18 • asal kita percaya dia maha segalanya

7 1 0
                                    

Hallo guys, sebelumnya knalin nama gue jya ga terlalu ribet memang, yang udah baca cerita ini sih makasih banget ya tapi kan lebih baik meninggalkan jejak kalian di sini, kasih bintang aja gak papa, atau di komen titik aja dah seneng kali okey guys terimakasih
.
.
.
.

Teman Al yang mendengar jawaban yang keluar dari mulut pria itu membuat teman temannya semakin tak percaya dan mulai beranggapan Al telah salah minum obat.

Megan yang memandang anak yang Al akui anaknya heran, tidak ada kemiripan di wajah keduanya apa mungkin karna dia masih kecil jadi belum ada kemiripan di wajahnya, tapi siapa ibunya?

"oi Meg! Bengong aja lu kesurupan nanti" ucap Dito mengejuti Megan hingga pria itu spontan mengelus dada terkejut.

"udah deh dari pada di pikirin, jadi gimana? Dua minggu lagi ujian kelulusan kita ga ngadain acara?" tanya Henry melerai keributan perihal 'anak' yang mungkin akan sangat heboh.

"boleh, atur aja dimana tempatnya gue ngikut tapi gue bawa keluarga" ucap Al kembali membuat temannya terperangah kaget.

"Al, sejak kapan lo punya binik sama anak sih?" tanya Megam kali ini ia mewakili perasaam temannya.

"bukan binik tapi calon" ucap Al tersemyum melihat El yang tertawa ketika bercanda dengan temannya yang lain yang ada di rumah tersebut.

"hah? Lo bakal nikah? Serius lu?" tanya Dito tak di jawab apa apa oleh Al laki laki itu lebih memilih untuk melihat anaknya yang tengah berlarian.

***

Jeya bangun dari tidurnya memandang ke kiri dan ke kanan nya ia merasa kamar ini lebih sepi dari pada tadi siang, ia memilih untuk membersihkan tubuhnya yang terasa cukup lengket dan membuatnya risih.

Setelah mandi Jeya membersihkan kamarnya sedikit, lalu duduk di pinggiran kasurnya dan menghela nafas pelan.

Setelah sekian lama melamun akhirnya Jeya tersadar bahwa di rumah itu hanya ada ia sendiri, Jeya pun keluar dari kamarnya lalu turun ke meja makan ia memperhatikan ruang tamu yang kosong.

'kemana semua orang?' batinnya.

Ia memilih untuk duduk di ruang tamu dan menonton tv sambil merebahkan badannya.

***

"papa" panggil anak kecil yang terlihat sudah lelah bermain.

Anak itu berjalan ke arahnya dan berusaha untuk naik je pangkuan Al, Al mengangkat anak tersebut dan memangkunya saat telah di pangku anak itu memeluk Al kuat dan menguap beberapa kali.

"El? Kita pulang ya?" ucap Al akan mengangkat amaknya namun anaknya menggeleng kencang.

"nanti, talau thita puyyang, papa cama mama tengkal agi teyyus opa juga malah malah" celetuk anak itu membuat Al menatap anak itu iba ia memeluk anak tersebut.

"ga kok, papa sama mama ga tengkar El kita pulang ya? Udah mau malam nanti mama sendiri di rumah" bujuk laki laki itu lagi lagi ia hanya mendapat gelengan dari anak tersebut hingga membuat Al frustasi.

"papa cayyang mama?" tanya anak itu membuat Al berfikir dari siapa anaknya itu tau kata kata sayang.

"hay boy, pertanyaan macam apa itu, papa sayang banget sama kalian" ucap Al sambil mengelus rambut anaknya lembut, "kita pulang yok kasian mama sendiri di rumah, oma sama opa kan lagi pergi juga" bujuk Al

Akhirnya setelah sekian banyak bujukan yang di lontarkan oleh Al, El pun mau pulamg ke rumah.

***

Jeya duduk di meja riasnya memandamg wajahnya pada kaca yang ada di depannya lalu membuang nafas berat.

Akhir akhir ini ia terlalu sering menangis hingga ia merasa tak ada kebahagian yang datang padannya, ia merindukan orang tuanyya tapi bagaimana cara memberitahunya.

Tok...
Tok...
Tok...

"Kami pulang"

Jeya berjalan ke arah pintu kamarnya lalu membuka pintu tersebut ia melihat El yang telah tertidur di gendongan Al.

"sini biar aku aja yang tidurin" ucap Jeya mengambil alih El lalu merebahkan anak itu ke ranjang mereka lalu memberinya selimut.

"Jey"

Jeya melihat ke arah Al lalu menatap pria itu dan bertanya ada apa melalui matanya.

"ujian kelulusan akan tiba, setelah ujian ayo ikut aku berlibur" ucap Al diduk di samping Jeya yang masih menidurkan El sambil menyimak pembicaraan Al.

"mau liburan kemana?" tanya Jeya berbalik menatap Al setelah ia rasa El telah tertidur.

"belum tau, nanti anak anak yang ngatur" ucap Al membuat Jeya mengernyit heran.

Siapa yang Al maksud dengan 'anak anak' apakah Al memiliki anak selain El? Dimana dia? Kenapa dia memberitahunya?.

"hey! Berhentilah melamun" ucap Al menggeleng gelengkan kepalanya lalu berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya yang terasa berat.

Jeya pun memilih membaringkan badannya di samping El dari pada memikirkan hal hal yang membuatnya pusing.

Tidak beberapa menit kemudian Al keluar dari kamar mandi dengan baju tidurnya menatap kedua orang yang tengah tertidur tanpa selimut itu membuat ia geram dan mengambil selimut untuk mereka lalu berjalan dan menutup tubuh mungil mereka dengan selimut.

Rumah Untuk ElTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang