[ii] he's here

2.6K 214 0
                                    

Suara ketukan pintu tidak sabaran membuat sang pemilik kamar mau tidak mau lekas beranjak dari duduknya dan berjalan gontai untuk segera membukakan pintu. Diliriknya sesaat, jam di dinding kamar putih gading itu sudah menunjukan pukul satu dini hari. Pemuda itu mendengus malas, sangat tidak suka ketika ada seseorang yang dengan lancang mengganggu ketenangannya ketika bermain game. Jeno berani menjamin kalau seseorang yang kini masih mengetuk pintu dengan tidak sabaran itu tidak lain dan tidak bukan adalah Lee Haechan--sang adik. Memangnya, siapa lagi penghuni rumah dua lantai itu yang berani mengganggu Jeno untuk hal-hal tidak berguna selain Lee Haechan? Tidak ada!

Berani bertaruh?!

Kenop pintu cokelat perlahan Jeno putar setelah berhasil membuka kunci. Pemuda bermarga Lee itu memberi tatapan tajam pada pemuda kecil yang kini berdiri dihadapannya dengan binar netra penuh kemenangan karena sang kakak berbaik hati mau membuka pintu--tidak seperti kemarin malam!

"Ada apa?!" tanya Jeno datar. Bersandar pada pinggiran pintu sembari menyilangkan kedua tangan di depan dada. "Lo tahu sekarang jam berapa? Mau gue laporin Mama kalau lo begadang lagi?!"

Haechan yang mendengar ucapan sang kakak hanya mendengus malas. Demi apa pun, Lee Haechan tidak akan sudi masuk ke dalam kamar Jeno yang dipenuhi buku kalau tidak dalam keadaan terpaksa dan mendesak! Dan sekarang, pemuda Lee itu tidak ada pilihan lain selain menumpang tidur di kamar Jeno yang bisa dibilang cukup untuk dua orang, malahan lebih dari cukup. Haechan berjanji tidak akan menindih perut Lee Jeno dengan kaki besarnya. Atau, ia berjanji tidak akan melayangkan tangan miliknya untuk menyentuh wajah damai Jeno ketika tidur. Namun, bila semua itu kembali terulang jangan ada yang menyalahkan Haechan! Salahkan saja kasur milik Jeno yang terlalu nyaman sampai dirinya tidur sangat nyenyak!

"Setidaknya, biarin gue masuk dulu!" Kedua tangan mungil Lee Haechan sudah menarik lengan Jeno tidak sabaran. Membuat pemuda itu mendengus, dan bertindak cepat dengan menghadang jalan sang adik yang sudah siap masuk ke dalam kamarnya.

Bukan apa, Jeno cukup sanksi kalau yang masuk ke dalam kamarnya itu adalah sang adik--Lee Haechan. Dia cukup penasaran dengan banyak hal yang ada di dalam kamar Jeno. Menyentuhnya satu persatu, dan bertanya panjang lebar mengenai banyak hal yang belum dia mengerti. Dan tugas Jeno adalah menjawab setiap pertanyaan Haechan dengan sabar. Bukan sabar sih, lebih tepatnya berusaha menahan amarah yang siap meledak kapan saja. Haechan akan diam ketika dia merasa lelah, kalau tidak, pertanyaan itu akan terus terdengar meskipun Jeno sudah mendiamkannya.

"Gue nggak buka jasa penginapan! Balik ke kamar lo sendiri, Lee!"

Haechan menggeleng ribut, bahkan netra hazelnut miliknya sama sekali tidak berani menatap belakang pada kamarnya yang hanya berseberangan dengan milik Jeno. Ujung baju milik Haechan ia remas kuat berusaha menghilangkan rasa takut yang tiba-tiba saja kembali menyerang. Kakinya mulai bergetar merasakan lantai rumah yang dingin karena Haechan tidak mengenakan alas apa pun. Belum lagi, baju oblong berwarna hitam dan celana pendek selutut membuat ia berhasil meruntuk sebal dalam hati. Udara dingin menguar, menerabas pori-pori tidak sabaran dan berhasil membuat bulu-bulu halus itu menegang secara serempak. Sialan, sialan, sialan! Haechan sangat benci ketika dirinya sudah seperti ini. Jadi, mau tidak mau ia akan menerobos paksa agar bisa masuk ke dalam kamar Lee Jeno yang masih saja betah menghalangi jalannya.

"Mau gue seret supaya lo balik ke kamar lo sendiri?" Haechan masih diam dan hanya menjawab berupa gelengan. Pemuda Lee itu sekuat tenaga tengah berusaha menenangkan pacu detak jantungnya yang tak menentu. Haechan panik bukan main, ia merasa ada seseorang yang tengah memperhatikannya. Oke! Bukan, bukan lee Jeno tentunya! Tapi orang lain.

"Jangan sampai Mama sama Papa kebangun cuma gara-gara lo, Haechan!" Jeno sendiri terlihat semakin geram karena ia seolah berbicara pada patung. Haechan kembali menggeleng, kini kedua netra hazelnut miliknya mulai tertutup rapat entah karena apa.

He's Here | Lee Haechan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang