[19] ALTHARAZKA

121 6 0
                                    

Disebuah ruangan tepatnya didalam kamar tidur yang nampak begitu kacau dengan barang-barang yang tergeletak tanpa aturan diatas lantai, dan jangan lupa pula dengan pecahan botol-botol minuman yang terlihat begitu tajam yang dapat membuat luka apabila disentuh.

"Berhenti" gertakan yang datang sontak menghentikannya untuk mengacak-acak ruangan tepatnya istirahat. Namun itu hanya untuk sesaat, ia kembali menuju kasur dan melemparkan sebuah bantal ke atas lantai yang berisikan pecahan kaca.

Wanita paruh baya itu memungut bantal yang berada di atas lantai, membawanya kembali ke tempat semula. Duduk dengan santai dan menyuruh putranya untuk turut duduk disampingnya. Setelah ditatap dengan tajam oleh sang ibu Harits akhirnya menurut dan duduk tepat disamping ibunya berada.

"Untuk apa semua ini?" Melirikkan mata untuk melihat keadaan ruangan yang nampak seperti gudang__ bahkan gudang mungkin lebih rapi ketimbang kamar itu.

Harits hanya terdiam dengan kepala yang tertunduk, ia tidak berani berbicaa dengan sang ibu didepannya__ jangankan berbagai menatap matanya saja ia tidak sanggup melakukannya.

"Jawab?" Masih sama, hening tidak ada jawaban.

"Jawab pertanyaan ibu Harits" kini ia kembali menggertak sontak membuat suasana menjadi semakin mencekam.

"Tentu karena aku kesal" sontak langsung menjawab karena terkejut atas gertakan yang diarahkan kepadanya.

"Dua puluh persen. Hanya dua puluh persen saham yang aku peroleh, itupun hanya saham salah satu perusahaan belum kekayaan yang lainnya. Selama ini akulah yang turut mengembangkan perusahaannya dan ia hanya memberikanku dua puluh persen saham perusahaannya, itu tidak benar" lanjutnya.

"Hanya itu kah?"

"Hanya itu? Ibu pikir hanya karena itu aku marah? Itu bukanlah hal sepele yang membuatku tenang dan tidak kesal seperti ini" geram lelaki itu.

"Harits Harits. Terkadang aku bertanya kepada diriku sendiri, apakah kau memang putranya atau bukan?" Membuat lelaki itu bingung.

"Apa maksudmu? Apakah aku bukan putramu?"

"Tentu saja kau putraku, akulah yang telah mengandung selama sembilan bulan, melahirkan dan membesarkan dirimu hingga menjadi lelaki yang pintar seperti sekarang ini. Namun terkadang karena sifatmu aku menjadi tidak yakin bahwa kau adalah putra yang aku didik selama ini. Kau jelas tahu semua titik kelemahan CF-Group. Kenapa tidak kau coba memanfaatkannya untuk mendapatkan apa yang kau inginkan. Untuk apa mengurung diri, melampiaskannya hanya dengan barang-barang seperti ini, kau bisa mengurusnya sendiri bukan"

Setelah mendengar penuturan yang cukup lama, kini keduanya menyeringai dengan tatapan licik.

🖤
🖤
🖤

Cleonefa tengah berada didapur. Ia tengah duduk santai sembari menunggu asisten rumah tangganya menyiapkan makanan yang ia minta. Beberapa saat lalu ia meminta sebuah sandwich serta jus buah.

"BI"

"Bentar non, sebentar lagi selesai"

"Tenang aja, Cleo belum laper-laper banget kok"

"Lahhh terus"

"Soal warisan, bibi rasa Cleo pantes gak si dapat warisan sebanyak itu?" Asisten rumah tangga tersebut heran atas pertanyaan yang diarahkan kepadanya.

"Ya pantes lah non, kan non Cleo emang ahli waris satu-satunya yang dimiliki, kenapa gak pantes coba?"

"Yaaa. Heran aja gitu, Cleo pikir mungkin Cleo cuma bakal dapet separuh dan separuhnya buat kak Harits"

ALTHARAZKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang