[18] ALTHARAZKA

97 6 0
                                    

"Jadi bagaimana?"

"Bagaimana apanya? Dimana nona Cleonefa? Haruskah saya menunggunya lagi seperti kemarin?"

"Apa maksudmu menunggu? Dia ada di..." Hening Harits menoleh ke belakang dan heran dimana anak itu berada?. "Dimana Cleo?" Lanjutnya. Ibunya pun turut heran, tadi Cleonefa berada tepat disamping mereka dan sekarang anak itu menghilang tanpa jejak.

"Jangan becanda, kalian bilang nona Cleonefa sudah datang dan tengah menunggu. Mana buktinya? Kalian tahu saya tengah sibuk, jangan buang-buang waktu saya dengan hal seperti ini" ucap pria notaris itu dengan tegas.

"Kami tidak bercanda dan kami tidak berbohong, Cleonefa memang sudah kembali dan ia tadi berada di antara kami, entah kemana anak itu" kepanikan tiba-tiba menimpa wanita itu, memberi perintah kepada putara tersayang untuk mencarinya.

Setelah lima belas menit lamanya Harits kembali ke ruang utama. Menggelengkan kepala memberitahukan kepada ibunya bahwa ia tidak menemukan Cleonefa dimana pun.

"Bagaimana tidak ada? Mungkin ia ada dikamar nya" wanita itu berbisik tepat disamping Harits.

"Aku sudah mencarinya sampai sudut-sudut rumah ini tetap tidak menemukannya" hening sesaat. "Aku rasa ia kabur" lanjutnya.

Mereka berdua memberikan senyuman canggung kepada notaris tersebut, notaris membalas senyuman mereka dengan senyuman yang mengintimidasi.

Wanita itu memanggil seluruh pekerja di rumah itu untuk membantu menemukan keberadaan Cleonefa. Hingga satu jam berlalu para pekerjanya telah kembali dan mereka semua memberikan jawaban yang sama bahwa mereka tidak menemukan Cleonefa dimana pun. Mereka sudah mencari ke halaman depan, belakang, samping tidak ada.

"Mungkin nona Cleonefa keluar nyong" ucap seorang asisten rumahnya.

"Apakah kalian melihatnya keluar dari rumah?" Sang satpam menggelengkan kepala, ia tidak melihat siapapun keluar masuk rumah kecuali notaris yang datang sekitar dua jam lalu.

Kini semua orang tengah berdiri dengan nafas yang memburu.

"Ada apa, kenapa semua orang terlihat cemas?"

"Nona Cleonefa. Entah kemana dia pergi, sudah satu jam lebih kami mencarinya dan tidak jumpa juga" jawab sang satpam yang masih berada di ruang utama.

"Benarkah? Tadi aku melihatnya kabur dari atap rumah menaiki helikopter, namun semua itu gagal sebab ia terpeleset dan terjatuh" semua orang terkejut dan mereka langsung berlari menaiki tangga untuk menuju ke atap rumah.

"BHAK HAHAHA" suara tertawa terbahak yang langsung menggema didalam ruangan.

***

Dua jam lalu

Sebuah mobil memasuki perkarangan rumah dan seorang pria turun dari dalam mobil tersebut, pria itu adalah notaris yang datang atas panggilan dari nyonya rumah tersebut.

Kedatangannya langsung mendapat sambutan yang ramah dari pemilik rumah. Tiga orang menyambutnya dengan senyuman yang amat sangat lebar__ ralat hanya dua yang tersenyum antusias atas kedatangannya. Sementara yang satu hanya senyum terpaksa yang nampak masam untuk dilihat.

Cleonefa berbicara isyarat dari jarak jauh kepada sang notaris dan notaris tersebut mengerti dan memberikan respon gerakan kepala mengangguk__ walaupun hanya anggukan sekali Cleonefa sudah paham. Lantas ia pergi sebentar untuk menuju toilet.

Entah kenapa tiba-tiba ia merasa sakit perut yang membuatnya berdiam cukup lama ditoilet. Hendak keluar dari toilet di kamarnya dan sudah membuka pintu ia lupa untuk mencuci tangannya yang membuatnya kembali masuk ke toilet. Saat tengah mengeringkan tangan ia mendengar suara ocehan mulut diluar.

"Dimana anak itu, apakah ia tengah bersembunyi?" Ternyata kakak tirinya Harits yang tengah mengecek kamarnya.

Cleonefa bergumam "berapa bodohnya Harits, ia hanya mengecek kamar tanpa melihat-lihat sekitarnya" oh mungkin karena pintu toilet yang memang terbuka yang membuat Harits berfikir tidak mungkin ada orang didalamnya.

Entah ide dari mana Cleonefa merencanakan kenakalannya untuk menjahili orang-orang tersebut.

***

Cleonefa kembali merasakan perutnya kram serta wajah yang panas sebab tertawa terbahak-bahak

"Kamu dari mana saja Cleo?" Pertanyaan mengintimidasi dari wanita yang berada didepannya.

"Aku masih lelah, berniat untuk istirahat sebentar, namun malah tertidur pulas di dalam kamar" jelasnya.

"Bohong, aku mengecek kamarmu tidak ada siapapun didalamnya" Cleonefa menaikkan tangan dan bahunya tidak tahu.

"Jangan bercanda, semua orang terlihat mencarimu sampai sudut-sudut dirumah ini tidak ada yang menemukanmu. Mana mungkin kau hanya tidur didalam kamar" tegur ibu tirinya lagi.

"Untuk apa aku berbohong dan bercanda? Aku memang tertidur dikamarku" dan itu memang benar setelah ide mengerjai ibu dan kakaknya itu memutuskan untuk tiduran saja di kasurnya.

"Cleo jangan bohong kamu seb...."

"Sudah-sudah" notaris tersebut menghentikan perdebatan yang terjadi dihadapannya. "Saya kemari untuk membacakan wasiat, bukan untuk melihat pertengkaran yang terjadi diantara kalian" sontak semua bungkam.

Menarik nafas panjang.

"Jadi sebelum tuan Aydin wafat ia pernah bercerita pada saya bahwa ia mempunyai seorang putri dari istri pertamanya yang telah meninggal disaat melahirkan putri mereka. Ia sangatlah mencintai mendiang istrinya, dan tidak pernah ada niatan untuk menikah kembali demi mengenang sang istri" sontak itu mendapat tatapan tajam dari wanita yang duduk tepat dihadapannya.

Harits menatap ibunya tidak peduli "Lanjut"

"Namun ternyata ia memang merasa kesepian dan menemukan anda nyonya" menunjuk wanita didepannya. "Ia merasakan hal yang sama kepada anda sama seperti kepada mendiang istrinya dahulu, ternyata ia merasakan jatuh cinta untuk yang kedua kalinya dan ia memutuskan untuk menikahi anda. Walaupun ia tahu anda sendiri seorang wanita yang sudah mempunyai anak yang ditinggal pergi oleh suami karena serangan jantung. Kala itu nona Cleonefa sudah berusia lima tahun disaat tuan Aydin merintis bisnisnya disini, namun sang putri tidak mau meninggalkan halaman kelahirannya hingga membuat Aydin menyewa seorang baby sister untuk merawat putrinya di halaman kelahiran sang putra. Dan ia mul..." Lanjutnya.

"Anda disini untuk membacakan wasiat dari mendiang suami saya, bukan menceritakan kisah tentangnya" tegur wanita itu.

"A benar, maaf sebelumnya" notaris tersebut meneguk minumannya sebelum melanjutkan cerita, mungkin ia haus telah bercerita panjang. "Tapi mending tuan Aydin memang menyuruh saya untuk menceritakan kisah tentangnya" lanjutnya.

Wanita itu hendak nenyolot sebelum putranya menghentikannya, menyuruhnya untuk tetap diam.

"A iya lanjutkan saja, jangan hiraukan ibuku"

"Sebelumnya ia berencana untuk memberikan seluruh kekayaannya hanya untuk putri semata wayangnya. Namun Setelah menikahi anda ia jadi mempunyai seorang putra tiri, namun ia tidak pernah menganggap bahwa Harits bukanlah putranya, ia menganggap Harits adalah kakak dari Cleonefa. Dan ia merubah seluruh rencananya" sontak ibu dan anak itu memperlihatkan senyuman yang nampak samar-samar.

"Dan sekarang tibalah saatnya. Saya, sebagai notaris dari mendiang Tuan Zayn Aydin Abayomi menyampaikan isi dari surat wasiat yang telah dibuat oleh beliau untuk disampaikan kepada kerabatnya. Yang berisikan bahwa Harits sebagai putranya menerima dua puluh persen saham perusahaan yang berada di kota ini. Serta sisanya delapan puluh persen saham perusahaan, apartemen, tanah seluar lima ribu hektar merupakan hak dari putrinya Cleonefa Feyza Yomi yang merupakan pewaris sah dari kekayaan Abayomi"

Tiga kali ketukan pada meja untuk mengakhiri pembacaan dari isi surat wasiat tersebut.





























To be continued

See you again🖤🖤🖤

ALTHARAZKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang