Apa Ari "Keluarga" ?

728 3 0
                                    

Alvarez Pratama, si bungsu dari tiga bersaudara. Si bungsu yang selalu mendapatkan apapun yang ia inginkan. Menjadi anak terakhir adalah suatu keberuntungan sendiri bagi Alvarez, memiliki satu Abang bernama Bagaskara, juga satu Kakak perempuan, Javinka Pricilia. Memiliki orangtua yang sedikit gila kerja, tapi meskipun begitu mereka bertiga sama sekali tidak kekurangan kasih sayang kedua orangtuanya.

Sedangkan si tokoh perempuan, Zeavanya Cantika. Memiliki keluarga yang bertolak belakang dengan si tokoh laki-laki Alvarez. Anak tunggal dari sepasang suami-istri yang jauh dari kata "Romantis", setiap hari ada saja yang diributkan oleh mereka berdua, menikah lebih dari delapan belas tahun tetap saja tidak membuat mereka terbiasa dengan kehadiran masing-masing, menikah karena perjodohan, dan menjalani keseharian bersama tanpa adanya rasa cinta bukanlah hal yang mudah.

"Vanya, disuruh maen kerumah gue sama si Vinka" ucap Alvarez disebrang telpon.

"Kak Vinka apa lo nih? Jujur aja lah kangen kan lo sama gue" jawab Vanya tengil.

"Najis amat gue kangen sama lo. Btw temenin gue basket ya nanti minggu"

"Tuh kan!! Kangen itu mah, lo sama gue HAHAHA. Iya liat nanti, takutnya jadwal gue penuh, biasalah orang sibuk" jawab Vanya, mereka terus mengobrol melalui telepon hingga larut malam.

                   ~~

"ABANG, GAK MAU AH! APA SIH LO" teriakan Vinka menggema dilantai bawah.

"Kakak apasih teriak-teriak, ngerusak minggu Papa aja" sahut Juanda sambil menuruni tangga.

"Tuh si Bagas ngambil roti yang seharusnya buat Kakak" rengek Vinka sambil menunjuk Bagaskara yang sedang menjulurkan lidah dan menggoyangkan pinggulnya ditangga atas.

"Udah-udah, nih buatin roti baru. Nanti si Abang mama jewer telinganya" lerai Fika, sang Mama.

"Tau tuh, gitu aja diribetin" ucap Alvarez ikut meledek Kakak perempuannya itu.

"Diem deh lo bocil, ga diajak juga" ucap Vinka sinis, dibalas muka konyol oleh Alvarez.

Berbeda dengan suasana rumah Alvarez, hawa dingin menyelimuti Vanya dan kedua orangtuanya yang sedang melakukan sarapan dimeja makan.

"Kalo gabisa masak gausah sok-sokan masak deh, buat nasi goreng aja keasinan" ucap Jendra, Ayah dari Vanya sambil beranjak dari duduknya, Vanya ikut beranjak dari duduknya niat ingin menghampiri sang Ayah, dan bertanya apa maksud dari perkataannya tadi. Belum sempat ia melangkah, lengannya sudah ditahan Indah, sang Mama, sambil menggelengkan kepalanya dan menyuruhnya untuk duduk kembali.

                  ~~

Sesuai perjanjian Alvarez juga Vanya tempo hari, mereka pergi kelapangan basket untuk menemani Alvarez tanding melawan sekolah tetangga.

Vanya duduk sendiri ditribun penonton yang memang sudah disediakan oleh yang punya acara, sembari melihat Alvarez yang terlihat begitu lihai memainkan bola basket itu. Saat tengah asik melihat Alvarez bermain, dering dari handphone nya berdering, menandakan ada telepon masuk, dilihat dari nama kontaknya, itu Bu Henny, tetangganya.

"Halo bu, ada apa ya? Tumben telepon saya" ucap Vanya membuka obrolan.

"Aduh neng, ini Mama Ayah kamu berantem sampe lempar-lemparan barang" ucap Bu Henny, panik.

"Oh iya iya Bu, ini saya langsung pulang, makasih ya bu" ucap Vanya ikutan panik, ia mematikan telpon dan beralih melihat Alvarez yang tengah fokus bermain. Karna takut Alvarez mencarinya, Vanya mengirimkan pesan yang berisi jika ia pulang duluan karna orangtuanya kembali bertengkar.

Vanya turun dari ojek, memberinya upah dan berjalan tergesa-gesa kedalam rumahnya, saat selangkah lagi ia memasuki rumah, ia mendengar lemparan barang dan perkataan Ayahnya yang membuat hatinya seperti ditusuk ribuan jarum.

cerpen IX.10Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang