Seorang gadis terbaring lemah tak berdaya tubuh nya terasa remuk dan letih perlahan ia membuka matanya ia melihat kekiri dan ke kanan.
Matanya teralih pada seorang perawan datang menghampirinya dan memeriksanya, tangannya terulur menahan perawat tersebut lalu "apa ada yang datang menjenguk ku?" tanyanya sambil berbisik kecil.
"maaf nona, tidak ada yang menjengukmu selama anda di rawat" ucap perawat tersebut lalu tersenyum kaku dan pergi keluar.
Gadis itu mencoba untuk duduk seluruh tubuhnya terasa lebih sakit ketika ia mencoba bergerak.
"dimana ponsel ku?" tanyanya pada dirinya sendiri ia menatap oada tasnya yang terletak tak jauh darinya perlahan ia mengambil tas tersebut walau kesusahan.
Ia membuka tasnya dan mengambil ponselnya dan membuka aplikasi hijau di ponselnya membuka sebuah room chet yang menampilkan nama 'Veronika hanna' ia menekan tombol telfon pada ponselnya.
'ne, yoeboseo?'
Setelah ada suara dari telfonnya ia mulai berbicara pelan
"kau sibuk? Bisa menjemputku?"
'wheyo?'
"Veronika"
'ck, beri alamatnya'
Tut...
Telfon selesai begitu saja, dengan pelan gadis itu mencari alamat rumah sakit ini melalui poster poster yang terpajang di dinding rumah sakit tersebut.
Ia menuliskan alamat lengkap rumah sakit tersebut lalu mengirimnya pada Veronika.
Selang berapa lama Veronika datang sambil membawa kursi rodanya, dengan bantuan Veronika gadis itu di dudukan pada kursi roda yang tadi ia bawa.
"kenapa kau bisa sampai di sini?" tanya Veronika sambil berjalan menuju parkiran.
"menurutmu? Siapa lagi?" bukannya menjawab gadis itu malah kembali bertanya.
"ouh ayolah Jeya sudah waktunya kau melawan mereka semua" ucap Veronika kesal karna beberapa kali ia menjemput Jeya di rumah sakit karna hal yang sama.
bully
Jeya menghembus nafasnya pelan ia memasuki mobil Veronika dengan pelan setelah duduk ia menunggu Veronika sampai pada kursinya.
"aku ingin melawan mereka, tapi..
"apa karna keluarga mu lagi? Sudahlah Jeya kau sudah di buang sejak lama dan kau adalah bagian dari ku sekarang apa kau lupa?" potong Veronika membuat Jeya terdiam dan memilih melihat ke arah jalanan yang ramai.
Sekilas kisahnya terputar begitu saja.
Flashback on
"kau anak yang tidak tau diri keluar" ucap ayah Jeya mengusir Jeya dengan kasar manarik Jeya untuk keluar dari rumahnya.
"ayah ku mohon jangan usir aku dimana aku akan tinggal dimana nantinya" ucap Jeya sambil menangis memohon pada sang ayah.
"apa peduli ku hah? Aku tidak peduli kau akan tinggal dimana keluar kau dari rumah ku keluar!" ucap sang ayah kembali mendorong Jeya untuk keluar.
Falsback off
"kau harus melawan mereka Je jangan mau di perlakukan seenaknya begini, kau harus ingat hak asasi manusia berlaku" ucap Veronika menasehati Jeya.
Jeya tampak berfikir sebentar ia menatap Veronika "apa semua baik baik saja jika aku melawan?" tanyanya membuat Veronika memberhentikan mobilnya di pinggir jalan.
"dengarkan aku Jeyane Quensha Syam tidak ada yang akan menyalahkanmu tentang hal itu mereka akan membelamu karna kau tak bersalah" ucap Veronika memegang kedua bahu Jeya.
Jeya menunduk pelan "aku takut itu akan menjadi hal yang menbuat orang tua mu malu kau tau untuk mengakui aku anak mereka saja aku takut" balas Jeya sambil menunduk.
"sudah tak usah di pikirkan ayo kita pulang" ucap Veronika mengakhiri perdebatan mereka dan memilih kembali jalan pulang.
Dia, Jeyane