Al telah sampai di sekolahnya banyak pasang mata yang menatapnya kagum, bahkan ada yang secara terang terangan memujinya.
"oi Al, lo nyuruh nyari orang yang bener dong rambut panjang sama mata doang lengkap lengkap ngasih deskripnya" ucap salah satu teman Al yang menceloteh karena Al yang memberi informasi soal Jeya setengah setengah.
"udah ga perlu, gue udah ga butuh" ucap Al santai lalu berjalan ke arah kelasnya saat akan berbelok matanya tertuju pada ruang UKS yang tak terkunci dan dapat ia dengar suara orang yang di pukul.
Ia berjalan pelan ke UKS tersebut, teman temannya yang melihat apa yang Al lakukan hanya menatap heran karna biasanya Al memilih mengabaikan hal tersebu tapi kali ini? Ah sudah lah.
Al mendorong pintu UKS dengan keras dapat ia lihat pembullyan terjadi di dalamnya matanya dan mata Jeya bertemu sebentar.
Jeya yang telah lemah pun tak mampu mengucap apa apa, hanya air nata yang dapat ia keluarkan kali ini.
Al menarik rambut salah satu cewe yang membully Jeya dengan kuat "kalian dengarkan ini, jika ini terjadi lagi dan aku mengetahuinya maka kalian hanya akan tinggal nama" ucap Al mendorong kuat rambut tersebut hingga orang tersebut jatuh tersungkur namun mereka dengan cepat pergi dari sana.
Al membantu Jeya berbaring pada bangkar uks tangannya terulur untuk mengobati luka luar yang ada di wajah Jeya.
"kenapa?" tanya Al sambil terus mengobati luka luka di tubuh Jeya dengan pelan.
Jeya tak menjawab ia hanya diam karna ia tak paham dengan arah pembicaraan Al.
Al berhenti mengobati luka Jeya ia memandang mata Jeya yang indah lalu beralih pada bibir Jeya yang berwarna pink pucat.
"kenapa bisa di bully?" tanya Al kembali mengobati luka luka di tangan Jeya.
"apapun bisa terjadi di dunia ini" jawab Jeya pelan.
"tapi semua ada alasanya" ucap Al yang merasa jawaban yang di berikan oleh Jeya kurang tepat.
"lalu kamu bagaimana? Apa alasan kamu begini?" tanya Jeya menatap Al yang sibuk membersihkan lukanya.
"menurut lo? Gue gini kenapa?" yap, kebiasan Al di tanya bukannya menjawab malah bertanya kembali.
"sejak kapan pertanyaan di balas pertanyaan?" tanya Jeya membuat Al geram dan berdiri dari duduk nya.
Al melihat pada ponselnya ia melihat lihat sebentar "120521" ucapnya dengan cepat bahkan Jeya melongo melihatnya.
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun Al keluar dari UKS meninggalkan Jeya yang masih berfikir keras soal angka yang di sebutkan oleh Al tadi.
Jeya membaringkan tubuhnya lelah, ia memejamkan matanya dan tertidur.
Bell pelajaran pertama berbunyi nyaring semua masuk ke kelas masing masing namun tidak dengan Jeya yang masih tidur di UKS.
Al berjalan pelan ia memandang kaca uks yang menampilkan seorang gadis yang tengah tertidur pulas ia tersenyum tipis memandang hal tersebut.
Ia kembali menjalankan kakinya menuju kantin, ponselnya bergetar menampilkan notif dari nomor yang tidak ia kenal.
'aku di rumah mu'
Jantung Al berdegup kencang, dengan cepat ia berlari keluar sekolah nya saat melewati Uks ia melihat Jeya baru saja keluar dari uks.
"lo ikut gue!" ucap Al menarik pergelangan tangan Jeya untungnya tadi tidak terluka.
Jeya yang di tarik begitu terkejut dan hanya pasrah.
Kini Jeya dan Al tengah di mobil milik Al.
"kemana kita? Apakah tidak apa jika seperti ini?" tanya Jeya memandang Al dengan raut takut.
"kerumah gue"