15

795 106 6
                                    

..

Apakah dia mendengar semuanya?

Mereka berdua saling memandang untuk waktu yang lama, seolah-olah waktu telah membeku di antara mereka. Dan tiba-tiba, Jennie tersenyum.

Rosé membeku.

Dia belum pernah melihat Jennie tersenyum.

Terutama padanya.

"Selamat malam Rosé" sapa Jennie, sebelum dia berbalik dan menaiki tangga.

Rosé tidak yakin apa yang terjadi setelah itu. Dia pikir dia mendengar Wendy berteriak dan berlari menaiki tangga dengan panik seolah-olah dia melihat hantu, tapi dia tidak begitu yakin apakah itu benar-benar terjadi. Lagipula sepupunya selalu bertingkah aneh.

Rosé linglung.

Jennie tersenyum padanya.

Jennie memanggilnya dengan namanya.

Tanpa sadar, mulut Rosé terangkat dan dia tersenyum lebar. Dia menyandarkan punggungnya ke kursi dan menyeringai pada dirinya sendiri saat gambaran
Jennie yang tersenyum padanya terus terulang di kepalanya.

"D-Dia tersenyum padaku-" Tiba-tiba, dia menggelengkan kepalanya.

"Ada apa denganku? Tenanglah, Roseanne."

"Sadarlah..." desahnya.

..

Rosé kembali ke kamarnya setelah menyelesaikan shiftnya pagi itu.

Matanya setengah terbuka dan dia harus bergantung pada pegangan tangan di sepanjang tangga untuk sampai ke lantai dua. Dia sangat mengantuk.

Dia akhirnya mencapai kamarnya. Dia sudah mengira pasti Jennie menguasai tempat tidurnya lagi, jadi dia berniat untuk meletakkan alas tidur di lantai.

Tapi dia salah. Saat dia mendorong pintunya Jennie sudah bangun.
Dia sedang duduk di tepi tempat tidur dengan sebuah buku di satu tangan.

"Hey, kamu kembali!" katanya pada Rosé dengan penuh semangat.

"Hai..." jawab Rosé tidak antusias.

Dia berjalan ke tempat tidur dan merebahkan dirinya. Dia mengabaikan fakta bahwa Jennie juga duduk di sana. Dia terlalu lelah untuk peduli pada apa pun.

"Apa kamu akan tidur sekarang? Bagaimana denganku?" tanya Jennie saat Rosé menarik selimut menutupi tubuhnya.

"Bagaimana denganmu? Lakukan atau mainkan saja sesuatu... aku harus tidur.." gumanm Rosé sambil memejamkan mata.

Jennie mendengus, "Tidak! Kamu tidak boleh tidur! Aku tidak punya siapa pun untuk diajak bicara!"

Tapi Rosé sudah setengah jalan untuk tertidur.

Jennie menarik tangan kanan Rosé dengan kuat, dan gadis lainnya hampir jatuh dari tempat tidur karenanya.

"YA!!!" Rosé segera menarik dirinya kembali dan duduk di tempat tidur.

Dia menatap Jennie dengan mata merahnya, kesal. "Apa yang kamu inginkan?!"

Jennie mengabaikan kemarahannya dan memberinya sebuah buku.

"Ambil ini."

Rosé enggan tetapi dia tetap mengambil buku itu. Dia memperhatikan bahwa itu adalah buku naskah yang dia dapatkan untuknya beberapa hari yang lalu.

"Mengapa kamu memberikan ini padaku?" dia bertanya, bingung.

Jennie menyeringai, "Karena kamu akan membantuku melafalkan beberapa dialog."

Antara Ada Dan TiadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang