[20] ALTHARAZKA

94 4 0
                                    

Entah sudah berapa lama Cleonefa menelusuri jalan hingga tanpa ia sadari sendiri dirinya kini berada di pusat kota. Diseberang tempatnya membatu terdapat minimarket, tanpa pikir panjang ia langsung melewati jalanan yang ramai. Baru beberapa kali kakinya melangkah sebuah mobil dengan kecepatan tinggi mengarah pada dirinya.

Cittt....

Untung sang pengendara mobil tersebut tepat waktu menginjak ram mobil dan menghentikan laju mobilnya. Cleonefa terduduk ketakutan diatas aspal jalan yang berdebu, hingga sosok pria jangkung turun dari mobil dan membantunya berdiri.

"Kau tak apa?" Tanya pria tersebut dan mendapat anggukan kepala oleh Cleonefa.

Dan pria itu memapah Cleonefa hingga tepi jalan, tepatnya depan minimarket yang sebelumnya hendak Cleonefa tuju.

Pria itu membawakan plester serta air mineral yang ia beli setelah mendudukkan Cleonefa di kursi panjang yang berada di depan minimarket. Kemudian ia memberi air mineral tersebut kepada Cleonefa dan mendapat ucapan terimakasih. Setelah Cleonefa meneguk beberapa airnya, pria tersebut kembali menyodorkan tangannya untuk memberi plester.

"Untuk apa ini?"

"Tentu untuk lukamu, untuk apa lagi memang!"

Cleonefa terdiam, ia tidak merasa dirinya terluka ataupun sakit. Pria itu melihat Cleonefa yang justru terdiam, hingga ia mengambil plester itu kembali kemudian berjongkok dan langsung memasangkannya di lutut Cleonefa.

"Akh sakit" keluh Cleonefa.

"Maaf" memelankan tangannya yang tengah memasang plester. "Apa kau tidak menyadari bahwa kau terluka?" Cleonefa menggelengkan kepala. Setelah selesai memasang plester pria itu kembali berdiri.

"Terimakasih"

"Tak perlu, seharusnya aku yang minta maaf atas kecerobohanku didalam berkendara sehingga hampir membuatmu celaka" Cleonefa kembali mengangguk-anggukkan kepalanya. "Jika sudah tidak ada yang sakit bolehkah aku pergi! Atau kau perlu ke rumah sakit, biar aku antar"

"Tidak perlu, ini sudah lebih dari cukup"

"Ohh kalau begitu saya pamit undur diri, permisi" lagi-lagi Cleonefa hanya kembali menganggukan kepalanya.

🖤
🖤
🖤

Dilain tempat pula terdapat sosok wanita baya yang nampak gusar. Ia terus mondar-mandir tidak tahu arah. Hingga seseorang melewatinya.

"Bi, Cleonefa kemana?"

"Non Cleo tadi bilang kalau dia bosen dirumah dan ingin mencari udara segar" jawab orang yang dipanggil "bi" barusan.

Wanita itu semakin gusar, ia tidak menghawatirkan kondisi Cleonefa. Ia hanya khawatir Cleonefa bertemu dengan seorang yang tidak ia harapkan.

"Semoga mereka tidak bertemu diluar sana" monolognya pelan. Namun ia masih terpaku dengan tatapan yang mengarah pada pintu utama rumah tersebut. Hingga sebuah sentuhan tangan di bahunya berhasil mengejutkannya.

"Apa yang sedang ibu lakukan?" Menarik napas lega, ternyata Harits putranya yang kini berada disampingnya.

"Menunggunya pulang"

"Siapa?"

"Siapa lagi kalau bukan adik tersayangmu"

"Siapa bilang dia adik tersayangku?" Wanita ini mengangkat kedua bahunya dengan kata lain entahlah atau tidak tahu. "Memangnya kenapa kalau ia belum pulang? Apakah ibu mengkhawatirkannya?"

"Tentu saja tidak, untuk apa aku mengkhawatirkannya?" Kini giliran Harits yang mengangkat kedua bahunya. "Ibu hanya khawatir Cleonefa bertemu dengannya"

"Itu sama saja ibu mengkhawatirkannya"

"Tentu saja berbeda" elaknya. "Jika ibu khawatir, ibu akan mencari tahu keberadaannya, kondisinya dan lain sebagainya. Ibu hanya takut ia akan bertemu dengannya"

"Terserah ibu saja, intinya sama saja bahwa ibu khawatir pada Cleonefa" pasrah Harits hendak meninggalkan ibunya. Namun ia urungkan setelah terdengar bell rumah yang ditekan menandakan kedatangan tamu atau apalah itu.

"Itu pasti Cleonefa" guman wanita baya tersebut.

Harits melangkah untuk membuka pintu, dan ternyata benar dugaan ibunya, Cleonefa yang berada di ambang pintu.

"Kau dari mana saja? Tidak tahukah bahwa kami mengkhawatirkanmu, pergi ke mana saja kau, dengan siapa? dan___ bertemu dengan siapa saja kau?" Sontak seperti seorang kakak yang benar-benar peduli terhadap adiknya. Harits melimpahkan begitu banyak pertanyaan yang enggan untuk Cleonefa jawab, hingga ia hanya melangkahkan kakinya untuk masuk tanpa menghiraukan kedua orang yang menghadangnya barusan.

Keduanya bingung melihat Cleonefa berjalan dengan tertatih-tatih.

"Kenapa kau tertatih-tatih?" Cleonefa membalikkan badannya membuat keduanya terdiam usai melihat sebuah plester di lutut kanannya.

"Aku nyaris tertabrak mobil tadi" ucapnya setelah kembali berbalik meninggalkan kedua orang itu.

Harits hendak bertanya lagi, namun dihentikan oleh ibunya. "Biarkan saja, yang penting ia sudah kembali sendiri tanpa siapapun"

Kini Cleonefa telah berada di dalam kamarnya. Ia membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur dan memejamkan matanya sebentar kemudian beralih mengambil ponsel yang ia letakkan di atas meja samping tempat tidur. Ternyata ponselnya telah kehabisan daya dan mati, Cleonefa mengambil PowerBank untuk mengisi daya baterai ponselnya kembali. Setelah menyala ia membukanya dan ternyata terdapat banyak panggilan dari ibu tirinya.

"Mengapa ia tampak khawatir dengan banyaknya jumlah panggilan ini. Namun___ mana mungkin ia khawatir padaku, itu mustahil" gumamnya sendiri. Tidak ambil pusing ia beralih aplikasi untuk melihat video-video pendek yang dapat menghibur diri.

🖤
🖤
🖤

"Kenapa kamu terlambat?, Satu jam lalu kamu bilang sudah berada di jalan, nyatanya kamu baru sampai sekarang, apakah itu hanya alasan yang kamu buat-buat karena kamu memang lupa akan hari ini" nampak sosok wanita yang tengah duduk dengan raut cemberut.

"Maaf sayangku" ucap pria itu sembari mendekat ke arah wanita yang tengah duduk cemberut, kemudian memeluknya erat serta mencium kening untuk membujuknya.

"Aku tidak mungkin melupakan hari penting ini, dan pula aku tidak mungkin membuat alasan seperti itu, beberapa menit yang lalu aku hampir menabrak seseorang dan aku membawanya ke minimarket. Itu sebabnya aku sedikit terlambat kemari" lanjutnya untuk meyakinkan.

"Minimarket? Kamu bilang kamu hampir menabrak orang, kenapa tidak dibawa ke rumah sakit" tanya wanita itu setelah melepas pelukan mereka.

"Iya, karena ia hanya terluka kecil, dan lagi pula ia tidak mau pergi ke rumah sakit. Oleh sebab itu aku hanya membelikan sebuah plester serta air mineral untuknya" wanita itu hanya menganggukkan kepalanya.



ALTHARAZKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang