he's here; lupa

1K 122 9
                                    

Bukannya memilih untuk beristirahat agar kondisinya lekas pulih dan bisa beraktivitas seperti biasanya, pemuda Lee berkulit tan itu justru memilih berkutat bersama buku tulis, kamus, pulpen, dan layar laptop yang masih menyala menampilkan tugas yang baru saja Jaemin kirim. Sesekali Haechan melenguh ketika rasa sakit di kepalanya menyerang secara tiba-tiba. Atau, ketika beberapa lembab di bagian tubuhnya tidak sengaja menyentuh badan meja belajar. Itu ngilu!

Haechan bisa saja menunda pekerjaan sekolahnya terlebih dahulu dengan alasan belum pulih sepenuhnya. Atau--dia memilih untuk tidak mengerjakannya dan pada akhirnya menjalin hasil kerja Na Jaemin atau Huang Renjun. Itu pasti bukan masalah besar bagi kedua sahabat Haechan. Tetapi, kali ini Haechan memilih untuk menyibukkan diri sembari menunggu Jeno pulang. Ada beberapa pertanyaan yang harus Lee Jeno jawab dengan jujur! Dan Haechan akan memaksa dengan berbagai macam cara agar kakaknya itu mau bercerita apa yang sebenarnya terjadi. Haechan berpikir ada yang aneh. Mengapa hanya dirinya saja yang lupa kejadian saat mereka pulang berlibur? Tentang garis-garis merah yang menghiasi kedua lengannya. Adapun luka gores dengan darah yang sudah mengering. Haechan yang tiba-tiba saja jatuh sakit. Dan Haechan yang menangis semalam penuh--kata Mama--sampai membuat Jeno turun tangan dan berjaga di sampingnya. Apa semua itu masuk akal? Tentu tidak!

Pelipis yang terasa berdenyut kembali Haechan pijat naik turun secara beraturan. Sebelah tangan pemuda Lee itu sudah ia gunakan untuk menopang kepala yang terasa berat. Sedangkan tangan lainnya Haechan gunakan untuk terus menulis jawaban yang berhasil ia temukan melalui buku paket tebal yang sangat jarang Haechan buka kecuali kalau akan menghadapi ulangan dan tes pertengahan semester.

Ah, apa Lee Jeno sialan itu masih lama? Haechan terlihat menoleh sebentar, menatap jam di dinding putih gading kamarnya yang sudah menunjukan hampir memasuki waktu Maghrib. Oke, sepertinya Lee Jeno kembali sibuk dengan tugas kuliah dan projek bersama Mark seperti yang pernah pemuda itu ceritakan kepada Mama dan Papa. Catat! Mama dan Papa! Bukan bercerita pada Lee Haechan adiknya! Mungkin Jeno berpikir kalau ia menceritakannya pada Haechan bukan membantu juga adiknya itu. Malah semakin merepotkan.

Ceklek...

Netra hazelnut itu beralih menatap ke sumber suara. Di ambang pintu kamarnya, Jeno sudah terlihat lebih santai dengan kaos putih polos dan celana hitam selutut. Dilihatnya juga sebuah kantung kresek yang berada di genggaman tangan sebelah kiri. Pemuda itu langsung menghampiri Haechan setelah menutup kembali pintu kamar.

"Syukur deh, kalau lo masih hidup dan belum mati," katanya lantas meletakkan kantung kresek itu di atas meja belajar Haechan. Jeno secara tiba-tiba mengecek suhu tubuh sang adik menggunakan punggung telapak tangan yang ia tempelkan di dahi Haechan. Sudah sedikit menurun. Jeno mengulum senyum tipis merasa lega. Berarti malam ini ia bisa tidur dengan nyenyak tanpa harus mendengar rengekan cowok bongsor itu lagi.

"Bicara lo jelek! Pasti hatinya juga sama jeleknya!"

"Ya, ya, ya. Semua hal jelek selalu ada di diri gue dan bagian baiknya cuma ada di lo, Lee," balas Jeno memilih untuk mendudukkan diri di atas kasur milik Haechan. Haechan terkekeh kecil mendengarnya.

"Dalam rangka apa lo baik ke gue begini? Pakai segala beliin jajan kesukaan gue. Lo...punya salah ya sama gue?!" Haechan yang tadinya masih fokus menatap kagum isi kantung kresek yang Jeno bawa langsung menoleh ke belakang untuk melihat reaksi seperti apa yang pemuda Lee itu berikan. Hanya dengusan malas dan tangan yang berhasil mendarat di belakang kepala Haechan. Memukulkannya cukup kuat sampai membuat sang empu mengaduh sakit. Tiba-tiba saja sakit kepala Haechan menyerang, membuat pemuda itu mengerang tertahan agar tidak dikatakan lemah oleh sang kakak.

"Dasar bodoh Lee Jeno! Kepala gue!" amuk Haechan. Namun Jeno justru terkekeh seolah menganggap Haechan hanya tengah bercanda saja.

Selang beberapa menit Haechan merasa lebih baik. Pemuda itu juga menuruti perintah Jeno untuk menyelesaikan tugas sekolahnya kalau Haechan sudah benar-benar sehat. Lagipula surat izin tadi pagi masih berlaku sampai hari Rabu mendatang.

He's Here | Lee Haechan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang