he's here; ikut ya, Chan?!

1.9K 159 1
                                    

Beberapa hari sebelumnya

Suara sendok dan garpu yang beradu nyaring menjadi pertanda bahwa aktivitas di pagi hari sudah harus di mulai. Berbeda dengan Jeno yang terlihat semangat menyantap sarapan paginya, Haechan yang duduk di sisi paling ujung berdekatan dengan sang mama terlihat masih berusaha mengumpulkan kesadaran akibat kantuk yang tidak bisa ia tahan. Oke, silahkan salahkan Haechan yang hobi begadang untuk sekedar bermain game online. Tapi, Jeno juga sering melakukannya bahkan melebihi Haechan. Kenapa pemuda itu tidak pernah terlihat mengantuk sama sekali di pagi harinya? Dia tetap fresh, masih bisa menyapa ramah seluruh anggota keluarga dan memberikan senyum bukan sabit sok manisnya itu. Iya, menurut Haechan senyum yang tercetak di bibir tipis Lee Jeno sangat dibuat-buat untuk menarik simpati Mama dan Papanya. Jeno adalah anak kebanggaan orang tau mereka, sedangkan Haechan adalah kebanggaan untuk dirinya sendiri.

Biar saja, love yourself itu penting!

Dengan sangat malas, satu suapan kembali Haechan masukan ke dalam mulut. Tangan satunya ia gunakan untuk menopang kepala yang terasa begitu berat dengan netra yang siap terpejam kapan saja. Astaga! Tidak bisakah hari ini diubah menjadi tanggal merah supaya Haechan bisa bersantai dan tidur seharian di dalam kamar? Tapi itu semua tidak akan terjadi karena kenyataannya--hari ini adalah Senin, hari paling sial menurut Haechan. Kalau diingat-ingat Haechan ada tugas yang belum sempat ia kerjakan sebenarnya. Tapi masa bodoh! Itu urusan belakangan karena Haechan bisa menyalin hasil kerja Huang Renjun si pemuda China.

"Haechan!" tegur Sang Papa membuat si bungsu langsung menegakkan tubuh dan tersenyum manis. Haechan tidak ingin menambah masalah baru, apalagi jika sampai berurusan dengan Sang Papa yang super galak. Kalau Mama, bisalah negosiasi sebentar dengan iming-iming wajah imut nan menggemaskan andalan Haechan.

"Kamu bermain game sampai larut malam lagi?" tebak Mama yang menoleh menatap Haechan sesaat. Lantas tatapan itu jatuh ke arah Lee Jeno seolah meminta jawaban karena Haechan tidak akan mengaku.

Haechan segera melayangkan tatapan galak ke arah Jeno yang mengerti arti tatapan Mama. Dilihatnya Haechan sesaat, pemuda Lee yang lebih tua dua tahun dari Haechan itu lantas mengangguk menjawab sangat tenang dan tanpa rasa bersalah sama sekali. Haechan benar-benar meruntuk sebal! Helaan nafas tidak luput terdengar di telinga Jeno yang berhasil membuat ia mengulum senyum tipis. Mengerjai Haechan itu menyenangkan! Semakin Haechan menunjukan kemarahan, semakin gencar pula Jeno akan menjalankan aksinya. Jeno anggap ini sebagai balasan karena Haechan telah dengan lancang memasukan kucing kesayangan Jeno ke dalam plastik keresek dan digantung tepat pada kenop pintu kamar miliknya.

"Tukang ngadu!" cicit Haechan lirih lantas menyuap nasi untuk kesekian kalinya.

"Sepertinya setiap malam Papa harus kontrol satu persatu kamar kalian."

Oke! Itu terdengar semakin menyebalkan menurut Haechan. Tapi setidaknya ucapan Papa barusan menjadi pertanda kalau bukan hanya dirinya saja, namun Jeno juga akan terkena imbas kalau sampai ketahuan begadang. Rasakan! Kali ini kemenangan berpihak padanya, bukan pada Jeno.

"Sudah! Cepat sarapan sebelum kalian benar-benar terlambat," ucap Mama menjadi akhir dari sebuah percakapan di pagi hari. Keempat anggota keluarga itu; Papa, Mama, Jeno, dan Haechan kembali fokus pada diri masing-masing. Hanya bunyi sendok dan garpu yang terdengar di tengah ruang meja makan.

Pikiran Haechan diajak berkelana, berusaha mengalihkan fokus supaya rasa kantuknya hilang. Tiba-tiba, pemuda Lee itu teringat satu hal yang belum sempat ia tanyakan kepada Papa dan Mamanya. Kemungkinan mendapat izin dari kedua orang tuanya yang posesif memang sangat tipis bahkan sangat tidak mungkin, tapi Haechan akan mencobanya terlebih dahulu. Barang kali keberuntungan masih berpihak kepadanya, siapa yang tahu? Dirinya juga malas jika harus mendengar rengekan Jaemin dan Renjun yang terus memaksa Haechan ikut serta padahal kedua pemuda itu tahu bagaimana Haechan begitu sulit jika sudah menyangkut izin keluar untuk liburan. Belum lagi tempat yang jauh di sebuah pedesaan akan semakin menjadi seribu satu alasan bagi kedua orang tua Haechan melarang putra bungsu mereka untuk pergi.

He's Here | Lee Haechan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang