5

773 101 4
                                    

..

"Hai, Wajah Pucat" sapanya.

Rosé menatapnya dengan tatapan kosong, tidak mengatakan apa pun.

Jennie berjalan ke arahnya. "Apakah kamu masih punya kamar? Aku ingin menginap di sini semalam" katanya.

Namun, tiba-tiba Rosé membuang muka dan berbalik.

Dia berjalan menjauh dari Jennie dan duduk di kursi di belakang meja kasir seolah dia tidak ada di sana.

Jennie mengangkat alisnya "Apa kamu mengabaikanku?"

Rosé membuka buku catatan dan mulai memeriksa halaman yang baru saja dia balik secara acak.

"Oke, aku mengerti. Kamu kesal padaku karena aku mengusirmu terakhir kali. Tapi bukankah menurutmu kamu bersikap dramatis?"

Rosé terus mengabaikannya dan membuka halaman acak lainnya.

"Oh, jadi sekarang kamu juga tidak bisa melihatku?" tanya Jennie sambil bersandar di meja kasir.
"Tapi kamu aktor yang buruk. Bukunya terbalik."

Rosé memperhatikan bukunya terbalik. Pipinya memerah tapi dia segera membaliknya.

Jennie mendengus "Dan halaman yang sedang kamu baca itu kosong." Rosé menyadari bahwa dia benar. Dia telah menatap dua halaman kosong. Pipinya menjadi lebih merah.

Dia menutup buku itu dan meletakkannya kembali di meja. Dia berpura-pura batuk dan bersikap normal.

Jennie terkekeh. "Apa-apaan ini, Wajah Pucat? Jika kamu ingin menipu aktris berpengalaman, setidaknya berusahalah."

Rosé memutar matanya. "Jadi kamu marah padaku ya? Kamu tidak suka aku memangilmu 'Wajah Pucat'? Baiklah kalau begitu aku akan memanggilmu dengan nama aslimu" kata Jennie.

Rosé mendengus.

Biarku lihat. Kamu bahkan tidak tahu nama asliku.






"Hmm, apakah itu.. Somi?"

Rosé mengabaikannya.

"Lalu, bagaimana kalau... Suzy? Yoona? Atau nama yang lebih ke barat baratan.. Seperti Lady gaga?"

Rosé menggigit bibirnya, berusaha untuk tidak tertawa.

"Ah, apa namamu seperti di ambil dari disney? Jadi, apakah namamu.. Olaf?" tanya Jennie dengan nakal.

Rosé mendengus, tersinggung. Dia memandang Jennie, tapi dia masih tidak mau mengatakan sepatah kata pun padanya.

Tiba-tiba pintu depan terbuka dan mereka berdua menoleh ke arah itu. Wendy-lah yang datang untuk shiftnya.

"Ah Rosé! Maaf aku terlambat!" serunya.

Rosé menelan ludah, sepupunya baru saja masuk dan menyebutkan namanya.

Mulut Jennie terangkat. Dia berbalik untuk melihat Rosé.

"Ah Rosé~."

Rosé mengabaikannya dan berjalan ke atas.

"Baiklah Wend, aku mau tidur sekarang" ucapnya pada Wendy sambil menaiki tangga.

Dia tahu Jennie mengikutinya. Dia terus mengabaikannya sampai dia mencapai kamarnya.

Dia meraih kunci di sakunya, dan saat itulah dia merasakan nafas hangat di lehernya.

"Kalau kamu tidak memberiku kamar untuk tidur, maka aku akan tidur di kasurmu lagi" bisik Jennie di telinganya.

Rosé berteriak kaget dan menjatuhkan kuncinya. Dia segera berlutut dan meraihnya lagi. Dia memasukkan kunci ke dalam lubang kunci dan memutar kenopnya.

Antara Ada Dan TiadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang