18

748 119 10
                                    

Jeng jenggg.. Author tepatin yah dan tetep jangan lupa ⭐ dan 📩 okehh..



..

"Apa kamu baik-baik saja? Kamu terlihat menakutkan sekarang" kata Wendy kepada sepupunya.

Rosé melirik ke arahnya, dengan ekspresi tegas yang terlihat di wajahnya sejak dia memasuki wisma.

"Giliranmu untuk menjaga di konter malam ini-" Dia terdiam saat matanya bertemu dengan mata Rosé.

Dia menelan ludahnya, "Yah, kalau kamu mau tidur, tidak apa-apa! Haha aku akan melakukan shift ganda, itu bukan masalah besar!"

Rosé membuang mukanya, "Pergi saja. Sekarang giliranku."

"Apa kamu yakin? Aku bisa- "

"Pergi saja, Wend."

Tiba-tiba Wendy membungkuk padanya dan pergi ke kamarnya tanpa berkata apa-apa.

Begitu dia sendirian, Rosé menghela nafas dan bersandar di kursinya.

..

Rosé melirik ke pintu depan, yang tertutup. Jennie masih belum kembali sejak dia meninggalkannya di teras dua jam yang lalu.

Jauh di lubuk hatinya dia merasa khawatir. Dan dia  membenci dirinya sendiri karena peduli padanya.

Tiba-tiba dia melihat seseorang di luar pintu, dan tidak lama kemudian pintu dibuka. Jennie masuk.

Dia masih mengenakan pakaian yang dia kenakan sejak pagi, dan matanya bengkak. Mata mereka bertemu sebentar tetapi Rosé segera membuang muka seolah dia tidak ada di sana.

Jennie menahan napas saat melihat Rosé. Tiba-tiba dia merasa segala sesuatu di sekitarnya bertambah besar dan dia hanyalah seekor tikus kecil di depannya.

Dia menunduk dan berjalan ke sofa favoritnya tanpa berkata apa-apa.

Dia duduk disana dan berusaha membuat dirinya sendiri nyaman, tapi ternyata tidak. Dia bahkan tidak bisa bernapas dengan benar. Setiap kali dia melirik ke arah Rosé, air mata perlahan bergenang di matanya dan dia tidak dapat menahannya.

Dia menggigit bibirnya untuk menahan emosinya. Tapi dia nyaris tidak bisa bertahan.

Menit-menit berlalu, dan sekarang hampir jam setengah dua belas tengah malam. Mereka terus duduk disana, berbagi ruang yang sama namun mengabaikan keberadaan satu sama lain.

Jennie memeluk dirinya sendiri dan menggosok lengannya. Cuaca semakin dingin dan dia hanya mengenakan kaos tipis.

Tiba-tiba dia terbatuk.

Rosé terduduk tegak dan menatap Jennie, matanya melebar. Tapi saat mata mereka bertemu, dia segera membuang muka.

Jennie melihat dia meraih sesuatu di atas meja. Dan menekan beberapa tombol. Beberapa bunyi bip terdengar dan kemudian ruangan menjadi lebih hangat.

Jennie menatap Rosé, dengan air mata berlinang.

Dia menaikkan suhunya untukku.

"Terima kasih" kata Jennie.

Rosé mendengus, "Lagi pula memang dingin."

Jennie tersenyum. "Kamu selalu baik. Kurasa ada beberapa hal yang tidak berubah."

Rosé tetap bungkam.

"Aku masih ingat bagaimana kamu selalu membelikanku roti dan jus dari toko di depan sekolah kita, karena aku bilang aku lapar. Toko ahjusshi itu orang yang menakutkan tapi kamu pergi ke sana untukku. Kamu selalu memilih rasa favoritku."

Jennie terkekeh, "Aku ingin tahu apakah tokonya masih ada di sana. Aku- "

"Maukah kamu berhenti membicarakan masa lalu?" tanya Rosé tegas.

Jennie memandangnya, tertegun.

Dia serius. "Berhenti mengungkitnya. Itu sudah lama sekali, aku bahkan tidak ingat lagi!"

"Yah, tapi aku ingat semuanya," kata Jennie tiba-tiba. "Aku ingat mencarimu sehari setelah kejadian di kantin, tapi kamu tidak bisa ditemukan. Aku terlalu ngengsi untuk bertanya tentangmu, jadi aku tidak melakukannya. Dan begitulah kamu... pergi."

Rosé menggigit bibirnya.

Jennie menatapnya, tatapannya tak tergoyahkan. "Banyak yang ingin kukatakan padamu, tapi kamu pergi. Itu tidak adil."

Rosé kembali mengejek, "Serius? Kamu bicara tentang keadilan sekarang?"

"Kamu tahu apa yang tidak adil? Tidak adil kamu bersikap baik padaku setelah minggu itu di lab. Kenapa kamu tidak menampar wajahku saja saat itu?
Aku pasti menerimanya."

"Tapi kamu seperti memberiku harapan, dan kemudian menghancurkanku di depan semua orang. Kamu mempermainkan emosiku. Dan kamu ingin membicarakan mana yang adil dan mana yang tidak?"

Jennie menunduk. "Aku tidak mempermainkan emosimu. Aku tidak menolak pengakuanmu karena..."

Dia mendongak dan mata mereka bertemu.

"Karena aku juga menyukaimu."

Mata Rosé melebar dan dia berdiri dari kursinya, terkejut. Dia tidak mengharapkan hal itu. Bukan dari sembilan tahun yang lalu, dan bahkan sekarang pun tidak. Itu tidak masuk akal.

Jennie menghela nafas, "Kamu memang seorang kutu buku, tidak menarik, dan seorang perempuan, tapi aku menyukaimu saat itu. Aku bahkan tidak tahu kenapa."

"Kamu adalah gadis pertama yang aku sukai.."

"Jangan konyol!" Rosé berteriak.

"Kamu menyukaiku? Itukah sebabnya kamu memberi tahu teman-temanmu tentang pengakuan cintaku dan mengolok-olokku di depan semua orang yang kukenal? Begitukah caramu memperlakukan seseorang yang kamu sukai?!"

Jennie berdiri dan menatap Rosé, "Aku masih muda dan bodoh saat itu. Yang aku pedulikan hanyalah bagaimana orang lain berpikir tentang aku. Itu hanya fase bodoh dari seorang remaja yang belum dewasa! Tolong mengerti!"

"Hanya fase bodoh? Karena fase bodohmu, aku harus pindah ke sekolah di luar kota karena anak-anak dari sekolah lain di sekitar telah mendengar tentang aku sebagai lesbi dan mereka menindasku."

"Aku bahkan tidak bisa belajar sains karena itu mengingatkanku padamu dan bagaimana kamu membuat hidupku seperti neraka."

"Aku harus menjalani terapi psikologis selama bertahun-tahun karena aku terlalu depresi."

"Aku bahkan putus sekolah."

Jennie tersentak.

"Kupikir tidak apa-apa membantumu karena kamu tidak ingat. Tapi sekarang bahkan memandanganmu mengingatkanku pada kejadian yang ingin aku lupakan."

Mereka saling memandang, tidak mengatakan apa pun. Rosé melihat sesuatu yang berkilauan di matanya, dan setelah sekejap air mata mengalir di wajahnya.

Bibir Jennie bergetar saat dia mengucapkan kalimatnya, "R-Rosie, maafkan aku."

Sejenak Rosé terharu. Hatinya sakit saat melihat Jennie memohon padanya. Dia ingin pergi ke sisinya dan menghiburnya. Namun rasa sakit dari masa lalunya mengalahkan emosinya.

Rosé menggeleng, "Aku baru menyadari sesuatu."

"Aku membencimu saat itu, dan aku masih membencimu sekarang."

"Maaf, tapi aku tidak akan pernah memaafkanmu."

..












Rosé tidak tahu kalau itu adalah terakhir kalinya dia melihat Jennie.

..

Antara Ada Dan TiadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang