9

699 99 4
                                    


..

Rosé membawa dua cangkir kopi dan empat potong roti yang baru dipanggang ke dalam nampan.

Dia membuka pintu kamarnya dan menemukan Jennie sedang duduk di lantai. Dia sudah membersihkan diri dan terlihat jauh lebih baik.

Rosé membuka meja kecil yang terlipat dan meletakkan nampan sarapan mereka di atas meja.

"Ini, kopi dan roti panggang" kata Rosé sambil menyerahkan cangkir dan roti panggangnya.

"Aku minta maaf karena membentakmu pagi ini" tambahnya.

"Terserah" kata Jennie sebelum mengambil cangkir di depannya.

Dia mulai mengendus aroma minuman itu. "Apa ini?" dia bertanya.

"Kopi instan, kenapa?"

"Eww, kopi instan?"

Rosé mengangkat alisnya " Iya memangnya kenapa kalo Kopi instan?"

Jennie meletakkan kembali cangkirnya di atas meja dan menggelengkan kepala

"Bagaimana orang bisa minum kopi instan?"

"Um, kenapa tidak?"

"Ini instan. Kopi harus digiling dan diseduh dengan benar, tidak dikemas dalam plastik dan dicampur gula dan sejenisnya" tambahnya.

Rosé menyesap cangkirnya dan tersenyum. "Tapi rasanya enak. Jadi argumenmu tidak penting."

"Bagaimana rasanya bisa enak? Kamu berbohong."

"Beneran. Makanya kamu harus mencoba dan lihat sendiri apakah aku berbohong."

"Mustahil."

"Apa kamu pernah mencicipi kopi instan sebelumnya?"

Jennie menggeleng "Tidak."

"Kalau begitu kamu harus mencobanya!" Bujuk Rosé dan mendekatkan cangkir itu padanya.

Jennie memandangi cangkir di depannya dan menyesapnya ragu.

Aromanya memang mengundang, dia hanya menahannya karena harga diri.
Orang seperti dia tidak sekadar minum kopi instan. Dia Jennie Kim.

Jennie meletakkan cangkir kosongnya di atas meja.

Dia melihat Rosé memperhatikannya dengan seringaian menggoda tetapi dia mengabaikannya. Dia tidak pernah tahu kopi instan rasanya seenak itu.

"Kenapa kamu emosional di teras tadi?" tanya Rosé tiba-tiba.

"Aku tidak emosional."

"Ya kamu melakukannya."

"Tidak. Aku hanya duduk dan mengelus kucing disana."

"Hanya mengelus kucing?"

Lalu keheningan memenuhi suasana.






"Besok pembacaan naskah dramaku" ucap Jennie memecah kesunyian.

"Jika aku tidak muncul besok, mereka akan menggantikan aku dengan aktris lain. Mungkin kepada beberapa idola yang tidak berbakat yang mengucapkan dialog mereka hanya dengan satu ekspresi sepanjang 16 episode" tambahnya.

Rosé meliriknya.

"Aku akan kehilangan peran itu. Mereka tidak bisa memerankan seseorang yang tidak terlihat" lanjut Jennie sambil tertawa.

Rosé berdehem "Hmm mungkin Dr. Irene akan menghubungi kita hari ini. Dia mungkin bisa memperbaikinya..."

"Berhentilah mencoba membuatku merasa lebih baik. Kita berdua tahu dia penipu."

Antara Ada Dan TiadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang