Arutala Anindya

386 3 0
                                    

Pukul 3 sore hari

Suasana rumah sangat sepi karena hanya ada aku yang kebetulan sedang sendiri tanpa ada nya sang mama, sang ayah, serta sang kaka.

*Aku Nindy.*

Arutala Anindya. Aku adalah perempuan bermata indah, berpostur tubuh yang tidak tinggi, namun juga tidak pendek. Aku saat ini sudah duduk dibangku kelas 9 SMP, aku tidak terlalu banyak teman di sekolah, namun aku sangat beruntung bisa bertemu orang-orang baik seperti mereka yang tidak lain adalah sahabat-sahabat aku.

Aku tidak suka keributan, apa lagi saat aku sedang lelah namun harus mendengarkan orang tua ku sendiri bertengkar. Yang terus-menerus melemparkan piring, gelas, kaca, atau benda-benda tajam lainnya.

Aku sangat tidak suka keributan yang terus menerus terjadi, padahal saat aku kecil. Keluarga ku sangat cemara sekali, sampai orang lain pun iri melihat keceriaan keluargaku.

*flashback on*

"Cantik banget si anak ayah, seperti bidadari hahaha" serunya.
"Siapa dulu dong mamahnya, aku hahaha" Ucap sang mama.
"AYAH, MAMA, AKU TIDAK CANTIK YA? KO KALIAN HANYA MEMUJI ADEK?" Ucap anak perempuan berumur 11 tahun yang tak lain adalah Alkana (kakakku).
Umur kakakku saat itu 11 tahun, sedangkan umur ku baru menginjak 2 tahun, kami hanya berjarak 9 tahun.
"Siapa yang berani bilang kamu tidak cantik anakku? Kamu juga cantik ko, putri ayah" Ucap sang ayah.
"Iyaa tu bener kata ayah, kamu cantik ko sayang, tidak boleh merendahkan diri kamu sendiri yaa anakkuu" Ucap sang mama.
"Tuu denger yaa kakak kata mama sama ayah tadi" Ucap aku
"Hehehe. Aku kira kalian lupa dengan aku" Ucap Kana dengan wajah lucunya.
"Ngga dong anakku yang cantik" Ucap sang ayah dan mama.
"Aku juga tidak lupa tau sama kakak" Ucap aku

*flashback off*

Semenjak Renjana yang tak lain adalah mama ku mengetahui bahwa Aditama (ayahku) selingkuh dari dia, mereka jadi lebih banyak bertengkar sampai-sampai ayah pun main kekerasan kepada mama. Aku tidak berhenti menangis dan menutupi telinga di saat orang tua ku sedang bertengkar. Aku juga tidak bersuara saat menangis, yang dimana aku menangis diam-diam yang sangat amat sakit.

Saat malam hari, yang dimana tanggal 12, bulan Juni. Mama dan ayah ku memutuskan untuk berpisah, karena mereka memang tidak cocok. Bayangkan saja, anak pertama bertemu anak ketiga. Kalau kata pepatah jawa mereka memang tidak akan bisa disatukan.

Aku senang mereka berpisah, karena pasti tidak ada keributan lagi bukan?. Namun ternyata aku salah, mereka masih saja terus bertengkar, hanya karena meributkan hak asuh aku?. Kakak aku sudah menikah. Makannya hanya aku saja yang di ributkan untuk mengambil hak asuh.

Mama dan ayah aku mempeributkan hak asuh aku setelah sidang bercerai, ayah aku berkata.

"Nindy, kamu ikut ayah ya, karena kamu anak perempuan jadi harus tinggal bersama ayah". Jelas aku tidak mau, karena aku tau ayah aku tidak cukup baik, aku ikut mama. Karena aku memang sudah dekat betul dengan mama, sedangkan ayah?, dia dan aku seperti orang asing. Dia hanya sibuk dengan selingkuhannya, bahkan untuk sehari diam dirumah saja mungkin jarang.

Ayah selalu bilang kepadaku bahwa dia tidak memiliki uang, mungkin karena dia juga pengangguran? Sekalinya ada uang juga dia hanya mementingkan selingkuhannya juga anak dari selingkuhan dia. Ntahlah apa yang ada dipikiran ayah aku, sampai-sampai dia sangat tergila-gila dengan selingkuhannya dan justru malah menghabiskan uang berjuta-juta demi selingkuhan serta sang anaknya.

Pada hari minggu, aku ingin pergi main ke kota tua bersama teman-teman ku, lalu aku pun meminta uang kepadanya untuk uang jajan, wajar bukan?.

Aku ngechat dia untuk memintanya, karena kami juga memang sudah pisah rumah.

"Ayah, aku ingin meminta uang untuk main bersama teman-teman ku ke kota tua. 50ribu aja cukup ko ayah, nanti aku kesitu ya sama temanku" Ucapku.
Ayah pun membalas pesan ku, ia berkata
"Jangan meminta uang terus kepadaku, bisa-bisa rumah tangga ku hancur hanya gara-gara kamu terus-menerus meminta uang kepadaku, ayah juga diam-diam ngasih kamu uang begini" Ucap ayahku.

Aku saat itu tidak terima, saat ayahku bilang bahwa aku akan merusak rumah tangga mereka. Aku tidak diam, aku justru membalas pesan ayah.

"Ayah, aku anak kandung ayah loh? Bukan anak tiri atau anak selingkuhan ayah. Masa iya istri ayah marah hanya karena anak kandung ayah meminta uang untuk kebutuhan hidupnya? Istri ayah juga pasti ngerti kok. Emang dasar ayahnya aja yang gamau memberi aku uang".
"Aku selama ini hanya minta untuk uang jajan aku aja loh yah, bukan membiayai sekolah aku yang selalu ada bayaran, ntah untuk bangunan atau apa. Selama ini emang ayah pikir yang bayarin itu semua siapa? Mama yah mama. Ayah pikir jadi moms single itu gampang? Ayah pikir cari pekerjaan dengan gaji yang besar itu mudah?, aku kecewa sama ayah. Mulai sekarang aku tidak akan meminta apapun lagi sama ayah" Ucapku.

Aku pun menangis saat mengetik pesan itu kepada ayahku. Setelah mengirim pesan itu, aku bahkan memblokir serta menghapus nomer ayahku, karena aku sudah terlanjur kecewa.

Aku pun sudah terbiasa tidak menghubungi ayah, aku justru lebih nyaman dengan kondisi yang sekarang. Yang dimana akhir-akhir ini aku sering kali tertawa bersama keluarga dari mama, walaupun tanpa adanya sosok ayah.

*MEREKA PUN BAHAGIA BERSAMA.*

END

Nama : Jahra Aurel Fadillah
Absen : 17
Kelas : 9.10

cerpen IX.10Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang