan Jesna sepakat untuk memilih kampus yang berbeda. Itu Wafa rencanakan dan Jesna hanya mengikuti. Lagipula Tyas menyuruhnya untuk bisa masuk kampus Negeri, dan Wafa lebih memilih untuk kuliah di kampus swasta.

"Kayaknya mau ujan deh yang?" Wafa melihat banyak awan berwarna abu-abu menutup langit.

"Mampir ke kosku dulu ya, mau mandi sebelum nganter kamu balik." Ajak Wafa, Jesna cukup mengangguk. Mereka berjalan kaki untuk sampai di kosan Wafa. Karena Wafa tadi ke kampus cuma nebeng Satria, motornya ditinggal di kos. Tidak tau kalau hari ini Jesna bakal datang ke kampusnya.

Sampai di kamar kos, Jesna terkejut dengan kondisi kamar yang berantakan. Wafa nyengir sambil garuk-garuk kepala. Malu sama takut diomelin Jesna.

"Ini kamar apa kadang ayam?" Sindir Jesna.

"Hehe.. aku mandi dulu." Wafa menaruh tasnya asal dan mengambil handuk lalu bergegas masuk kamar mandi. Sumpah dia benar-benar malas mendengar omelan Jesna untuk kali ini aja.

Jesna menghentakkan kakinya lalu dengan terpaksa membereskan kekacauan kamar Wafa. Jesna tuh ngga bisa lihat barang berantakan, jangankan berantakan lihat benda miliknya geser saja sudah membuatnya kesal.

Sepuluh menit yang dibutuhkan Wafa untuk mandi. Cowok itu sudah kelihatan segar ketika selesai membersihkan diri. Tapi melihat Jesna yang cemberut membuat Wafa sangsi kalau cewek itu dalam keadaan baik-baik saja.

"Kamu mandi lama banget. Keburu ujan tuh!" Jesna menunjuk jendela. Dan benar saja, di luar hujan deras.

"Ya udah bobok sini aja." Sumpah Wafa cuma ingin bercanda, tapi reaksi Jesna langsung melotot horor.

"Ih mesum!" Jesna menyilangkan kedua tangannya di dada.

"Mesum sama calon istri masa ga boleh?" Celetuk Wafa. Jesna masih menatap Wafa dengan horor.

"Engga sayang, bercanda, eh itu?" Tiba-tiba Wafa membalikkan badan Jesna.

"Baju kamu ada merahnya." Kata Wafa.

Jesna langsung berbalik dengan raut terkejut. "Jangan-jangan aku mens yang. Gimana dong!" Panik Jesna.

"Ya udah pakai bajuku aja." Saran Wafa yang ikutan panik.

OVT (Riize Wonbin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang