"Lelahnya Juga"

40 10 0
                                    


Bunga mengerjapkan mata dan rasa pusing dengan cepat menyerang kepala. Ah sepertinya demamnya belum membaik, sementara dirinya harus beraktivitas seperti biasa. Rasa hangat yang keluar dari tubuhnya membuat Bunga semakin gerah. Bunga juga merasakan ada sesuatu di atas keningnya dan sadar kalau dirinya tengah berbaring di atas ranjang.

Seingatnya ia tengah berbaring di lantai, tepat saat ayah menyiksanya semalam, Bunga terlebih dahulu menjemput kegelapan sebelum Bunga tahu kapan ayahnya benar-benar berhenti. Bunga berpikir, siapa yang memindahkannya semalam?

Mencoba mendudukan diri di ranjang dengan susah payah, bersamaan pusing yang berputar sesuatu terjatuh dari keningnya --- itu kompresan.

Belum usai dengan semua hal tidak terduga pagi ini, Bunga dikejutkan dengan pintu kamarnya yang terbuka. Bunga menatap siapa gerangan memasuki kamarnya sepagi ini. Dan saat seseorang itu menampakan wajah, Bunga mencelos.

"Pagi, kak!". Karang menyapanya dengan kebahagian yang luar biasa.

Nampak, didepan matanya kini adiknya itu membawa nampan sarapan pagi --- Ada teh hangat dan bubur sumsum --- bergegas membawanya kepada sang kakak yang tengah terdiam di tempat, lalu meletakannya di atas meja kecil kamar itu. Bunga hanya memperhatikan bagaimana awal kehadiran adiknya, saat dimana Karang ikut duduk diranjangnya dan memegang keningnya.
Bunga hanya menatap adiknya itu dengan pikiran baru, maka, Bunga segera menghentikan adiknya itu.

"Kamu ngapain?".Tanya Bunga penuh kebingungan. Gadis itu juga menghentikan Karang untuk mengecek keadaanya. Bunga hanya berpikir, apa Karang tahu sesuatu --- misal seperti semalam.

Namun, Karang tertawa kecil. Kakaknya ini mendadak serius dan canggung sekali. "Kak Bunga sarapan dulu, Karang bawain teh hangat dan bubur sumsum". Ungkap Karang sambil mengambil bubur sumsum itu, mengabaikan tanya sang Kakak. "Ayo, kak". Sambung Karang dengan satu sendok bubur sumsum telah tertuju pada Kakaknya.

Bunga hanya terdiam, gadis itu hanya menatap Karang dengan penuh tanda tanya. Adiknya ini belum pernah melakukan ini sebelumnya, sebab itu membuat Bunga merasa terkejut. Meskipun Bunga tahu bahwa Karang telah memperhatikannya kali ini. Tapi, Bunga merasa bahagia, hatinya menghangat ketika ia tahu bahwa Karang merendahkan hatinya hanya untuk melakukan hal ini, saat ia membutuhkan seseorang. Seperti kata sebelumnya, Bunga ingin Karang tetap menyanyanginya. Lantas, Bunga membuka mulutnya tanpa penolakan, menerima suapan pertama setelah bertahun-tahun menjadi seorang kakak ---- Karang Danurdara.

Karang tersenyum manis. Lalu, kembali menyendok bubur sumsum itu dan memberikannya kepada kakaknya. Karang bahagia sebab kakaknya menerima sesuap demi sesuap sarapan paginya. Mungkin saja kakaknya canggung karena sikapnya pagi ini.

"Kak Bunga juga harus sarapan pagi". Ungkap Karang tanpa melihat Kakaknya saat ini.

Tahu kalau Karang tidak melihatnya, tetap saja Bunga menganggukan kepalanya pelan. Lalu, kembali menerima satu suapan kecil dari adiknya.

"Bubur sumsumnya enak gak, kak?". Tanya Karang semangat.

"Enak".

Terlihat Karang bahagia mendengarnya, "Syukur deh! Karang yang membuatnya loh, kak. Tapi, gak semua sih. Soalnya di bantu ibu juga". Ungkap Karang sembari tersenyum lebar. Sangkin semangatnya anak itu kembali memberi satu suapan besar pada kakaknya.

Jaga Bunga DikarangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang