Tok tok tok!
Tok tok tok!
Tok tok tok!
Suara ketukan pintu yang terdengar berulang kali membuat perhatiannya teralihkan. Abyan melempar sikat di tangannya seraya berdecak sebal, lalu bangkit berdiri sambil mencuci tangannya asal. Ia melangkah keluar dari kamar mandi, lalu membukakan pintu yang tak hentinya diketuk dari luar oleh seseorang yang sudah bisa ia tebak siapa.
Ceklek ceklek!
Belum sempat menyentuhnya, gagang pintu sudah bergerak turun dan tidak lama kemudian terbuka. Menampilkan seorang pria dengan senyumnya yang tanpa dosa, lalu terlihat pria itu menyambar dua piring yang sebelumnya diletakkan di atas meja teras. Aroma kupat tahu pun langsung menyapa cacing-cacing di perut Abyan yang sudah berdemo sejak semalam.
"Hayuk, ah, urang sarapan!" ucap pria tersebut. Dengan santai menyelonong masuk ke dalam kosan Abyan yang sangat sering dikunjunginya. (Yuk, ah, kita sarapan!)
Abyan menghela napas panjang, lalu membuka pintu lebar-lebar sambil menggeser pengganjal pintu dengan kaki kanannya.
"Jurig dina awak urang langsung kabur unggal asup ka dieu, euy!" ujar Rangga sambil tertawa. (Setan di tubuh gue langsung kabur setiap masuk ke sini, nih!)
Abyan yang mendengarnya langsung menambahkan volume pada speaker bluetooth miliknya yang tidak pernah berhenti memutar murottal Al-Qur'an.
"Dieu, gewat urang sarapan! Si Mama nyieun kupat tahu, terus inget ka maneh. Da, maneh, mah, geus jiga anak angkat indung urang." (Sini, cepet kita sarapan! Si Mama bikin kupat tahu, terus inget ke lo. Kan, lo, mah, udah kayak anak angkat ibu gue.)
Abyan tersenyum seraya duduk di depan pria yang lima tahun lebih tua darinya. Kepalanya mengangguk mengiyakan celotehan yang keluar dari bibir pria bernama Rangga itu. Mengingat bagaimana dirinya diperlakukan dengan sangat baik oleh ibu dan anak pemilik kosan sejak pertama kali ia menginjakkan kaki di kosan ini sebagai mahasiswa baru yang merantau, hingga saat ini sudah bekerja di sebuah rumah produksi animasi bernuansa islami sebagai Sound Engineer, dan Rangga sendiri menjadi rekan kerjanya selama empat tahun ini.
Rangga menyuap sesendok kupat tahu, lalu bola matanya bergerak ke sana kemari, mencari sesuatu yang tidak begitu menarik di dalam kosan pria alim bernama Abyan itu. Di mana hanya ada meja kerja dan rak berisi puluhan buku di sudut ruangan, dan di depan kamar mandi terdapat dapur mini dengan segala macam perabotan. Sedangkan barang-barang pribadi pria itu ada di dalam kamar yang selalu terkunci.
"Eh, itu bunga buat siapa?" tanya Rangga tiba-tiba, dengan bahasa normal yang dimengerti Abyan.
Abyan melirik sekilas buket bunga yang tergeletak di atas kulkas, lalu tersenyum mengingat pertemuannya dengan pemilik toko bunga tersebut kemarin sore. Sedetik kemudian kepalanya menggeleng kuat untuk membuang jauh-jauh pikirannya yang tiba-tiba dipenuhi oleh gadis bernama Aluna itu. Ada apa? Kenapa gadis itu selalu muncul dalam pikirannya sejak pertemuan mereka?
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity (Hiatus!)
FanfictionTakdir mempertemukan Aluna dan Abyan di saat keduanya telah memilih orang yang ingin mereka cintai. Namun, takdir juga yang akan merubah segalanya, di mana mereka dipaksa untuk melepas harapan dari yang tercinta. *** Pernah dengar jika harta yang pa...