Jeya tersentak dari tidurnya ketika mendengar tangisan anak kecil yang cukup kuat hingga teriak, dengan pelan Jeya duduk dan melihat Al yang tengah menenangkan anak kecil laki-laki dengan tenang dan pelan.
Jeya memandang hal itu dengan senyum manis di bibirnya rasanya dunia berhenti dan menuju padanya.
Al merasa ada yang menatapnya pun beralih menatap Jeya yang masih terus menatapnya dengan senyum manis membuat jantung Al tidak karuan dan tentunya ini sangat berpengaruh baginya.
Gadis itu mendekati Al dengan sedikit merangkak ke pinggiran kasur perlahan tangannua terjulur untuk menganbil anak kecil yang ada di gendongan Al.
Al memberikan anak tersebut dan ajaibnya anak itu diam ketika bersama dengan Jeya, Al pun memilih duduk di samping Jeya yang masih sibuk dengan anak kecil tersebut.
"kita masih tidak tau siapa anak ini, bahkan namanya saja kita nggak tau" ucap Jeya sambil mengelus elus rambut anak tersebut.
Seketika Jeya teringan Gege yang tertinggal di rumahnya, Jeya memandang Al berharap hingga Al pun memandang nya heran "ada apa?" tanya Al.
"bisakah kita ke rumahku nanti?" tanya Jeya, membuat Al memutuskan kontak mata tersebut dan memilih memandang kaca besar di depannya.
"untuk apa?" yapp, kembali pada sifat awalnya, Al tetaplah Al tidak akan berubah sampai kapanpun.
Pertanyaan akan di balas pertanyaan jika dengan Al, Jeya mengelus rambut anak kecil tersebut yang kini telah tertidur di pangkuannya dengan nyenyak.
"gege, sendiri di rumah" jawab Jeya ragu ragu Dan sedikit menunduk.
"siapa gege" tanya Al menatap heran dan bertanya tanya.
***
"Gege? Gege? Mama di sini" panggil Jeya mencari cari peliharaannya tersebut.
Gege datang dengan melompat keluar dari kandangnya hal itu sontak membuat Al menatap kelinci itu heran, namun tidak dengan anak kecil yang ada di pangkuannya meminta untuk turun agar bisa menggapai kelinci tersebut.
"no, no baby" tegur Al, anak itu menyandar ada Al sepertinya anak itu marah pada Al karna tak memberikan apa yang ia mau.
"udah? Ayo pulang nanti mama nyariin Al" ucap Jeya sambil membawa kandang dan semua perlengkapan milik Gege yang tampaknya lumayan berat.
"sini" suruh Al sambil tangannya mengambil perlengkapan Gege tersebut dan memberikan anak kecil yang tadi berada di gemdongannya agar berpindah pada Jeya.
"kapan kita aka tau namanya? Bagaimana jika kita buat nama untuknya? Agar mudah memanggilnya?" saran Jeya sambil berjalan ke luar rumah.
Al mengangguk pelan ia menunggu Jeya mengunci pintu rumah gadis tersebut lalu berjalan ke arah mobilnya dan meletakan perlengkapan Gege tadi di bagasi.
Gege yang berada di kursi tengah ntah mengapa Jeya selalu membawa Gege dan meletakan kelinci itu di kursi belakang.
Al mengemudi dengan Jeya di sebelahnya, "kau punya nama untuknya?" tanya Al sambil nenatap jalanan yang tidak terlalu ramai.
Jeya menggeleng pelan, "kamu punya saran?" tanya Jeya melihat ke arah Al, pembicaraan mereka hanya di dengar oleh anak tersebut mungkin ia sudah paham tapi masih belum bisa membalas.
"mama"
Jeya menatap anak tersebut lalu tersenyum "ada apa? Apa yang kau lihat" tanya Jeya sambil melihat ke arah pandangan anak tersebut, banyaknya bunga tumbuh dijalanan membuat Jeya kagum akan tempat itu.
Tapi, tunggu ini bukan jalan ke rumah Al, "kita kemana? " tanya Jeya beralih menatap Al yang masih sibuk menyetir.
"berlibur, aku ingin keluarga kecil bahagia" ucap Al pelan namun hal itu membuat Jeya tak dapat menahan senyumnya.