he's here; pergi

1.2K 130 0
                                    

Netra yang sudah terpejam rapat hendak menjemput alam bawah sadar mimpi itu harus kembali terbuka lantaran suara notifikasi dari ponselnya yang terdengar beberapa kali. Haechan mendesah kecewa, rencana agar bisa sedikit menjernihkan pikiran dengan tidur siang di dalam kelasnya gagal akibat ulah Renjun. Tidak perlu pemuda Huang itu perjelas sampai berkali-kali pun Haechan sudah paham dan mengerti, mereka akan berangkat nanti sekitar pukul satu siang--karena para siswa-siswi dibubarkan lebih awal lantaran para guru akan melaksanakan rapat. Oh, bukankah itu terdengar sebuah keuntungan bagi Haechan dan yang lain? Mereka bisa mempersiapkan barang bawaan dengan lebih santai karena waktu masih sangat panjang. Namun Haechan tidak merasa demikian. Pemuda Lee itu bahkan sedari tadi belum beranjak dari duduknya setelah bel berbunyi sekitar dua puluh menit yang lalu. Dilihatnya sesaat pada jam di pergelangan tangan kiri, sekarang ini sudah pukul 11.50 dan Haechan benar-benar malas untuk beranjak dari tempat duduknya.

Semua barang-barang yang akan Haechan bawa sudah pemuda itu siapkan sedari kemarin. Lebih tepatnya, saat Haechan keluar dari kamar Jeno malam itu. Haechan sungguhan bertekad akan pergi sendiri walaupun pada akhirnya ia akan mendapat pertentangan. Tapi kali ini sepertinya tidak. Mama percaya dengan ucapan haechan yang berbohong soal Jeno berkenan untuk ikut serta. Namun anehnya, mulut Lee Jeno yang biasanya hobi sekali mengadu tidak mengatakan sepatah kata pun padahal Haechan berani menjamin kalau cowok itu tahu dirinya sedang membohongi Mama. Maafkan Haechan--dia sungguhan tidak bermaksud. Tetapi mau bagaimana lagi? Semua ini sudah terlanjur terjadi.

"Kamu jangan macam-macam ya, Chan! Harus nurut sama Kakak kamu. Nggak boleh nakal dan selalu ingat harus jaga sikap!"

Wejangan dari Mama tadi pagi terus Haechan ingat. Mama dan Papa harus pergi lebih awal bahkan melewatkan sarapan bersama karena ada urusan mendadak. Dan haechan bisa pastikan saat ia pergi nanti pasti Mama dan Papa belum sampai rumah. Astaga, mengapa Haechan merasa gelisah seperti ini? Ada yang aneh dengan hatinya. Haechan--ragu untuk pergi bersama Renjun dan Jaemin. Apa mungkin karena dari awal caranya sudah salah? Dengan membohongi Mama?

Pemuda Lee itu melihat layar ponselnya sesaat, barang kali ada pesan dari Jeno yang melarang Haechan untuk pergi. Namun sampai detik ini ternyata tidak ada satu pun pesan dari Jeno. Apa kakaknya itu marah karena Haechan telah membentaknya? Tetapi, sampai detik ini Haechan tetep menganggap Jeno lah yang bersalah. Jadi ia juga tidak ada niatan untuk pamit kepada Jeno. Biar saja, kali ini Haechan tidak akan goyah lagi!

"Gue ngantuk gara-gara tadi malam begadang lagi!" Rengek Haechan ingin sekali melanjutkan tidurnya.

Baru akan kembali meletakan kepala di atas meja dengan lengan sebelah kanan dijadikan sebagai bantalan, ponsel Haechan bergetar menampilkan nama Na Jaemin--terpampang jelas di layar. Dengan malas Haechan mengangkat telfon dari jaemin. Oke, sepertinya Haechan memang harus pulang saat ini juga.

"YAK LEE HAECHAN LO DI MANA!"

Nah, pemuda Na itu sudah mengamuk membuat Haechan segera menggendong tas sekolah miliknya di salah satu bahu.

"Santai, Na! Ini masih jam berapa sih?"

"Lo itu pelupa Haechan! Cek ulang barang bawaan lo sebelum berangkat takut ada yang ketinggalan!" kata Jaemin membuat Haechan memejamkan netra sesaat dan di saat bersamaan menjauhkan ponselnya dari dekat telinga. Astaga! Suara Na Jaemin bahkan mengalahkan suara Mama ketika berteriak membangunkan Haechan dengan sebuah kemoceng di tangan.

"Udah gue persiapin dari kemarin, gue berani menjamin kalau nggak akan ada yang ketinggalan."

Terdengar jaemin mendengus malas, "Kalau lo merengek minta balik gara-gara ada barang lo yang ketinggalan..." Jaemin berhenti sejenak, "Gue turunin lo di pinggir jalan nggak mau tahu!"

He's Here | Lee Haechan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang