Kehilangan

763 6 0
                                    

Kau tau, hampir semua orang pernah kehilangan. Ada yang kehilangan sebagian tubuhnya, kehilangan kasih sayang orang tua, kehilangan pekerjaan, kehilangan benda-benda berharga, kehilangan sahabat maupun kekasih. Dalam ukuran tertentu, kehilangan yang dialami orang lain mungkin jauh lebih menyakitkan. karena semua yang namanya kehilangan itu menyakitkan.

Anastasya Mysha perempuan dengan paras cantik,kulitnya putih, dengan tingginya 165 cm, benar benar seperti perempuan idaman bukan?.anas sangat suka traveling dan photography.

Sore itu,setelah menyelesaikan kuliahnya, Anas pergi untuk meminum secangkir kopi hangat. duduk di meja no 7 dan mulai menikmati secangkir kopi hangat.
saat sedang menikmati kopi nya,ada seorang pria menghampiri Anas dengan penuh senyuman, seolah olah telah mengenali Anas begitu lama. Anas tak pernah mengenalinya. "siapa pria ini? apa dia mengenaliku? kenapa dia senyum kepadaku?" tanyanya bingung.
"Apa boleh saya duduk disini?" tanya pria itu.
"boleh" jawab Anas
Anas buru buru menghabiskan kopinya. tapi sayangnya kopinya masih panas "bodo amat yang penting bisa cepat cepat pergi" katanya dalam hati. "Gak usah buru buru masih panas jangan diminum,kasian bibirmu" kata pria itu sambil menyingkirkan kopi itu dari mulut Anas.
Anas hanya diam dan melihatnya. 5 menit berlalu tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut pria itu, Anas pun juga diam sambil menunggu kopinya agar tidak sepanas tadi.
"Anas" ucap pria itu. Anas terkejut kenapa pria itu tau namanya. "Anastasya mysha kan?" katanya lagi. "ternyata emang bener" ucapnya sambil senyum dan mulai menyeruput kopi hangatnya. "kenapa kamu tau namaku?" "apa kita pernah bertemu sebelumnya?" saking penasarannya banyak sekali pertanyaan yang ditanyakan oleh Anas.
pria itu malah tersenyum dan memandang Anas cukup lama. "kita dulu pernah satu sekolah. mungkin kamu tidak ingat, tapi aku ingat karena dari dulu sampai sekarang aku menyukaimu. maaf telah membuat kamu kaget hari ini,tapi sungguhan. aku gapernah suka perempuan lain selain kamu nas" katanya panjang lebar Anas kebingungan. Anas tak mengenali sosok pria yang ada di depannya ini, Anas mencoba mengingatnya tapi percuma Anas tak mengingat apapun, apalagi memori tentang pria yang ada di depannya.
Anas terlihat kebingungan. "nas dulu waktu SMA kita pernah satu sekolah, kita memang tak pernah satu kelas, tpi dulu kamu pernah membantuku." kata pria itu. "Membantu apa?" tanya Anas. "Saat itu tanganku berdarah, aku pergi ke UKS tapi tidak ada yang bersedia membantu, tapi kamu dengan ikhlas mau membantuku, padahal kamu bukan penjaga UKS hari itu. Kamu baik, kamu cantik, kamu pintar, aku suka" Jelasnya. Saat itu juga Anas ingat "Ohh iya, aku mengingatnya, waktu itu kamu nangis sambil pegang tangan kamu yang berdarah" sahut Anas semangat. "Hahaha iya itu dulu nas, namaku dika mahardika" ucap pria itu memperkenalkan diri. " Namaku Anastasia Mysha, kamu sudah tau sebelumnya" jawab Anas.

Kala itu Anas dan Dika menjadi teman baik. Bertukar cerita tentang traveling, photography serta bisnis. Anas dan Dika sering bertemu di sela-sela kuliah, menghabiskan waktu berdua di hari weekend. Banyak yang dilakukan hari itu, makan bareng, nonton film bareng, dan pergi ke tempat-tempat yang cukup unik.
Layaknya dua insan yang sedang jatuh cint, kemana-mana selalu bersama, satu hari tak bertemu pun sudah rindu haha. Anas tak menyangka kalau dirinya telah jatuh cinta pada Dika. Karena terbiasa berteman,bertemu,berbagi suka duka dan menjadi pendengar yang baik, kemudian rasa suka itu ada karena Anas percaya, Dika adalah sosok yang luar biasa. Sosok yang selama ini Anas cari. "Dika aku menyukaimu" ucap Anas
Anas dan Dika menjalankan hubungan ini begitu santai, namun yakin akan sampai pada tujuan. Terlebih lagi kedua orang tua mereka menyetujui hubungan ini. Mereka merasa dunia sedang berpihak pada mereka. Indah sekali.
Tidak pernah rasanya tidak jatuh cinta padanya setiap hari. Dika berbeda dengan pria yang lainnya. Ada saja setiap harinya yang membuatku tidak bosan mencintainya.

Hingga suatu hari di dalam perasaan yang semakin yakin tentang sebuah pilihan masa depan. Anad dan Dika mulai membahas tentang pernikahan, mulai dari biaya pernikahan yang harus di tabung, rumah yang harus dicicil dan usaha yang harus dibangun.
Pernah suatu hari Anad bermimpi tentang Dika. Dika meninggalkannya tanpa sepatah katapun, Anas mulai khawatir akan mimpinya, Anad takut ini akan terjadi. Namun, Dika selalu meyakinkannya. Bahwa dia tidak akan berkhianat ataupun meninggalkan Anas. Dika selalu meyakinkannya dengan hal-hal yang sederhana yang bisa dia lakukan. Tapi entahlah, semakin Dika menunjukannya, Anas semakin merasa takut kehilangan.
Sampailah pada waktu mereka jarang bertemu. mereka sibuk dengan kesibukan masing-masing. Tapi mereka juga masih memberi kabar setiap hari. mereka mengerti satu sama lain, mereka paham betul dengan kesibukan mereka masing-masing. mereka hanya bertemu melalui video call setiap harinya.
Hingga akhirnya Dika memberi Anas sebuah trip ke Banyuwangi, sebagai pelepas lelah dan penat pada saat itu. Bahagianya punya seseorang yang sangat mengerti. Tuhan terima kasih telah menghadirkanya untukku. Aku merasa menjadi salah satu wanita yang beruntung di dunia ini.
Sebelum berangkat liburan, Anas dan Dika berbelanja kebutuhan mereka disana. Anas dan Dika berbelanja makanan, baju, dan kebutuhan lainnya.
Sampailah di detik-detik Anas dan Dika pergi liburan bersama. Anas dan Dika telah bertekad bertemu langsung di bandara. Di jam 03.00 WIB Anas sampai di Terminal 2 Soeta dan menunggu kedatangannya. Jam 04.30 Dika memberi Anas kabar "iya sayang, bentar lagi aku sampai, tunggu aku". Kemudian hilang, Anas masih mencoba tenang, karena Anas berfikir dia pasti mampir ke Mushola untuk menunaikan solat subuh. Mencoba tenang dan yakin dia akan sampai sebentar lagi. Itu yang selalu Anas fikirkan.
Jam 05.25 Anas gelisah tidak karuan, "kemana Dika kenapa belum sampai?" Ucapnya. Anas merasakan hal yang tidak baik, hati ini semakin gelisah, handphonenya tidak aktif sulit di hubungi. Anas mulai mencarinya ke semua orang. "Dika kamu dimana" sambil menahan tangis. Saat itu Anad tidak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa berlari, menangis, dan berteriak. Setelah 6 jam tak kunjung menemukan kabar tentang Dika. Anas pun pasrah, hampir menyerah.
Hingga akhirnya, Anas mendapat kabar bahwa sang kekasih telah mengalami kecelakaan saat menuju bandara. Langsung seketika hati Anas rubuh seakan-akan tersambar petir yang dahsyat. Mencoba mengendalikan diri, menguatkan hati dan pikiran. Anas yakin Dika baik-baik saja.
Anas menemui Dika di Rumah sakit, Anas yakin dia pasti ada di IGD tapi ternyata...
Ruang jenazah yang dingin, dibalut kain putih, sekujur tubuh yang kaku, suasana yang sunyi, Dika kini ada di sana. Sesak rasanya, seperti ada lubang besar yang tiba-tiba terbuka dalam diri ini. Ingin sekali berteriak, tapi sesak. Sakit Ya Tuhan.
Hancur lebur. Seperti tersambar petir ditengah siang bolong, seperti bunga yang di petik ketika mekar, seperti jantung yang diambil secara paksa. Sesak rasanya melihat dia pergi untuk selama-lamanya.
Hingga akhirnya Anad melihat Dika, memandanginya begitu lama dan berbisik "Kenapa pergi disaat belum menepati janji? yuk ikut aku pulang, aku sudah jemput kamu, tapi kamu bangun dulu ya?"
"Ayo bangun Dika". Anas terus memohon, padahal Anas tau sampai kapan pun Dika tidak akan bangun kembali.

sakit rasanya menyadari bahwa Dika tidak akan pernah kembali di samping Anas, Tidak ada yang baik-baik saja. Dari dua hati yang pernah bahagia bersama, lalu berpisah karena berbagai hal mau tak mau harus diterima.

Sampailah pada waktu Ansd bisa merelakan Dika, tapi belum sampai tahap mengikhlaskan. Anax mulai mencoba mengikhlaskan dia. Anas mencoba tersenyum bahagia. Dika pasti sudah tenang di sana. "aku tidak boleh sedih lagi" ucap Anas. Masih ada masa depan yang harus diperjuangkan, banyak masa depan cerah yang sedang menunggu untuk digapai.

Aku, kamu bisa apa. Jika kala itu takdir Tuhan telah memanggilmu untuk pergi selamanya, meninggalkanku, orangtuamu, sahabatmu, dari dunia yang fana ini. Rasanya sedih sekali bahwa hatiku masih tertuju padamu yang pasti tidak akan pernah menemuiku lagi.
Akhirnya aku menemukan jalan damai itu, berdamai dengan masa lalu dan diri sendiri.

Semua orang akan pergi, hanya saja waktunya yang berbeda. Dika sudah bahagia disana.

END

Nama : Nabila khaerunnisa
Absen : 26
Kelas : 9.10

cerpen IX.10Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang