he's here; mati

1K 140 22
                                    

⚠️

Jeno mengerjap beberapa kali berusaha mengumpulkan kesadarannya dan mengingat apa yang sebenarnya tengah terjadi. Kepalanya masih berdenyut beraturan membuat pemuda Lee yang lebih tua dua tahun itu mengerang tertahan sembari memegangi kepala yang terasa akan pecah sebentar lagi. Beberapa kali ia terlihat membenturkan kepalanya sendiri pada pintu yang masih terkunci dari luar. Jano benar-benar frustrasi. Ia tidak bisa membantu banyak karena dirinya sendiri terjebak dalam kamar. Konyol, ini semua tidak masuk akal! Kenapa kejadian yang lalu musti terulang lagi? Menyeret tubuh letihnya untuk terus berlari, untuk menyelamatkan Haechan yang suaranya sudah tidak menyapa gendang telinga Jeno lagi. Kalau saja pemuda Lee itu sadar lebih awal tentang kakak--Jeno akan mengakhiri semuanya dengan lebih cepat agar Haechan tidak harus merasakan derita yang begitu mendalam. Payah, mengapa Jeno sangat payah dalam menyadari semua ini? Mengapa ia tidak percaya dengan ucapan Jaemin dan Renjun soal deretan kejadian tidak masuk akal yang dua pemuda itu alami setelah mereka pulang berlibur?

Dengan pergerakan lambat, Jeno berjalan menuju meja belajarnya untuk mencari sesuatu yang ia butuhkan. Semua itu harus musnah malam ini juga sebelum kekacauan besar semakin menjadi. Kobaran kemarahan dari mereka pasti akan semakin sulit untuk di hentikan kalau Jeno terlambat barang sedetik saja.

Dimana? Kenapa tidak ada di dalam kamarnya? Pemuda itu terus menyingkirkan buku yang tadinya tersusun rapi. Melemparnya asal sampai berjatuhan di atas lantai--Jeno tetap tidak berhasil menemukan benda itu. Astaga, ini buruk! Apa kakak lebih dulu mengambil barang itu? Album foto milik Haechan! Jeno sengaja mengambilnya diam-diam dengan alasan ingin mengambil foto-foto yang masih tersimpan saat mereka berada di tempat itu. Masa kecil mereka tidak bisa dikatakan menyenangkan ketika Haechan bertemu dengan kakak dan nyaris meregang nyawa pada dinginnya hutan yang memeluk dua Lee bersaudara dengan sangat erat. Jeno masih mengingat semuanya, tanpa terkecuali. Dan selama belasan tahun ini ia harus memendam semuanya sendiri. Adrenalin tidak bisa itu, ia memilih menutup mulut dari orang-orang rumah.

"SIALAN!" pekiknya keras, Jeno masih berusaha terus mencari album foto itu bahkan sampai pada nakas kecil tempat ia menyimpan barang-barang berharga. Netranya langsung tertuju pada satu benda yang ia temukan di dalam nakas. Tubuh pemuda itu meremang masih enggan untuk mengambil segera benda yang kini sudah di depan mata. Sebuah air yang sudah di masukkan ke dalam bambu dengan penutup kain di bagian lubang.

Ingat saat Jeno menerima air itu dari Datuk padahal yang mengalami hal janggal adalah adiknya?

"Nak Jeno, mari bicara sebentar."

"Ada apa, Datuk?" Jeno mengernyitkan dahi tidak paham namun tetap bangkit dari duduknya untuk mengikuti setiap langkah kaki Datuk.

Mereka berhenti di halaman depan kediaman keluarga Na. Tembok besar yang menjulang dari sisi barat ke sini timur. Helaan nafas menjadi pembuka obrolan asing yang membuat Jeno semakin di buat bertanya-tanya. Siapa Datuk itu? Kenapa beliau tahu tentang semua ini?

"Simpan itu, kita tidak akan pernah tahu kapan kamu membutuhkannya."

"Tapi ini apa? Dan untuk apa?" tanya Jeno polos masih memandangi air yang berada dalam wadah bambu. Netranya sedari terus tertuju pada bambu itu, Jeno merasa déjà vu.

"Kamu pasti tahu itu untuk apa."

Jeno masih termenung. Netranya mulia bergerak gelisah. Pemuda itu ingin sekali menanyakannya pada Datuk namun Jeno ragu. Kejadian itu sudah sangat lama, jadi tidak mungkin akan terulang lagi, kan?

"Kamu tidak benar-benar melenyapkan ingatanmu soal satu hari itu, Jeno. Di dalam hutan. Kamu...dan Haechan... menghilang."

Setiap nafas yang jeno ambil terasa sesak. Kedua tangan pemuda itu sudah mengepal kuat di kedua sisi badan bersamaan netra yang memanas. Sengatan tidak biasa menjalan dengan cepat sampai ke seluruh tubuh pemuda Lee yang lebih tua dua tahun itu. Kepala Jeno serasa dihantam batu besar yang membuat ia mengerang tertahan.

He's Here | Lee Haechan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang