Alunan suara live music di kafe Coffee Talk sore itu menghibur pengunjung yang sedang menikmati kopi sambil berbincang dengan teman maupun kekasih. Berbagai lagu luar maupun dalam negeri telah dibawakan dengan sangat apik oleh salah satu band lokal yang cukup terkenal di Bandung.
Aluna meraih gelas berisi strawberry smoothies-nya yang masih utuh, lalu menyeruputnya sedikit untuk sekadar membasahi tenggorokannya. Untuk kesekian kalinya matanya melirik ke arah pintu masuk kafe, lalu kembali mendesah kecewa saat mendapati orang lain yang masuk ke dalam. Ia menatap layar ponselnya yang mati, berniat untuk mengirim pesan lagi pada seseorang yang mungkin lupa dengan janjinya, seperti biasa.
"Ck! Kebiasan banget!" decak Aluna sebal seraya menyambar ponselnya. Ibu jarinya pun bergerak, mengetik sebuah pesan yang belum mendapat balasan sejak satu jam yang lalu.
Tiba-tiba terdengar suara merdu dari vokalis band tersebut, membawakan sebuah lagu yang berhasil membuat Aluna terdiam sesaat. 'Judika - Putus atau Terus'. Sebuah lagu yang seakan menggambarkan hubungan mereka saat ini, dirinya dan pria itu, Aksa.
Coba tanyakan lagi pada hatimu
Apakah sebaiknya kita putus atau terus
Kita sedang mempertahankan hubungan
Atau hanya sekedar menunda perpisahanTepat di bagian lirik tersebut, turut menjadi pertanyaan yang juga sedang Aluna tanyakan pada dirinya sendiri. Sudah yakin kah ia dengan keputusan yang semalaman membuatnya susah tidur? Mengakhiri hubungan mereka yang sudah berjalan selama hampir dua tahun. Tak memungkiri jika rasa cinta itu masih berada di tempatnya, walau tak sebesar dulu.
Aluna menelan ludahnya serat, lalu perlahan ibu jarinya pun bergerak menggulir layar ponselnya ke atas. Membaca kembali pesan-pesan di ruang obrolannya bersama pria itu dalam dua bulan terakhir, lantas menyadari satu hal di mana dirinya lah yang selalu memulai percakapan di antara mereka. Seolah dirinya mencoba untuk mempertahankan hubungan yang baru disadarinya semakin terasa dingin dan hampa.
Rasa sesak memenuhi relung hatinya saat dihadapkan pada satu fakta jika pria itu sudah berubah. Tepat setelah pria itu ketauan berselingkuh darinya setelah satu bulan pindah ke Lombok karena pekerjaan. Walaupun sudah satu tahun berlalu, tapi rasa sakit di hatinya masih membekas. Kesetiaan yang ia jaga di sini, justru dirusak oleh pria itu dengan mudahnya. Dan, dengan bodohnya pula ia memaafkan kesalahan pria itu begitu saja. Percaya dengan kata-kata manis pria itu yang berjanji tidak akan mengulangi lagi.
Usapan lembut di kepalanya berhasil membuat Aluna tersadar. Kepalanya mendongak, mendapati sosok yang ditunggunya telah datang tersenyum lembut padanya. Atau, senyuman itu hanya sebuah senyum palsu untuk menutupi kebohongan lainnya yang tidak ia ketahui jauh di sana?
"Udah lama, ya?" tanya Aksa, menatap sang kekasih masih dengan senyum di wajah tampannya. Ia duduk di depan Aluna, lalu melipat kedua tangannya di atas meja, menatap wajah cantik itu yang terlihat murung. Tidak bisa membohongi dirinya sendiri, jika rasa rindu turut ia rasakan di pertemuan mereka kali ini, walaupun dengan rasa yang tak lagi sama seperti dulu. Hubungan yang mereka awali dari sebuah pertemanan semasa kuliah, dan akhirnya memutusukan untuk melanjutkannya sebagai sepasang kekasih. "Ditanya, kok, gak jawab?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity (Hiatus!)
FanfictionTakdir mempertemukan Aluna dan Abyan di saat keduanya telah memilih orang yang ingin mereka cintai. Namun, takdir juga yang akan merubah segalanya, di mana mereka dipaksa untuk melepas harapan dari yang tercinta. *** Pernah dengar jika harta yang pa...