10

775 104 3
                                    

..

Jennie berjalan mondar-mandir di depan wisma.

Terkadang, dia melirik jam di tangannya dan melihat ke gang, seperti sedang menunggu seseorang.

Dia hanya masuk ke dalam untuk mengambil makanan dari dapur dan kemudian dia menunggu di teras lagi.

Hal ini berlangsung hingga larut malam.

Dia mengambil kucing yang mengikutinya dan menemaninya sepanjang hari.

"Kucing, kamu tau dimana wajah pucat?" dia bertanya pada kucing itu.

Kucing itu tidak melakukan apa pun selain mendengkur sambil berbaring di pangkuannya.

"Apa menurutmu dia.. meninggalkanku? Karena aku bersikap kasar padanya kemarin?"

Jennie menggigit bibirnya "Yak, aku tidak bersungguh-sungguh dengan perkataanku. Aku hanya perlu sedikit ruang untuk berpikir dan menjernihkan pikiranku."

Dia menghela nafas dan menepuk kepala kucing itu.

"Hmm, aku harus memberimu nama."

"Karena kamu gembul, lucu dan keren. Bagaimana dengan Rosie?" dia bertanya.

Kucing itu semakin mendengkur.

"Kamu suka nama itu kan? Baiklah, aku akan memangilmu Rosie. Rosie si kucing!"

Saat dia membelai dan menepuk Rosie si kucing, sebuah van hitam datang dari gang dan parkir di bawah tenda wisma.

Jennie menunggu sampai pengemudi keluar. Dan dia benar, itu adalah Rosé.

Rosé turun dari kursi pengemudi van dan dia tidak bisa tidak memperhatikan Jennie yang berdiri di sana sambil menggendong seekor kucing.

Rosé tersenyum ketika pemandangan itu membuat Jennie tampak seperti wanita kucing yang kesepian.

Rosé berjalan ke arahnya, tapi kemudian berhenti ketika dia melihat Jennie berjalan ke arahnya dengan marah.

"Um, hai?"

Jennie meletakkan kucing itu dan berdiri di depan Rosé sambil mengertakkan gigi.

"Dari mana saja kamu?!" Dia bertanya.

"Eh.."

"Kemana kamu pergi?! Kenapa kamu tidak memberitahuku?!" Jennie terus menembaknya dengan pertanyaan.

Rosé kaget.

"Bagaimana bisa kamu meninggalkanku sendirian?! Tahukah kamu betapa kesepiannya aku?! Aku hanya berbicara dengan seekor kucing!!" tambahnya dan kali ini sambil menghentakkan kakinya seperti anak kecil yang kehilangan permen.

Rosé meraih lengan Jennie untuk menenangkannya.

"Hei... tidak ada yang aneh dengan berbicara dengan kucing" ucapnya sambil menahan tawanya.

Jennie memelototinya sebelum memukul bahu kanannya.

"Kamu jahat! Jahat! Jahat! Dasar wajah pucat!"

"Tapi aku punya sesuatu untukmu."

"Apa?"

"Kamu tidak akan menyebutku jahat setelah kamu melihat ini."

Dia mengeluarkan sesuatu dari tasnya.

Itu adalah buku naskah. Dengan sampul biru bertuliskan 'Episode 2.'

Jennie menatapnya lama sekali, matanya bahkan tidak berkedip.

"D-Di mana kamu mendapatkan ini?"

Rosé tersenyum "Jangan sedih lagi. Kamu tidak kehilangan peranmu di drama. Mereka entah bagaimana percaya bahwa aku adalah Asisten pribadimu dan menerima alasan yang aku berikan."

Antara Ada Dan TiadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang