Cerita Di penghujung Hari Ini

43 5 2
                                    





Mama?

Disimpang jalan ini Bunga berdiri termenung dengan tangan meremat sebuah surat tulisan mama -- yang dimana surat itu sudah usang -- menguning dimakan usia -- dan kusut. Ibu memberikan kepadanya ketika usianya menginjak 14 tahun, ketika Ibu usai memukulnya dengan rotan lalu hendak mengusirnya dari rumah.

Ini hanya ketika ia bertemu Mama tanpa sengaja kemarin, rupa wajah mama selalu berbayang dipikirannya, mengkalut permanen disetiap tidurnya. Sejenak Bunga kembali mencapai obsesinya untuk menemukan Mama, namun kembali nerasa putus asa sebab merasa sudah tak mampu. Dan entah, bagaimana surat ini kembali ia temukan di penghujung hari, yang sangat ia ingat betul bahwa sudah ia buang ketong sampah. Bunga kembali menyelami surat tulisan Mama. Surat yang dimana semua isinya dengan permohonan pengampunan dan pemintaan maaf dari Mama.


Tak ada ekspresi. Bahkan tatapannya sudah turut layu. Bunga menghela napas, bisakah ia tidak kecewa pada Mamanya saat ini, lagi?

Seketika, ketika ia menemukan Mama, mungkinkah ia bisa bersamanya. Keluarga yang runtuh kembali utuh. Mungkinkah? Sebab, ia yang terbuang, mungkinkah Mama ingin ia kembali?

Mungkinkah, tuhan?
Bunga ingin bersama Mama lagi. Bunga ingin mencarinya, ada muncul harapan besar ketika ia tahu bahwa Mama masih di kota ini.

Walaupun ia sudah bahagia sebab ada Karang di hidupnya. Namun, ia ingin bersama keluarganya, dengan utuh.

Bunga tersenyum tipis, astaga alangkah rindunya ia dengan Mama dan adiknya. Saat saat membayangkan bersama saja sudah bergetar hatinya.

Tuhan, mungkin tidak suka orang berputus asa, mungkin saja tuhan mau membantunya kali ini. Bunga akan mencari keluarganya, entah sejauh mana nanti ia akan mencari. Bunga tetap akan mencari. Ia meremat kembali surat dari mama. Ada sepucuk kecil harapan dihidupnya.

Lama menyelami pikiran yang kacau, Bunga mendapati sepasang sepatu putih didepan matanya. Bunga menengadah dengan pelan, mencari tahu siapa yang berani menganggunya. Hari ini gadis itu tidak ingin diganggu atau bahkan ditemukan oleh semua orang yang mengenalinya. Namun, kenapa ---

"Jaga?".

Jaga selalu bisa menemukannya dimanapun?.

Bahkan ketika Bunga mendatangi atau bersembunyi ditempat sesepi ini Jaga masih bisa melihatnya. Ketika tatap itu bertemu --- tatapan bergetar Bunga menyelami mata Jaga, laki-laki itu tak ada yang berubah, tatapannya masih seperti biasa --  menatapnya kelam namun teduh --- dengannya ia berdiri tegak. Seragam sekolahnya yang rapih dan bersih, dan bunga bisa mencium parfum manis dari tubuhnya yang khas.

Dan ketika Jaga berjalan mendekatinya dan usai berada di sejengkal matanya. Hatinya bercemooh.

Bunga terkekeh dalam hati, sudah beberapa hari ia menghindarinya. Bunga tidak ingin Jaga berada disekitarnya, Bunga hanya takut.

Sejenak Bunga gemetar hanya karena takut seseorang melihatnya, seolah ada seseorang yang mengintainya dan akan mengadukan ini kepada ayahnya. Meski Bunga menahannya bahwa semua itu hanya kalutnya saja. Ini gila.

Sampai dimana Bunga tidak akan menyapa Jaga disana, sampai dengan tenang gadis itu mulai membalikan tubuhnya. Bunga harus segera pergi. Mulai hari ini, gadis itu tidak akan memperdulikan lagi Jaga. Ia akan pergi. Jika ia tidak menunjukan responnya, maka Jaga juga lambat laun akan pergi sendirinya karena jengah. Pasti.

"Rupanya lo masih bersikap kayak gini? Lo mau ngindarin gue lagi?".

Bunga menegang, mata gadis itu bergetar.

Jaga Bunga DikarangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang