he's here; rahasia

1.1K 137 13
                                    

Udara dingin menerobos masuk membawa serta deburan ombak yang menyapu pasir tanpa henti. Membuat siapa saja yang berdiri sembari menatap hamparan laut lepas segera merapatkan pakaian tebal yang di gunakan, namun merasa enggan untuk seger beranjak dan pergi ke penginapan masing-masing. Beton yang menjulang tinggi menjadi pembatas antara laut dan pemukiman warga. Pantai di malam hari nyatanya tidak kalah cantik ketika matahari bersinar terik sampai membakar kulit. Suara deburan yang tak pernah absen dari telinga, netra yang selalu dimanjakan oleh gemerlap lampu indah yang melingkar di pohon menjadi daya tarik tersendiri tentunya. Apa lagi, kalau bau harum bakaran menguar sampai memperlihatkan asap yang membumbung tinggi seolah memberitahu seluruh pengunjung kalau mereka tengah berpesta.

Ini, akan menjadi malam terakhir yang begitu panjang dan paling berkesan. Ini, akan menjadi hari terkahir mereka menikmati ombak yang berlomba untuk sampai lebih dulu ke tepian. Ini juga akan menjadi hari terakhir mereka bercengkrama dengan pemuda tengil bernama Jisung. Memang tidak terasa, bahkan sepertinya baru kemarin mereka sampai setelah perjalanan panjang yang memakan waktu dan tenaga. Baru kemarin ketegangan itu berhasil mereka lalui bersama. Dan rasanya baru kemarin mereka membagi tugas untuk terus memantau pergerakan pemuda Lee berkulit tan.

Haechan menikmati setiap momen yang ia lalui kemarin, detik ini, nanti, dan esok hari. Apa pun itu Haechan sangat bersyukur karena liburan tiga harinya menjadi tidak sia-sia dengan hanya terus mengurung diri di dalam kamar melakukan hal tidak berguna seperti bermain game online sampai lupa waktu atau justru memilih tidur seharian. Karena memang pada dasarnya pemuda Lee itu malas untuk keluar rumah mengetahui padatnya kota yang begitu memusingkan. Kalau masih ada Jeno di rumah, Haechan masih bisa menjadikan kakaknya itu sebagai sasaran kejahilannya. Tetapi setiap kali pemuda itu sedang keluar Haechan akan mengajak si kucing untuk menjadi teman mengobrol sampai Mama mengatakan Haechan adalah pemuda gila.

Di sini, Haechan bahkan sangat jarang untuk menyentuh benda pipih berbentuk persegi panjang berwarna hitam itu. Ia sering menaruhnya asal dan berujung lupa--membuat Jeno, Renjun serta jaemin sebagai sasaran kecerobohannya sendiri. Di sini Haechan tidak pernah merasa kesepian. Banyak hal yang bisa di lakukan karena Jisung juga terbilang sangat sering berkunjung untuk mengobrol bersama.

"Gue belum mau pulang!" Rengekan kecil itu membuat pemuda Na yang tengah membakar daging hanya terkekeh. Kemarin saja, Haechan merengek ingin pulang akibat insiden sarapan yang berujung membuat tubuhnya lemas. Dan sekarang pemuda itu seolah menarik kata-katanya dengan mengatakan tidak ingin kembali ke kota.

"Kalau begitu gue tinggal aja, gimana? Lo bisa bantu Paman gue mengurus penginapan. Sama Jisung juga. Gue lihat-lihat lo dekat sama dia," ucap Jaemin menoleh sesaat ke arah Haechan yang tengah menegak air mineralnya.

Mereka tengah berada di halaman rumah milik keluarga Park. Pada luasnya halaman yang memamerkan sederet bunga yang tertanam dengan indah. Iya, malam terakhir mereka gunakan untuk memanjakan perut dengan membakar jagung, daging serta ikan hasil pemberian Paman.

"Gimana gak dekat, orang dia nempel mulu kaya perangko! Apa lagi pertanyaan Jisung selalu aneh, Na! Kayaknya cita-cita tuh bocah jadi dukun deh soalnya dia selalu tanya gue indigo atau bukan." Haechan mendengus geli kalau harus diminta mengingat-ingat tentang Jisung. Jaemin kembali tergelak karena ucapan Haechan yang menurutnya lucu. Menjadikan pemuda Lee itu satu ruang lingkup dengan Jisung memang tidak bisa dikatakan benar! Namun setidaknya telinga Jaemin lebih merasa normal karena tidak mendengar pertikaian yang sering terjadi antara dua Lee bersaudara.

Berbicara soal dua Lee bersaudara, Jaemin merasa kalau Haechan kembali ke sifat aslinya. Pemuda itu terlihat terus mengindari Jeno entah karena masalah apa lagi.

"Lo marahan lagi sama Jeno?!" Pada akhirnya Jaemin memberanikan diri untuk bertanya. Walaupun mungkin jawaban Haechan sudah bisa di tebak olehnya--hanya karena perkara kecil yang seharusnya tidak dipermasalahkan, namun tetap saja Jaemin ingin mengetahui langsung dari salah satu pihak yang terlibat.

He's Here | Lee Haechan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang